Riwayat Habib Nuh Singapura

Makam Habib Nuh Singapura. (nu)


Ditulis oleh:
*Al-Habib Prof.Dr.KH.R. Shohibul Faroji Al-Azhmatkhan. SAg.MA.PhD.*
_(Al-Imam An-Naqib Baitul Ansab Lil Asyraf Al-Azhmatkhan Wa Ahlulbayt Al-Alamy)_


Habib Nuh bin Muhammad Al-Habsyi, yang dipanggil dengan panggilan Habib Nuh. Lahir pada 13 Juni 1788 Masehi, Berasal dari Kedah Semenanjung Malaysia, hijrah ke Singapura. Pada saat Sir Stamford Raffles menduduki Malaysia. 

Habib Nuh bermukim di Singapura selama 30 tahun. Namun beliau tetap sering berkeliling ke Malaysia, terutama ke Johor Baru, untuk berdakwah.

Habib Nuh adalah Habib yang sangat dermawan. Semasa hidupnya, beliau sangat memperhatikan anak-anak kecil, serta orang miskin dan melarat. Beliau selalu memberikan anak-anak permen dan menyumbangkan uang untuk menyantuni orang miskin. Beliau sangat dicintai siapapun yang mengenalnya. 

Tidak aneh bila Habib Nuh selalu dikelilingi sahabat-sahabatnya. 

Beliau Habib Nuh juga rajin berziarah kubur, berdoa untuk mereka yang sudah meninggal, meskipun ia tidak mengenalnya secara pribadi.

Menurut data di Kitab Al-Mausuah Li Ansab Al-Imam Al-Husaini, Habib Nuh menikah dengan Anchik Hamidah yang berasal dari Provinsi Wellesly, Penang. Beliau memiliki seorang putri yang bernama Syarifah Sharigah Badaniah Al-Habsyi. Kemudian Syarifah Badaniah Al-Habsyi binti Habib Nuh Al-Habsyi ini, menikah dengan Habib Muhammad bin Hasan Asy-Syatiri di Jelutong, Penang. Dari pernikahan ini mereka memiliki seorang putