63 tentang Abah Guru Sekumpul (31--44) #AbahGuruSekumpul



31. Haul Ke-8 Tuan Guru Sekumpul (Bagian 1)
Sekumpul Bersiap Sambut Seperempat Juta Jamaah Haul
MARTAPURA - Sebagaimana kebiasaan masyarakat Martapura dan sekitarnya, setiap tahun diadakan haulan untuk mendoakan almarhum tuan guru dan ulama besar, tak terkecuali untuk Al 'Alimul 'Allamah Al 'Arifbillah As Syaikh Muhammad Zaini bin Abdul Ghani atau yang kerap disebut Guru Sekumpul atau Tuan Guru Sekumpul atau Abah Guru Sekumpul. Kali ini,
pada Minggu  (12/5/2013) nanti haul Tuan Guru Sekumpul adalah yang kedelapan. Diperkirakan, paling sedikit 250.000 jamaah yang hadir dari berbagai pelosok bahkan luar Kalsel.

Sekadar gambaran, panitia haul tahun lalu memasak 1.500 blek atau 30.000 liter beras dan hadir kala itu sekitar 300 ribuan. Bahkan, ada sebagian jamaah yang tak kebagian nasi bungkus. Maka tahun ini, haul ke-8, panitia pun mempersiapkan diri lebih matang, yakni dengan menambah stok beras menjadi 2.000 blek.

Kamis (9/5/2013), Ahmad Yaa Habiby, salah seorang khaddam dan personil Posko Induk Sekumpul mengabarkan, rencana memasak haulan tahun ini sekitar 2.000 blek beras. "Dan satu blek biasa kalau dibungkus dengan bungkusan nasi dapat 125 bungkus. Jadi kalau memasak 2.000 blek ditargetkan 250.000 bungkus nasi.Subhanallah. Kalau nanti habis nasi bungkus dibagi semua bisa ditaksir yang menghadiri haulan. Ini belum termasuk yang masak sendiri dan membungkus sendiri di rumah-rumah jiran keluarga Abah Guru Sekumpul," jelasnya.

"Moga-moga semua yang hadir nanti kebagian nasi bungkus haul dan dapat berkah dari aulia Allah yang dihauli yaitu Abah Guru Sekumpul. Aamiin. Tahun sebelumnya di bawah 2.000 blek dan dengar kabar ada yang tidak kebagian, maka tahun ini dibanyaki lagi," tambahnya.

Ahmad Yaa Habiby atau M Noor menerangkan, memasak nasi sekaligus lauknya terbagi banyak dapur umum di Sekumpul. Semakin besar dapur umumnya semakin banyak jatah memasaknya. Untuk bagian tukang masak didatangkan dari kampung-kampung sekitar Martapura. Info juga dari Iruel D'one salah seorang jamaah haulan,  di Desa Dalam Pagar Martapura, tahun lalu mendapat order memasak 5.000
bungkus, maka tahun ini ditambah orderannya menjadi 7.000 bungkus plus tiga ekor sapi.

Selain itu, untuk petugas parkir di 25 Posko yang masuk dalam data, petugasnya mencapai 1.562 orang. Ini belum termasuk tenaga sukarelawan, Polri dan TNI termasuk tenaga medis. Pengamanan haulan direncanakan membentuk setidaknya lima Posko.
Suasana Haul AGS 2013

Panitia juga memberikan imbauan bahwa bagi jamaah yang hendak menghadiri haul ke-8 Syaikh Zaini Abdul Ghani atau Abah Guru Sekumpul pada tanggal 12 Mei 2013 agar mengikuti anjuran jalur ini. Menurut Ahmad, bagi jamaah yang datang dari Hulu Sungai bisa melewati Jembatan Pingaran belok kanan, melewati Tambak Baru, keluar Muara Bincau, ambil kiri menuju Bincau kampung,
sampai pertigaan ambil kanan menuju Indrasari. Setelah itu bisa lewat Jalan Kenanga atau bisa langsung pertigaan Sekumpul ujung, belok kanan menuju Sekumpul (lihat peta). Selanjutnya, bagi jamaah yang datang dari Banjarmaisn atau Pelaihari bisa melewati bundaraan Banjarbaru menuju Sungai Ulin, bisa melewati Jalan Budi Waluyo atau Kompleks Permata Hijau (lihat peta).

"Imbauan ini untuk menghindari penumpukan dan kemacetan Jalan Sekumpul utama dan Jalan A Yani. Dan bagi jamaah yang memungkinkan berjalan kaki ke acara haul, lebih baik berjalan kaki jangan menggunakan kendaraan, untuk mengurangi kepadatan lalulintas dan terbatasnya tempat parkiran," sarannya.

Diperkirakan, arus lalulintas jamaah menuju pusat Sekumpul mulai bergerak ramai, selepas dzuhur dan mencapai puncaknya selepas ashar maupun menjelang maghrib. Bagi Anda yang berminat mengikuti acara haulan memang sebaiknya sudah sejak dzuhur memasuki area Mushalla Ar Raudhah, sebab selepas itu, dipastikan akan sulit mendekati area mushalla. (Dicatat 10 Mei 2013)


32. Haul Ke-8 Tuan Guru Sekumpul (Bagian 2)
Meminta Agar Gempa Tak di Jakarta
MARTAPURA - Minggu (12/5/2013) besok merupakan hari yang dinanti-nanti oleh pecinta Tuan Guru Sekumpul atau Al 'Alimul 'Allamah Al Qutb Arrabbani Wal Ghauts Al Fardani Syaikh Muhammad Zaini bin Al Arifbillah Abdul Ghani bin Abdul Manaf bin Muhammad Seman bin Muhammad Sa’ad bin Abdullah bin al-Mufti Muhammad Khalid bin al-Alim al-Allamah al-Khalifah Hasanuddin bin Syaikh Muhammad Arsyad al-Banjari (biasa dipanggil Abah Guru Sekumpul atau Tuan Guru Ijai).

Pasalnya, hari itu haul ke-8 ulama kharismatik ini.Mungkin masih banyak yang bertanya-tanya kenapa setiap haulan Tuan Guru Sekumpul, jamaah sampai tumpek-blek 300 ribuan. Hal ini tidak lain karena tingginya pangkat atau maqam kewalian Tuan Guru Sekumpul. Pecinta Tuan Guru Sekumpul meyakini kalau ulama  yang lahir di Tunggul Irang, Martapura 11 Februari 1942 dan meninggal di Martapura, 10 Agustus 2005 pada umur 63 tahun adalah Wali Quthub bahkan Quthbul Akwan, yakni pangkat kewalian yang hanya ada setiap 200 tahun sekali.

Sebagaimana diketahui, Bumi Kalimantan mempunyai Quthbul Akwan sebelumnya, yakni Datu Kalampayan yang wafat lebih 200 tahun lalu. Menurut Abu Zein Al Banjari atau Khairullah Zain, salah satu muridnya, beruntunglah Bumi Kalimantan mempunyai ulama sehebat Tuan Guru Sekumpul.

Seorang habib berinisial Blind Man pernah meriwayatkan bahwa di alam kewalian, Tuan Guru Sekumpul berada di samping kanan Rasulullah SAW bila ada pertemuan para wali di Jabal Qof, yakni sebuah tempat ghaib. Bahkan, pada Desember 2004 lalu, Tuan Guru Sekumpul atas seiizin Allah mengetahui kalau akan ada gempa besar 26 Desember 2004. Namun, kabar langit itu menyebutkan bahwa pusat gempa terjadi dekat Jakarta. Dalam rapat para waliyullah, dipimpin Tuan Guru Sekumpul memohon kepada Allah agar gempa besar tak dipusatkan di Jakarta.

Pertimbangannya, jika Jakarta luluh lantak maka Indonesia juga akan ikut lumpuh, mengingat pusat pemerintahan dan ekonomi ada di Jakarta. Meski demikian, gempa tetap diturunkan Allah SWT. Berkat Tuan Guru Sekumpul, meskipun gempa juga terjadi di Aceh dan negara-negara kawasan Samudra Hindia, Indonesia tidak sampai lumpuh, alhamdulillah.

Dari sebagian manaqib yang disusun sejumlah ulama di daerah ini, Tuan Guru Sekumpul memang sejak kecil sudah ditakdirkan menjadi seorang waliyullah. Ia anak dari pasangan suami-istri Abdul Ghani bin H Abdul Manaf dengan Hj Masliah binti H Mulya. Muhammad Zaini Abdul Ghani merupakan anak pertama, sedangkan adiknya bernama Hj Rahmah. Ketika masih kanak-kanak, ia
dipanggil Qusyairi. Guru Sekumpul merupakan keturunan ke-8 dari ulama besar Banjar, Maulana Syekh Muhammad Arsyad bin Abdullah Al Banjari.

Syekh Muhammad Zaini Abdul Ghani sejak kecil selalu berada di samping ayah dan neneknya yang bernama Salbiyah. Kedua orang ini yang memelihara Qusyairi kecil. Sejak kecil keduanya menanamkan kedisiplinan dalam pendidikan. Keduanya juga menanamkan pendidikan tauhid dan akhlak serta belajar membaca Alquran. Karena itulah, guru pertama dari Alimul Allamah Asy Syekh
Muhammad Zaini Ghani adalah ayah dan neneknya sendiri.

Semenjak kecil ia sudah digembleng orang tua untuk mengabdi kepada ilmu pengetahuan dan ditanamkan perasaan cinta kasih dan hormat kepada para ulama. Guru Ijai sewaktu kecil sering menunggu al-Alim al-Fadhil Syaikh Zainal Ilmi yang ingin ke Banjarmasin hanya semata-mata untuk bersalaman dan mencium tangannya.

Pada tahun 1949 saat berusia 7 tahun, ia mengikuti pendidikan “formal” masuk ke Madrasah Ibtidaiyah Darussalam, Martapura.Kemudian tahun 1955 pada usia 13 tahun, ia melanjutkan pendidikan ke Madrasah Tsanawiyah Darussalam, Martapura. Pada masa ini ia sudah belajar dengan Guru-guru besar yang spesialis dalam bidang keilmuan seperti  Al Alimul Fadhil Sya’rani Arif,  Al 'Alimul Fadhil Husain Qadri, Al 'Alimul Fadhil Salim Ma’ruf,  Al 'Alimul 'Allamah Syaikh Seman Mulya, Al 'Alim Syaikh Salman Jalil, Al 'Alimul Fadhil Al Hafizh Syaikh Nashrun Thahir dan KH Aini Kandangan.

Selain itu, di antara guru-guru Tuan Guru Sekumpul lagi selanjutnya adalah  Syekh Syarwani Abdan Bangil,  Al 'Alimul 'Allamah Syaikh Sayyid Muhammad Amin Kutbi. Kedua tokoh ini biasa disebut Guru Khusus beliau, atau meminjam perkataan beliau sendiri adalah Guru Suluk (Tarbiyah al-Shufiyah).

Dari beberapa gurunya lagi adalah Kyai Falak (Bogor), Syaikh Yasin bin Isa Padang (Makkah), Syaikh Hasan Masyath, Syaikh Ismail al-Yamani dan  Syaikh Abdul Kadir al-Bar. Sedangkan guru pertama secara ruhani ialah al-Alim al-Allamah Ali Junaidi (Berau) bin al-Alim al-Fadhil Qadhi Muhammad Amin bin al-Alim al-Allamah Mufti Jamaludin bin Syaikh Muhammad Arsyad al-Banjari dan al -Alim al-Allamah Muhammad Syarwani Abdan Bangil.

Gemblengan ayah dan bimbingan intensif pamannya semenjak kecil betul-betul tertanam. Semenjak kecil ia sudah menunjukkan sifat mulia; penyabar, ridha, pemurah, dan kasih sayang terhadap siapa saja. Kasih sayang yang ditanamkan dan juga ditunjukkan oleh ayahnya sendiri. Seperti misalnya, suatu ketika hujan turun deras, sedangkan rumah Guru Sekumpul sekeluarga sudah sangat tua dan reot. Sehingga air hujan merembes masuk dari atap-atap rumah.Pada waktu itu, ayahnya menelungkupinya untuk melindungi tubuhnya dari hujan dan rela membiarkan dirinya sendiri tersiram hujan.

Abdul Ghani bin Abdul Manaf, ayah dari Guru Sekumpul juga adalah seorang pemuda yang saleh dan sabar dalam menghadapi segala situasi dan sangat kuat dengan menyembunyikan derita dan cobaan. Tidak pernah mengeluh kepada siapapun. Cerita duka dan kesusahan sekaligus juga merupakan intisari kesabaran, dorongan untuk terus berusaha yang halal, menjaga hak orang lain,
jangan mubazir, bahkan sistem memenej usaha dagang dia sampaikan kepada generasi sekarang lewat cerita-cerita itu.

Beberapa cerita yang diriwayatkan adalah sewaktu kecil mereka sekeluarga yang terdiri dari empat orang hanya makan satu nasi bungkus dengan lauk satu biji telur, dibagi empat. Bahkan ada dalam waktu panjang hanya makan batang pohon pisang muda. Namun, tak pernah satu kalipun di antara mereka yang mengeluh.

Pada masa-masa itu juga, ayahnya membuka kedai minuman. Setiap kali ada sisa teh, ayahnya selalu meminta izin kepada pembeli untuk diberikan kepada Qusyairi. Sehingga kemudian sisa-sisa minuman itu dikumpulkan dan diberikan untuk keluarga. Adapun sistem mengatur usaha dagang, ayah Guru Sekumpul menyampaikan bahwa setiap keuntungan dagang itu mereka bagi menjadi tiga.

Sepertiga untuk menghidupi kebutuhan keluarga, sepertiga untuk menambah modal usaha, dan sepertiga untuk disumbangkan. Salah seorang ustadz setempat pernah mengomentari hal ini, “Bagaimana tidak berkah hidupnya kalau seperti itu.”

Pernah sewaktu kecil Qusyairi bermain-main dengan membuat sendiri mainan dari gadang pisang. Kemudian sang ayah keluar rumah dan melihatnya. Dengan ramah sang ayah menegurnya, “Nak, sayangnya mainanmu itu. Padahal bisa dibuat sayur.” Qusyairi langsung berhenti dan menyerahkannya kepada sang ayah.  Beberapa Catatan lain berupa beberapa kelebihan dan keanehan Qusyairi adalah dia sudah hafal Al-Qur'an semenjak berusia 7 tahun. Kemudian hapal tafsir Jalalain pada usia 9 tahun.

Semenjak kecil, pergaulannya betul-betul dijaga. Kemana pun bepergian selalu ditemani. Pernah suatu ketika Qusyairi ingin bermain-main ke pasar seperti layaknya anak sebayanya semasa kecil. Saat memasuki gerbang pasar, tiba-tiba muncul pamannya, Syaikh Seman Mulya di hadapannya dan memerintahkan untuk pulang. Orang-orang tidak ada yang melihat Syekh, begitu juga sepupu yang menjadi ”bodyguard”-nya. Dia pun langsung pulang ke rumah.

Dalam usia kurang lebih 10 tahun, sudah mendapat khususiat dan anugerah dari Tuhan berupa Kasyaf Hissi yaitu melihat dan mendengar apa yang ada di dalam atau yang terdinding. Dalam usia itu pula Qusyairi didatangi oleh seseorang bekas pemberontak yang sangat ditakuti masyarakat akan kejahatan dan kekejamannya.

Kedatangan orang tersebut tentunya sangat mengejutkan keluarga di rumah beliau. Namun apa yang terjadi, laki-laki tersebut ternyata ketika melihat Qusyairi langsung sungkem dan minta ampun serta memohon minta dikontrol atau diperiksakan ilmunya yang selama itu ia amalkan, jika salah atau sesat minta dibetulkan dan dia pun minta agar supaya ditobatkan.

Pada usia 9 tahun pas malam jumat Qusyairi bermimpi melihat sebuah kapal besar turun dari langit. Di depan pintu kapal berdiri seorang penjaga dengan jubah putih dan di gaun pintu masuk kapal tertulis “Sapinah al-Auliya”. Qusyairi ingin masuk, tapi dihalau oleh penjaga hingga tersungkur. Dia pun terbangun. Pada malam Jum’at berikutnya, ia kembali bermimpi hal serupa.

Dan pada malam Jumat ketiga, ia kembali bermimpi serupa. Tapi kali ini ia dipersilahkan masuk dan disambut oleh salah seorang syekh. Ketika sudah masuk ia melihat masih banyak kursi yang kosong. Ketika Qusyairi merantau ke tanah Jawa untuk mencari ilmu, tak disangka tak dikira orang yang pertama kali menyambutnya dan menjadi guru adalah orang yang menyambutnya dalam mimpi tersebut.

INFO LOKASI TEMPAT PARKIR HAULAN DI SEKUMPUL
A= Mushalla Arraudhah
B= Parkir Kubah Guntung Alaban
C= Parkir Hula - Hula dibelakang ice cream sekumpul
D= Parkir Gang Purnama
F= Parkir Muka Sekumpul
G= Parkir Irigasi
N=Parkir Gang Madrasah
O= Mesjid Bani Ahdal

Selainnya coba lihat peta, ada sebagian tidak termuat
Info Lokasi Parkiran ;
1. Belakang Ice cream hula - hula
2. Samping Gg Restu Jl Tanjung Rema
3. Komplek Pondok Permata Jl Sekumpul
4. Samping Kubah Jalan Guntung Alaban
5. Gg Sanubari dan Gg Mawar Depan SD ISLAM Sekumpul
6. Samping Bengkel Gg Taufik Sekumpul
7. Tanah abah guru Guntung Alaban rumah dokter syihab ( PARKIRAN BESAR )
8. Gang Purnama Jl Sekumpul
9. Gang Nusantara ( Gudang Lampit ) Jl Sekumpul
10. Komplek Madani Jl Sekumpul
11. Gang Bersama , Gang Penghulu Seb MAN Jl Pendidikan
12. Komplek Puji Rahayu Sungai Kacang
13. Samping Irigasi Tanjung Rema
14. Irigasi Depan Rumah Makan
15. Halaman Tahfizh , Halaman Mahad Ali Tanjung Rema
16. Gang Madrasah Jl Sekumpul
17. Samping Alkah Muhibbin I dan Samping GG Pagar Alam Skp
18. SMEA dan LAMPIT Jl Pendidikan
19. PPS ( Pusat Perbelanjaan Sekumpul )
20. Depan Langgar Al Huda Sungai Kacang
Sumber: Panpel Haul Sekumpul (Dicatat 10 Mei 2013)

33. Haul Ke-8 Tuan Guru Sekumpul (Bagian 3/Habis)
Tak Sekadar Berkaramah Namun Rendah Hati
MARTAPURA - Salah satu pesan Tuan Guru Sekumpul adalah tentang karamah, yakni agar kita jangan sampai tertipu dengan segala keanehan dan keunikan. Karena bagaimanapun juga karamah adalah anugrah, murni pemberian, bukan suatu keahlian atau skill.

Karena itu jangan pernah berpikir atau berniat untuk mendapatkan karamah dengan melakukan ibadah atau iridan-wiridan. Dan karamah yang paling mulia dan tinggi nilainya adalah istiqamah di jalan Allah itu sendiri. Kalau ada orang mengaku sendiri punya karamah tapi salatnya tidak karuan, maka itu bukan karamah, tapi bakarami (orang yang keluar sesuatu dari duburnya).

Di antara karamat-karamat yang menandakan benarnya jalan yang ditempuh oleh ulama panutan umat Islam di Kalimantan ini antara lain, dikisahkan Ahdi, warga Kandangan, "Satu hari ulun umpat pengajian Minggu di Sekumpul naik sepeda motor. Di tengah pengajian, Tuan Guru Sekumpul menyindir kurang lebih begini, 'Orang tu bila tulak ka pangajian, kada usah gen memakai kendaraan dinas, itu ampun negara untuk keperluan dinas. Kada pas lamun kendaraan dinas dipakai ka sini.' Subhanallah, ulun rasanya yang kena ditembak sidin. Mulai saat itu ulun kada wani lagi memakai sapida motor dinas ampun abah."

Guru Syahril, warga Martapura berkisah," Aku (Guru Syahril) sekitar tahun 80-an dibari amalan oleh Abah Guru Sekumpul. Waktu itu aku handak supaya bamimpi bedapat Rasulullah. Lalu jar Abah Guru, amalkan shalawat yaqut. Kemudian kuamalkan shalawat itu setiap malam. Pada malam ketiga selepas amaliah aku taguring. Aku bamimpi aku lagi duduk di sejadah dalam kamar. Tiba-tiba ada cahaya terang dari langit menembus atap rumahku dan jatuh tepat di hadapanku. Lalu cahaya itu menyinari lelaki bungas lengkap dengan pakaian kebesaran (babolang dan bejubah putih). Meski silau kucoba memandang wajah lelaki itu, dan ternyata sangat mirip Abah Guru. Siangnya aku datang ke Keraton (Martapura) melapor. 'Kaya apa,' takun Abah. Inggih ulun sudah tedapat Rasulullah. Lalu sidin memelukku dengan terharu dan erat. Setelah itu aku betakun, kenapa jadi yang ulun liat pian Abah. 'Itu nang ae artinya Rasulullah menyerupa, sebab kalau sidin menampaikan wajah sidin nang asli, ikam balum kuat dan khawatirnya musnah,' ujar Abah."
Muhammad Amin Badali (kanan) dan Ahmad Hafi Badali

"Dulu sekitar tahun 80-an, aku dan beberapa murid Abah Guru Sekumpul sering menemani beliau di rumah beliau di Keraton. Sepanjang malam beliau tak tidur dan banyak beribadah. Sesekali beliau melayani kami bertiga dengan membuatkan teh atau kopi.

Kami shalat subuh berjamaah. Setelah amaliah dan shalat duha barulah beliau tidur sampai jam 11. Pernah waktu beliau dan muridnya masih di mushala Darul Aman, aku ingin pulang ke rumah. Aku berjalan meninggalkan mereka. Namun sesampai di rumah ternyata Abah Guru Sekumpul sudah ada di rumah dan menyapa sambil tersenyum. Aku kaget. Subhanallah," kisah Guru Syahril lagi.

Ini kisah menyimpulkan betapa Yang Mulia Tuan Guru Sekumpul sangat rendah hati dan tawadhu. Beben, wartawan RCTI mengisahkan bahwa Tuan Guru berkata, 'Aku ini sepertinya belum ahli surga nang ae. Kenapa? Karena aku belum mampu adil. Contoh kecil aja, bila bini saikung handak dan yang saikung jua kaya itu, jamnya sama pulang, tapaksa aku badusta mengalahkan salah satu. Han
jauh aku nang ae dari akhlak Rasulullah SAW.'
Beben RCTI menyalami Abah Guru Sekumpul

Kerendahan hati ulama yang keharuman namanya hingga ke luar Kalimantan bahkan ke Yaman dan sejumlah negeri di Timur Tengah ini banyak dibuktikan oleh para khaddamnya. Ketika ia berjalan lewat di depan orang yang meskipun jauh lebih muda, ia tak lupa menyampaikan kalimat permisi dengan sopan dan halus bahasanya.

Tuan Guru Sekumpul juga sempat memberikan beberapa pesan kepada seluruh masyarakat Islam, yakni menghormati ulama dan orang tua, baik sangka terhadap muslimin, murah harta, manis muka, jangan menyakiti orang lain, mengampunkan kesalahan orang lain, jangan bermusuh-musuhan, jangan tamak atau serakah, berpegang kepada Allah, pada kabul segala hajat, serta yakin keselamatan
itu pada kebenaran.

Beberapa saat setelah kabar duka, ribuan warga Kota Martapura dan sekitarnya berduyun-duyun menuju lokasi Tuan Guru Sekumpul akan dimakamkan dan memenuhi kawasan Jl Sekumpul, Martapura. Karya tulisnya adalah sebagai berikut , Risalah Mubaraqah, Manaqib Asy-Syekh As-Sayyid Muhammad bin Abdul Karim Al-Qadiri Al-Hasani As-Samman Al-Madani, Ar-Risalatun Nuraniyah fi Syarhit Tawassulatis Sammaniyah dan Nubdzatun fi Manaqibil Imamil Masyhur bil Ustadzil a’zham Muhammad bin Ali Ba’alawy.

KH Muhammad Zaini Abdul Ghani sempat dirawat di Rumah Sakit Mount Elizabeth, Singapura, selama 10 hari. Selasa malam, 9 Agustus 2005, sekitar pukul 20.30, Tuan Guru Sekumpul tiba di Bandar Udara Syamsuddin Noor, Banjarbaru, dengan menggunakan pesawat carter F-28. Pada hari Rabu, tanggal 10 Agustus 2005 pukul 05.10 pagi, Guru Sekumpul menghembuskan napas terakhir dan berpulang ke rahmatullah pada usia 63 tahun di kediamannya sekaligus komplek pengajian, Sekumpul Martapura. Guru Sekumpul meninggal karena komplikasi akibat gagal ginjal.

Pasar Martapura yang biasanya sangat ramai pada pagi hari, Rabu pagi itu sepi karena hampir semua kios dan toko-toko tutup. Suasana yang sama juga terlihat di beberapa kantor dinas, termasuk Kantor Bupati Banjar. Sebagian besar karyawan datang ke Sekumpul untuk memberikan penghormatan terakhir.

Sebelum dimakamkan di kompleks pemakaman keluarga di dekat Mushalla Ar Raudhah, Rabu sore sekitar pukul 16.00, warga masyarakat yang datang diberikan kesempatan untuk melakukan shalat jenazah secara bergantian. Kegiatan ibadah ini berpusat di Mushalla Ar Raudhah, Sekumpul, yang selama ini dijadikan tempat pengajian oleh Guru Sekumpul. (Dicatat 11 Mei 2013)

34. Tahlil di Haul ke-8 Guru Sekumpul Membahana
MARTAPURA - Luar biasa, lautan manusia, atau lebih dari 300.000 jamaah, tua muda, pria wanita, orang biasa dan pejabat, alim ulama dan para habaib membaur dalam acara Haul ke-8 Tuan Guru Sekumpul, Minggu (12/5/2013) sejak maghrib. Ya, Al 'Alimul 'Allamah Al Qutb Arrabbani Wal Ghauts Al Fardani Syaikh Muhammad Zaini bin Al Arifbillah Abdul Ghani bin Abdul Manaf bin
Muhammad Seman bin Muhammad Sa’ad bin Abdullah bin al-Mufti Muhammad Khalid bin al-Alim al-Allamah al-Khalifah Hasanuddin bin Syaikh Muhammad Arsyad al-Banjari memang memiliki magnet yang mengagumkan. Gema tahlil di acara haulan yang dipusatkan di Mushalla Ar Raudhah membahana di mushalla, jalan-jalan dan rumah-rumah penduduk.

Do'a yang dipanjatkan oleh Habib Abdurrahman Baraqbah terkhusus untuk almarhum Tuan Guru Sekumpul pun diamini secara khusyuk oleh hadirin. Selepas itu, nasi kotak maupun bungkus yang berisi nasi samin plus daging karih pun ludes. Padahal, info yang didapat dari panitia, tak kurang dari 250 ribu bungkus yang dibagikan. Ini belum termsuk nasi bungkus yang dibagikan juga oleh relawan, maupun jiran-jiran di Sekumpul. Pendeknya, acara haulan tersebut menjadi sebuah acara  berkumpulnya jamaah yang terpadat. Tak hanya dari Kalsel saja, bahkan dari Kalteng, kalbar dan Kaltim, termasuk jamaah dari Sumatra, Jawa dan luar negeri hadir memanjatkan doa dan berkirim pahala tahlil untuk almarhum Tuan Guru Sekumpul.

Sebelumnya, jamaah sedari dzuhur mulai berangsur-angsur memadati kawasan Sekumpul. Bahkan, mulai ashar, kepadatan sudah mulai, sehingga cukup membuat ribuan panitia, dibantu ratusan aparat Polres Banjar, Kodim 1006 Martapura, Pol PP Banjar, PMI dan lain-lain mesti ekstra keras mengatur ketertiban dan kelancaran lalulintas.

Di antara para habib dan alim ulama, hadir di barisan kehormatan anak almarhum Tuan Guru Sekumpul, yakni Muhammad Amin Badali (18) dan Ahmad Hafi Badali (17). Dua pemuda yang tinggi perawakan serta tampan dibalut baju gamis dan kopiah putih diapit oleh ayah tirinya, Rosehan NB, Bupati Banjar Sultan H Khairul Saleh, Gubernur Kalsel H Rudy Ariffin dan lain-lainnya. Turut
hadir Bupati Tanbu Mardani H Maming, dan alim ulama seperti Guru Masdar, Guru Sa'aduddin, Guru Barmawi, Guru Anang Bidin, termasuk para dewan guru Ponpes Darussalam.

Setelah shalat maghrib berjamaah, acara dibuka dengan pembacaan ayat suci Al Qur'an oleh Guru Abdul Khaliq. Kemudian, Muhammad Amin Badali memulai membacakan rawi maulid Habsyi, diselingi juga lantunan syair terbang oleh grup maulid Sekumpul.

Ahmad Hafi tampak asyik menabuh terbangnya. Jamaah pun larut dalam kesyahduan nasyid Khobbiri, tentang kerinduan dan permohonan syafaat dari Rasulullah SAW.Selepas acara maulidan dan tahlilan itu, jamaah kemudian melaksanakan shalat isya. Akibat banyaknya jamaah, sepulang dari Raudhah pun jamaah mesti sabar. Padahal jarak antara Kompleks Sekumpul ke jalan raya cuma 400-an meter, namun dengan jalan mesti ditempuh hampir satu jam. Subhanallah. (Dicatat 12 Mei 2013)

35. Diajak Jalan Guru Sekumpul
Dari Fauzan Nahdi: Ketika aku masih mahasiswa di Banjarmasin. Sekitar tahun 2000 di bulan Ramadhan, suatu malam aku bermimpi bertemu Abah Guru Sekumpul. Seolah-olah beliau memanggil dan mengajak saya jalan-jalan. Dari kost di Kayu Tangi itu, beliau menggandeng aku berjalan menuju ke arah STIE Kayu Tangi.

"Hendak kah kamu melihat Rasulullah," tanya beliau. Aku menganggukkan kepala. "Itu lah Rasulullah," kata beliau seraya menunjuk seseorang di hadapan kami. Aku melihat bahwa yang seseorang yang diperlihatkan beliau justru semuanya, baik wajah, perawakan maupun pakaiannya ya sama persis seperti beliau (Abah Guru).

Sejak mimpi itu lah aku mulai aktif ke majlis Sekumpul. Nah, itu lah mimpiku yang baru ini kuceritakan ke kamu (Adi Permana) meski sejak lama kita sudah berteman. (Dicatat 29 Mei 2013)

Frans Sinatra Huwae

36. Karamah Guru Sekumpul di Bola
Dikisahkan Dedi Junaidi (wartawan Kompas TV) yang memperoleh kisahnya dari Frans Sinatra Huwae (mantan pemain Barito Putera dan Pelatih Martapura FC). Dedi mengatakan: Waktu Bang Frans di Barito Putera sebagai kapten tim, semua anggota klub sowan ke Sekumpul diajak manajemen klub. Usai tamu lain, tiba giliran tim Bang Frans, satu persatu masuk ke kamar Guru Sekumpul. Bang Frans terakhir.

Di dalam kamar punggung Bang Frans dirajah beliau. Bang Frans meminta tolong didoakan semoga menang melawan tim hebat kala itu Persib Bandung, sebab secara fisik dan permainan Barito kalah. Kala itu Guru Sekumpul mengakui cukup berat untuk menang atas Persib. Apalagi bila hujan kata Bang Frans, Persib semakin bagus. Terus Guru Sekumpul mengakui kalau besoknya memang bakal turun hujan.

Bang Frans terus saja meminta supaya agar besok saat pertandingan tidak hujan. Hening sejenak, lalu Guru Sekumpul mengatakan bahwa besok akan hujan tapi setelah pertandingan usai. Terus Guru Sekumpul meyakinkan Bang Frans kalau timnya akan menang meski dengan skor tipis, 1-0. Bang Frans tetap puas karena tujuannya nanti timnya harus menang meski pun skornya tipis.

Pada hari H di satu partai lanjutan Liga Indonesia, Barito - Persib bertanding di Stadion 17 Mei Banjarmasin. Awan hitam sudah menggumpal. Peluit bermula namun awan semakin hitam. Pertandingan barat sebelah, gawang Barito ditembak bertubi-tubi tetapi seperti selalu meleset dari sasaran. Skor 0-0 sampai jeda.

Masuk babak kedua, Barito masih jadi bulan-bulanan Persib yang waktu itu diperkuat striker hebat Widodo C Putro. Di menit 89, bermula dari sepak pojok, pemain Barito dapat kesempatan menembak bola, tapi tembakan itu terlalu lemah. Entah kenapa kiper Persib tetap tidak sempurna menangkap bola, sehingga bola bergulir lemah lewat garis gawang meski tak sampai menggetarkan jala. wasit pun tetap meniup peluit mengesahkan gol tersebut.  Stadion bergemuruh dengan sorak Baritomania. Bang Frans menatap langit hitam, dan ingat segala kata-kata Guru Sekumpul.

Perjuangan belum habis, injurytime beberapa menit padahal jarang ada pelanggaran. Waktu seakan panjang. Peluit akhir berbunyi, dan seketika hujan lebat turun. Usai pertandingan yang berkesudahan 1-0 untuk Barito, Bang Frans didatangi 4 pawang hujan yg sengaja diupah manajer Persib supaya menurunkan hujan di saat tanding, namun nyatanya gagal. Bang Frans ditanyai para pawang, kenapa selama bertanding mereka melihat Bang Frans seperti diliputi cahaya, dan mereka sudah berusaha mengeluarkan segenap ilmu agar hujan turun di stadion tapi tetap tidak bisa. Para pawang penasaran dan hendak mengetahui siapa yang lebih hebat dari mereka. Hanyasanya, Bang Frans sengaja tidak memberitahunya. (Dicatat 6 Desember 2013)


37. Keluarga Soeharto dan Guru Sekumpul
Dikisahkan seorang teman saya, bernama Didik TM (wartawan BPost): Cucu Soeharto, Ari Sigit pernah bertamu ke Sekumpul. Oleh Guru Sekumpul, Ari diminta mendekat, "Sini kuobati," ujar Guru Sekumpul. Dan seketika, Guru Sekumpul memegang ubun-ubun Ari.

Entah seperti ada kekuatan, tubuh Ari seperti kepanasan hingga berkeringat. Rupanya Guru Sekumpul mengetahui kebiasaan buruk Ari yang suka mengonsumsi obat-obat terlarang. Ibu Tien Soeharto meski tak diketahui banyak orang, suka juga sesekali meminta nasihat Guru Sekumpul. Diperkirakan, upaya menyembuhkan tabiat Ari Sigit juga atas permohonan dari Ibu Tien. (Dicatat 25
Agustus 2014)


38. Hendra, Pastur yang Berislam Berkat Nabi Khidr AS dan Guru Sekumpul
Seorang mantan pastur yang kini bekerja di Setda Banjar, Hendra, mengisahkan pengalamannya bersama Guru Sekumpul: Saya (Hendra) sejak kecil dididik dalam ajaran Kristen yang ketat. Bahkan oleh orangtua saya, saya disekolahkan hingga ke Vatikan.

Sekian lama akhirnya sayapun menyandang predikat sebagai pastur. Saya juga memperoleh kepercayaan untuk menggembala umat di sebuah gereja di Banjarbaru, tepatnya seberang ULM Banjarbaru.
Penulis dan Hendra (kanan)

Sekitar tahun 2.000, saya bersama rekan pastur lainnya berniat untuk rekreasi mengisi liburan akhir pekan. Tujuan kami ke Pantai Takisung, Tala. Menggunakan bis pinjaman dari gereja di Banjarmasin, kami pun berangkat. Di pantai, kami mendirikan tenda. Sebagaimana kebiasaan, sebagai pastur saya memperoleh tenda sendiri, jadi tidak ada teman dalam tenda saya, sementara tiga tenda lainnya ada di dekat tenda saya. Sebelum tengah malam, kami pun masuk kemah dan terlelap.

Pada tengah malam, saya terbangun karena ada ucapan salam dari seseorang. "Assalamu'alaikum," kata orang asing itu. Salam itu diulang lagi sambil menepuk-nepuk tenda saya. Penasaran, saya pun bangkit dan keluar kemah. Karena saya Kristen, saya tak menyahut salam tersebut. Saya lalu mengampiri seorang kakek yang belum pernah saya kenal. Ia memakai jubah berwarna hijau dan bolang juga berwarna hijau, janggutnya hitam namun ada kombinasi putih di bagian ujungnya.

Saya lalu salami tangannya. Aneh, kehalusan tangan kakek itu lebih halus rasanya dari kain sutra. Pada bagian jempol kanan kakek itu seperti tidak bertulang. "Kenapa jempol kakek seperti tidak bertulang," tanya saya. "Oh ini akibat kecelakaan, tapi nanti saja saya ceritakan," kata kakek itu. "Ada apa kakek, ada keperluan apa," tanya saya. "Saya hanya menyampaikan bahwa sudah saatnya kamu berpindah dari agamamu ke Islam, seperti agama kakek," sahut kakek misterius itu. Saya lihat sekeliling, tak ada yang terbangun dari dalam kemah lainnya. "Saya tidak bisa kakek, karena sudah delapan turunan, kami adalah penganut Kristen yang taat," jawab saya.

"Tidak, memang sudah saatnya kamu mengikuti agama yang benar, yakni Islam, sebab sejak dalam perut ibumu, di dahimu sudah dituliskan Allah asma-Nya," tegas kakek tersebut. Saya lantas berpikir cepat. "Kalau memang kakek benar, apa kakek bisa menunjukkan mu'jizat sebagai tanda kebenaran dari Tuhan," pancing saya. "Kalau itu soal gampang," kata kakek itu sambil tertawa.

Entah bagaimana, tiba-tiba dari genggaman kakek itu muncul sebuah gelas kecil lagi bening. "Zam-zam, ambil air Zam-zam itu," perintah kakek itu kepada saya sambil menyodorkan gelas dan menunjuk ke laut. Mengertilah saya kalau saya mesti mengambil air laut itu. Kakek itu menyuruh saya minum tiga tegukan. Anehnya, kala minum tidak asin, melainkan tawar. Baru saja selesai
tegukan ketiga, tiba-tiba saya merasakan gatal yang sangat hebat. Saya sadari rasa gatal itu dari jubah pastur, salib dan perlengkapan yang saya kenakan kala itu. Seketika itu juga melepaskan atribut kepasturan saya. Begitu sudah lepas semua,tinggal celana dan sepatu, barulah rasa gatal yang hebat itu hilang. Rasanya seperti digigit semut gatal yang sangat banyak.

Mulai saat itu, mulai ada rasa takjub kepada kakek tersebut. "Siapa nama kakek, dan di mana kakek tinggal," tanya saya. "Nanti kamu juga tahu dengan sendirinya siapa saya. Adapun tempat saya di sana," kata kakek itu sambil menunjuk ke arah laut yang di kejauhan saya lihat seperti ada lampu kelap-kelip.

Namun,anehnya saat itu, seperti ada jalan dari tempat kami berdiri ke arah tempat yang ditunjuk kakek tersebut. Kami lalu berjalan menyusuri jalan tersebut. Namun, di tengah perjalanan, kakek itu menghentikan langkahnya. "Belum saatnya kamu memasuki kediamanku, karena kamu masih belum suci. Kamu mesti beragama seperti agama kakek," kata kakek tersebut yang pembawaannya tenang dan berwibawa.

Seketika saja kakek tersebut menghilang. Belum sempat saya berpikir banyak, tiba-tiba sebuah ombak menghantam muka saya, dan seketika saya sudah ada di air laut. Saya lalu bergegas keluar air menuju pantai. Sekali lagi aneh, yang basah cuma muka saya, celana dan sepatu saya masih kering seperti semula. Dengan masih terheran-heran, saya memandang ke arah laut. Seiring waktu, saya pun masuk ke tenda dan merebahkan diri dan akhirnya tertidur. Pukul enam pagi saya bangun dari pembaringan dan ingin melihat keadaan pantai di mana saya bersama seorang kakek misterius terlibat dialog yang masih segar diingatan. Saya perhatikan, memang masih ada jejak sepatu saya di pantai.
Bahkan, meski ombak beberapa kali menghantam pantai, jejak kaki saya masih ada. Saya kenal betul bagaimana tapak sepatu saya.

Sepulang dari Takisung itu lah, pikirannya saya mulai berkecamuk. Keimanan saya kepada ajaran Kristen sedikit demi sedikit mulai luntur. Di tengah berkecamuknya pikiran apakah akan pindah agama atau tetap dalam kepercayaan lama, bahkan sempat terlibat kerusuhan Sampit, saya (Hendra) kebetulan punya kenalan yang masih keluarga dari Guru Rosyad. Dari sini saya punya keinginan untuk mempelajari Islam sedikit demi sedikit. Namun, oleh karena Guru Rosyad sakit-sakitan, beliau menyarankan agar saya masuk Islam dengan bimbingan Abah Guru Sekumpul.

Diantar Guru Rosyad dan menantunya, saya menghadap Abah Guru Sekumpul, di rumah beliau di Sekumpul, sekitar tahun 2001. Begitu melihat saya, Abah Guru Sekumpul berkata, "Masih saja kah mencium secara tajam?" Saya kaget karena beliau langsung tahu kalau saya bisa mencium bau suku tertentu. "Inggih," kata saya. "Ibarat kebun binatang, perut kamu berkumpul banyak binatang," lanjut Abah Guru Sekumpul. Dan memang, karena saya bersuku Dayak, dan masih bercampur dengan kepercayaan Kaharingan, ajian atau untalan apa saja sudah pernah masuk ke dalam perut saya.

"Kalau ingin ber-Islam, kamu mesti dibersihkan dahulu," kata Abah Guru Sekumpul. Saya manut saja, ketika beliau menyuruh saya mengambil air minum di dapur. Beliau menyuruh saya meminum air tersebut dan beliau lalu menepuk pundak saya. Seketika saya merasa mulas dan muntah-muntah. Ada banyak kotoran hitam yang keluar dari mulut saya, sekira-kira satu mangkok ukuran sedang.
Setelah beliau merasa sudah habis semua yang jelek-jelek dalam perut saya, kemudian beliau menyuruh saya berwudhu dan kemudian diislamkan dengan cara dituntun oleh beliau dua kalimat syahadat yang saya ikuti dengan pelan. "Asyhaduan laa ilaaha illallah, wa asyhadu anna muhammadan rasulullaah," ucap saya mengikuti. Begitu selesai pengucapan dan disahkan oleh hadirin, plong lah sudah rasa di hati.

Selesai acara pengislaman saya, saya kembali bercengkrama dengan Abah Guru Sekumpul. Kemudian saya memaparkan kisah lama saya di Pantai Takisung. Beliau sepertinya sudah mafhum. "Tahu kah kamu Nak, yang menemui kamu di Pantai Takisung itu ialah Nabi Khidr AS. Beliau itulah yang menguasai lautan maupun perairan. Apakah kamu ingin berjumpa kembali dengan beliau?" terang sekaligus tawar Abah Guru Sekumpul. "Inggih," jawab saya singkat.

Beliau lalu menyuruh saya mengambil air dalam baskom dari dapur. Beliau kemudian menyuruh saya bertawasul ke Nabi Khidr AS, bershalawat serta menepuk air di baskom itu tiga kali. Ajaib, sekonyong-konyong keluarlah kakek seperti yang pernah saya lihat di Pantai Takisung. Kakek yang adalah Nabi Khidr itu muncul sepinggang dari permukaan air baskom. Saya cuma kagum tak bisa bicara. Abah Guru Sekumpul saya lihat menunduk dan mengangguk tiga kali. Sekejap kemudian, Nabi Khidr sudah menghilang.

"Nak, tadi beliau berpesan agar kamu benar-benar dalam beragama (Islam). Ibarat sekarang sudah diberi lembaran kertas putih, jangan sampai dibikin kotor lagi," kata Abah Guru Sekumpul. Saya (Hendra) mengingat betul pesan Nabi Khidr AS yang disampaikan melalui Abah Guru Sekumpul.
Abah juga menyampaikan nasihat tambahan. "Nak, bila kamu sudah Islam kemudian menjadi kaya raya, berarti Islam kamu tidak lah benar-benar. Namun, jika nanti kehidupanmu sulit dan susah, maka berarti kamu sudah beragama dengan benar. Sebab Allah berkehendak menguji keikhlasan kamu mengikut agama yang hak ini," papar Abah Guru Sekumpul.

Saya hanya bisa menganggukkan kepala seraya berkata, "Inggih Abah." Beliau kemudian berdoa memohon kepada Allah semoga saya ditetapkan iman dan selamat dunia wal akhirat untuk bisa berkumpul dengan beliau kembali di akhirat. Saya merinding jika mengingat peristiwa itu.
Perlu diketahui bahwa selama saya menjadi pastur di gereja di Banjarbaru itu, kehidupan saya begitu menyenangkan, tak ada kesusahan. Tiap kali mau belanja atau apa saja, tinggal ambil duit di kas gereja. Pokoknya, sumbangan dari gereja yang lebih tinggi, dari Vatikan dan sumbangan jemaat begitu banyak, saya tak pernah kekurangan uang, bahkan berlebih.

Setelah saya masuk Islam, kehidupan yang susah pun langsung saya temui. Namun, untunglah, keluarga Guru Rosyad terkadang memanfaatkan jasa saya menyetirkan mobil keluarga mereka, misal pergi ke undangan acara maulidan dan pengajian.

Pernah ada pengalaman aneh atau yang bisa disebut karamah Abah Guru Sekumpul. Kami rombongan malam-malam baru saja pulang dari Madurejo di salah satu kecamatan di Kabupaten Banjar. Pada tengah malam saya menyetir mobil membawa rombongan keluarga Guru Rosyad, sementara Abah Guru dan rombongan lainnya di mobil lain di belakang kami.

Begitu tiba di kawasan Astambul, mobil yang saya setir tiba-tiba mogok. Sadarlah saya kalau mobil sudah kehabisan bensin. Tengah malam itu sudah tidak ada lagi kios bensin yang buka. tak berapa lama, tiba lah mobil di belakang yang membawa Abah Guru Sekumpul. Beliau keluar mobil, "Ada apa Nak," tanya beliau. "Kehabisan bensin Abah," ujar saya. "Coba cari ember," perintah beliau. Saya pun mencoba mencari ember. Kebetulan di sisi jalan lain ada truk terparkir dan ada sopirnya. Saya tanya apakah punya ember dan syukurlah si sopir truk punya ember. Saya pinjam dan saya bawa ke hadapan Abah Guru Sekumpul. "Ambil air ke sungai," saran beliau. Saya pun turun ke sungai di bawah jembatan Astambul mengambil air. "Masukkan air itu ke tangki bensin," perintah beliau lagi. Meski agak bingung saya turuti saja perintah beliau. "Masih kurang." tanya beliau. Saya cuma mengangguk. "Tambahi lagi dua ember," tandas beliau.

Setelah semua air dimasukkan, saya diperintah menstarter mobil dan ajaib, mesin mobil hidup, dan penunjuk (indikator) bensin menunjukkan tanda full. Rombongan pun melanjutkan perjalanan. Sebelumnya, Abah Guru Sekumpul berpesan, jika sudah sampai ke rumah, buang kembali air dari tangki.

Kelebihan Abah Guru Sekumpul lainnya yang saya temui langsung, pernah saya lagi sakit dan mesti berobat ke dokter, namun tak punya duit. Saya lantas melapor ke kediaman Abah Guru Sekumpul. Saya ditemani seorang teman. Setelah dipersilakan penjaga regol saya masuk. Abah Guru Sekumpul dari dalam rumah terlihat tergesa sambil memakai sarung.

"Kenapa Nak, ada masalah apa," tanya beliau penuh kasih sayang. Saya pun mengisahkan kesulitan akibat sakit namun tak punya duit. Beliau dengan sigap merogoh buntalan sarung dan mengambil sesuatu. "Nah ini Nak, untuk berobat," ucap beliau. Saya mengucap terima kasih, mengecup tangan beliau dan permisi. Namun, berjalan keluar rumah beliau itu dengan hati bertanya-tanya. Teman saya bilang ada yang aneh, karena waktu masuk rumah, tampak sekali Abah Guru Sekumpul bergegas memakai sarung dan mustahil sempat memasukkan uang ke buntalan sarung.

Ketika sampai ke dokter saya berobat, periksa dan menebus obat. Sekali lagi ajaib. uang yang diminta dokter maupun apoteker, totalnya pas Rp250 ribu, sejumlah uang yang dikasih Abah Guru Sekumpul. Pernah saya meminta uang ke paman saya yang adalah pendeta terhormat di gereja Banjarmasin, namun karena dia tahu kalau saya sudah Muslim, saya malah dihardik. Bahkan bukan uang yang saya terima, melainkan hantaman gelas ke pelipis kanan, hingga sobek dan mengucurkan darah.

Saya pulang dan mengadu ke Abah Guru Sekumpul. Beliau mengingatkan agar saya tak usah dendam. "Rasulullah sering dianiaya, dihina dan dicaci oleh umatnya yang belum beriman, namun Rasulullah tetap sabar, tak dendam bahkan beliau mendoakan agar orangtadi mendapat hidayah dari Allah," nasihat beliau. Itulah kenangan saya (Hendra si mantan pastur) bersama Abah Guru Sekumpul. (Dicatat 20 Nopember 2014)

Abah Guru Sekumpul kala membuka lahan bakal Majlis Ar Raudhah Sekumpul sekitar 1989

39. Amplop dari Guru Sekumpul
Dikisahkan Hafidzi, seorang mantan tukang foto: Usai memoto Guru Sekumpul dan para khadam serta tukang pada perluasan Mushalla Ar Raudhah Sekumpul, saya diberi amplop berisi uang oleh Guru Sekumpul. "Duit ini jangan dijadikan pipikat (syarat/jimat) ya, beri saja buat anak istri kamu," pesannya. Amplop itu isinya tipis dan saya perkirakan cukup lah untuk mencetak dua rol film atau sekitar 150 ribu.

Sampai di rumah saya serahkan amplop itu ke istri saya. Anehnya istri saya setelah membuka amplop yang tipis itu menghitung duit di dalamnya adalah 1 juta rupiah pecahan 50 ribu. Saya kaget dan berpikir mustahil karena amplop itu sebelumnya tipis. (Dicatat 14 Januari 2015)


40. Tanah Tak Kotori Gamis Guru Sekumpul
Dikisahkan Hafidzi, seorang mantan tukang foto: Sekitar tahun 1980-an, tante saya meninggal dunia, dan oleh paman saya diminta untuk menemui Guru Sekumpul memohon bantuan mentalqinkan. "Nyawa beduhulu ja nang ae, kena aku menyusul ke sana," ujar Guru. Di kompleks pemakaman Karangan Putih, Martapura, acara pemakaman dilaksanakan dan Guru Sekumpul bersiap akan
mentalqinkan. Namun, semua keluarga khilaf lupa membawakan tikar buat duduk pentalqin. Guru Sekumpul seolah tak ingin merepotkan langsung saja duduk di tanah sisi kubur.

Selesai prosesi pemakaman Guru pun bangkit dari duduknya. Hal yang membuat saya kagum, tak ada sedikit pun gamis beliau yang terkena tanah. Gamis beliau masih putih bersih tiada noda. Padahal, tanah pemakaman itu tanah liat yang kotor. (Dicatat 15 Januari 2015)


41. Hari Ini, Haul Akbar ke-10 Guru Sekumpul
MARTAPURA - Minggu (26/4/2015) merupakan hari yang ditunggu-tunggu ratusan ribu umat Islam se-Kalsel bahkan hingga luar daerah. Ya, besok akan diadakan Haul Akbar ke-10 Guru Sekumpul yang dipusatkan di Mushalla Ar Raudhah. Jika menengok pengalaman pelaksanaan haul sebelumnya, maka dipastikan yang berhadir mulai ulama, para habaib, pejabat hingga rakyat jelata melebihi angka 300 ribu. Luar biasa, karena tidak ada even lain yang sebesar haul di Sekumpul, Martapura ini.

Berbagai persiapan oleh panitia haul sudah sedemikian rupa, mulai pemasangan umbul-umbul dan spanduk, dapur-dapur umum yang dipenuhi berton-ton kayu bakar untuk mengawah nasi samin. Begitu juga daging sapi sebagai lauk bakal diperoleh dari belasan ekor sapi. Diperkirakan, nasi bungkus yang akan dibagikan ribuan khaddam dan relawan inimampu memberi makan sekitar setengah juta hadirin. Kebesaran nama Guru Sekumpul memang tak bisa diragukan, mengingat ratusan ribu hadirin juga berasal dari luar Kalsel, bahkan datang dari Jawa, Sumatra dan luar negeri.

Bupati Banjar Sultan H Khairul Saleh pun berupaya ikut mensukseskan gelaran haul. "Sehubungan dengan pelaksanaan Haul ke-10 Al 'Alimul 'Allamah Al 'Arifbillah Tuan Guru H Muhammad Zaini bin Abdul Ghani (Abah Guru Sekumpul), yang insya Allah akan dilaksanakan, Minggu (malam Senin), tanggal 26 April ini, atau bertepatan 7 Rajab 1436 H, ulun Bupati Banjar atas nama Pemkab
Banjar, mengimbau kepada seluruh lapisan masyarakat, khususnya masyarakat Kabupaten Banjar, dapat berpartisipasi mendukung kelancaran haulan Abah Guru Sekumpul," ungkap Sultan.

Ia juga mengimbau agar para jamaah haulan untuk ikut menjaga kelancaran dan ketertiban selama mengikuti haulan. Selain itu, jamaah juga diminta selalu mentaati peraturan berlalulintas di jalan raya.

Sementara itu, suara panitia yang dirilis mengingatkan kepada jamaah yang mau menghadiri Haul ke-10 Abah Guru Sekumpul agar mengikuti anjuran jalur ini. Bagi jamaah yang datang dari arah Hulu Sungai bisa melewati jembatan Pingaran belok kanan, melewati Tambak Baru, keluar Muara Bincau, ambil kiri menuju Bincau Kampung, sampai pertigaan ambil kanan menuju Indra Sari.

Setelah itu bisa lewat Jalan Kenanga (simpangan pertigaan di seberang Super Market Yasmin) diarahkan petugas lokasi parkir sekitar belakang penjara atau bisa langsung pertigaan Sekumpul Ujung, belok kanan menuju Sekumpul akan diarahkan petugas ke lokasi sekitar Jalan Sekumpul.
Bisa juga melewati jembatan Pingaran belok kanan, melewati Tambak Baru, keluar Muara Bincau terus Tunggul irang sampai Kampung Jawa belok kiri Tanjung Rema sampai lokasi parkiran Majelis Pengajian Guru Wildan Salman.

Bagi jamaah yang datang arah Banjarmasin atau Pelaihari, bisa melewati Bundaraan Simpang 4 Banjarbaru Menuju arah Sungai Ulin, belok kiri bisa melewati Jalan Budi Waluyo (ada nanti spanduk ucapan selamat datang) melewati Mesjid Bani Ahdal terus belok kiri ke Jalan Pendidikan akan diarahkan petugas ke lokasi parkiran sekitar Jalan Pendidikan.

Juga bisa melewati Bundaraan Simpang 4 Banjarbaru menuju arah Sungai Ulin sampai Komplek Permata Hijau (sesudah Gedung BLK) belok kiri menuju Gunung Ronggeng sampai di pertigaan Sekumpul Ujung belok kiri terus menuju Sekumpul akan diarahkan petugas ke lokasi parkiran sekitar Jalan Sekumpul. Imbauan ini untuk menghindari penumpukan dan kemacetan Jalan Sekumpul Utama (yang masuk persimpangan Mesjid Pancasila) dan Jalan A Yani.

Dan bagi jamaah yang memungkinkan berjalan kaki ke acara haul, lebih baik berjalan, jangan menggunakan kendaran, untuk mengurangi kepadatan lalulintas dan terbatasnya tempat parkir. Selain  itu, bagi yang memarkir diingatkan nama Posko parkiran, kalau perlu dicatat No Posko dan No Hp-nya. (Dicatat 26 April 2015)

42. Guru Sekumpul Biasa Berjumpa Rasulullah SAW
Ahmad Jazuli, seorang netizen yang cinta kepada Guru Sekumpul menulis demikian: Berhubung sebentar lagi kita Haul Guru Sekumpul, maka kita ketengahkan cerita yang mudahan buat menambah mahabbah kita. Di Tarim sana, Hadramaut, kota para Habaib dan banyak melahirkan para Quthub, ada seorang Habib Sepuh yang bernama Habib Ahmad Assegaf yang mengarang qasidah "Baina katipaihi 'alaamah", sehingga di Martapura ia terkenal dengan sebutan Habib Baina Katipai. Habib ini seumuran dengan Habib Abdul Qadir Jeddah (kalau saya tidak khilaf).

Ia ini mempunyai kelebihan, malam-malam beliau terbiasa bermimpi dengan Baginda Rasulullah SAW. Habib-Habib zaman dulu walau sering bermimpi dengan Baginda Rasulullah SAW, masih sakit hati kalau belum bertemu secara jaga/yaqozhotan dengan Baginda SAW. (Semoga kita mendapat mimpi bertemu Rasulullah SAW, aamiin).

Akhirnya ia mendapat isyarat dari Rasulullah SAW dalam mimpi. "Ahmad, kalau kamu ingin bertemu Saya (SAW), maka temuilah Zaini orang Martapura." Maka bergegaslah dia menuju Indonesia. Sesampainya di Jakarta, ia dihalang-halangi oleh orang yang dengki kepada Guru Sekumpul, namun Habib ini mampu menerobosnya, karena ingat dengan isyarat dari Baginda Rasulullah SAW.

Akhirnya bertemulah dia dengan Guru Sekumpul. Ia utarakanlah maksud kedatangannya, kemudian oleh Guru Sekumpul diberi amaliah-amaliah yang kemudian diamalkannya. Tidak berapa lama setelah itu, Rasulullah SAW menemuinya di pagi hari.

Segera setelah pertemuan yaqozhotan itu, ia melapor kepada Guru Sekumpul. Oleh Guru Sekumpul dijawab, "Sebelum ke tempat sampean, Rasulullah SAW menemui saya terlebih dahulu."

Langsung seketika Habib Ahmad memeluk Guru Sekumpul. Ya, Guru Sekumpul itu adalah Syekh Futuhnya atau Guru Murobbi Mursyidnya Habib Ahmad Assegaf. Habib Ahmad Assegaf ini pernah berucap, "Sir dan madad Tarim berpindah ke Sekumpul."


Ilaa ruuhi Sayyidi Syekh Muhammad Zaini bin Abdul Ghoni wa ilaa ruuhi Habib Ahmad Assegaf alfaatihah. (Dicatat 26 April 2015)

43. Haul ke-10 Guru Sekumpul Setengah Juta Jamaah Khusyuk Ikuti Acara Haul
MARTAPURA - Prosesi haul dimulai selepas maghrib, Minggu (26/4/2015). Shalat yang diimami Guru Sa'aduddin ini diikuti ratusan ribu jamaah yang ada di mushalla maupun jamaah di jalan dan rumah yang kebetulan masih berada dalam jangkauan shaf. Sementara jamah yang ada di bagian depan mushalla membentuk shaf tersendiri dengan imam sendiri. Jamaah di depan mihrab langsung
bershalawat begitu Badali bersaudara, yakni Muhammad Amin Badali dan Ahmad Hafi Badali memasuki mihrab sebagai tanda akan dimulainya maulid Habsy, kebiasaan malam Senin.

Acara dibuka lantunan ayat suci Qur'an oleh Guru Abdul Kholiq. Dilanjut ayunan syair dan tabuhan terbang maulid Habsy yang indah. Ratusan ribu jamaah pun larut, hanyut ikut melantunkan syair pujian kepada Baginda Nabi Besar Muhammad SAW ini. Tamu VIP sengaja ditempatkan di hadapan mihrab dibatasi sekat sederhana dari kain putih yang ditautkan pada kayu. Syair Khobbiri membahana di udara Sekumpul, membuat bulu roma merinding. Kerinduan murid pada sang guru pun membuncah. Pecinta Nabi pasti akan tersentuh hebat jika mendengar syair pujian ini.

Doa maulid dipimpin oleh Habib Ali Al Idrus. Maka tibalah  acara tahlil yang dipimpin Guru Masdar. Dzikir nasyid begitu membahana, membuat Sekumpul semakin khusyuk dalam kepasrahan kepada Allah SWT. Nasi samin daging karih yang dikemas dalam kotak atau dibungkus pun dibagi-bagikan kepada jamaah yang menjadi tamu Sekumpul. Arus kepulangan jamaah kali ini lebih rapi dan teratur berkat bantuan berpuluh-puluh posko dan ribuan petugas plus relawan.

Sebelumnya, selepas dzuhur ratusan ribu jamaah mulai memadati kawasan Sekumpul. Arus jamaah secara perlahan mulai memasuki Jalan Sekumpul arah Jalan A Yani. Juga dari arah Banjarbaru masuk melalui Jalan Pendidikan. Dari arah Hulu Sungai masuk dari arah Tanjung Rema, dari Bincau.

Ribuan petugas dan relawan dengan sabar mengatur lalulintas. Sebagian menunjukkan area parkir bagi pengendara, sehingga jalanan tetap tertib meski sangat padat. Sebagian jamaah ada yang berusaha keras mendekati area Mushalla Ar Raudhah yang sebelum dzuhur pun sudah sangat padat. Untuk tamu VIP, baik habaib, guru-guru agama, pejabat pemerintahan dikhususkan melalui Gg Taufik tembus Jalan Guntung Alaban. Pintu gerbang mushalla terdekat dengan kubah Guru Sekumpul dan mushalla memang terdekat dari jalur Gg Taufik.

Menariknya, ada banyak jamaah memaksa masuk lewat gerbang ini terpaksa dihalangi petugas yang menjelaskan bahwa hanya tamu VIP dan dikawal petugas saja yang boleh masuk. Ini terpaksa dilakukan karena padatnya jamaah dan untuk memberi kemudahan bagi tamu VIP yang hendak masuk mushalla. Sejumlah ulama besar dan habaib hadir, diantaranya Habib Abdurrahman, Guru Muadz, Guru Masdar, Habib Merah dan lain-lain. Pejabat penting juga hadir seperti Gubernur Kalsel H Rudy Ariffin, Bupati Banjar Sultan H Khairul Saleh, Wakil Ketua MPR RI, Mahyudin juga hadir dan lain-lain.

Selepas ashar, seperti biasa Minggu sore panitia memutar ulang ceramah agama Guru Sekumpul. Di setiap rumah seputar Sekumpul tayangan ini bisa disaksikan jamaah melalui tv lokal   Raudhah non kabel. Padahal tahun tahun sebelumnya masih memanfaatkan tv kabel. Rupanya Sekumpul semakin memanfaatkan teknologi.

Bahkan tayangan yang nampak tidak melulu di dalam mushalla, melainkan juga suasana di jalan dan gang seputaran yang direkam dari udara berkat teknologi drone.

Ada pula yang berbaik hati menyediakan layar lebar memanfaatkan proyektor, sehingga jamaah bisa lebih jelas melihat situasi terkini di dalam mushalla. Sejumlah relawan dengan sabar membagikan snack berupa roti dan air mineral kepada jamaah. Selepas rekaman ceramah, Guru Sa'duddin imam mushalla memimpin ibadah membaca surah Yasin, Tabarak, dzikir yang biasa diamalkan para shalihin menjelang maghrib. (Dicatat 27 April 2015)

44. Datu Bagul dan Guru Sekumpul
MARTAPURA – Haul Syaikh Aminullah atau Datu Bagul di Desa Tungkaran, Kecamatan Martapura berlangsung khidmat, Rabu (7/10/2015). Riwayat singkat Datu Bagul dibawakan oleh Habib Ali Al 'Aedrusy asal Martapura.  Banyak tokoh ulama hadir dan tokoh masyarakat diantaranya Gusti Abidinsyah, mantan Kepala BKD Banjar.

Dari paparan Habib Ali, ternyata Datu Bagul berasal dari Baghdad (Irak sekarang). Ia datang secara khusus ke Kalimantan atas undangan Kesultanan Banjar yang memang berkuasa di sebagian besar Kalimantan kala itu. Masa Datu Bagul bahkan lebih dahulu ketimbang Datu Kelampayan (Syaikh Muhammad Arsyad Al Banjary).

Sayangnya, Datu Bagul sepanjang hidupnya tidak memiliki keturunan, karena memang sudah tekadnya untuk mengabdikan hidupnya hanya untuk Allah SWT dan Rasul-Nya, Baginda Nabi Besar Muhammad SAW. Meski raja Kesultanan Banjar menawarkan putrinya, Syaikh Aminullah secara halus menolaknya.

“Padahal raja sudah mengumumkan bahwa siapa yang bisa menyembuhkan putrinya dari mati suri akan dinikahkan dengan putri cantiknya. Dan Datu Bagul lah yang berhasil menyembuhkan putri raja tersebut. Namun, beliau tetap zuhud sampai akhirnya berkhalwat di tengah hutan ini,” jelas Habib Ali  Al Idrus.

Makam Datu Bagul lama kelamaan tersembunyi namun akhirnya dibina kembali atas jasa Guru Sekumpul (Syaikh Zaini Ghani Al Banjary). “Guru Sekumpul semasa muda suka berburu sekalian berkhalwat di hutan ini. Dan beliau pula yang mula-mula membina kubah Datu Bagul karena Guru Sekumpul tahu akan ketinggian derajat kewalian Datu Bagul ini,” cetusnya.

Dahulu, para raja begitu peduli akan akhlak rakyatnya sehingga rela mengimpor ulama-ulama shalih kelas dunia. Pembangunan akhlak menempati posisi yang penting ketimbang pembangunan fisik. Sebab, membangun manusia lebih utama. Datu Bagul wafat sekitar tahun 1726 dan dimakamkan tidak jauh dari pondok khalwatnya oleh warga masyarakat. “Kekeramatan makam Datu Bagul sungguh luar biasa, karena Rudy Ariffin pernah mau mencalon gubernur dan berhasil setelah diminta Guru Sekumpul memperbaiki jalan menuju kubah ini. Dalam artian nazar jika disertai niat yang tulus di makam ini insya Allah terkabul, karena para wali itu sangat dekat kepada Allah dan Rasul-Nya,” ujar Habib Ali.

Akhirnya Habib meminta kepada jamaah supaya tunduk kepada Allah seraya mengharap selamat dunia akhirat berkat memperingati haul salah satu wali-Nya. “Semoga daerah kita segera diguyur hujan yang manfaat, karena sudah lama kekeringan berkat Datu Bagul,” ucap Habib Ali dalam salah satu doanya seraya disambut aamiin oleh hadirin. (Dicatat 7 Oktober 2015)

Komentar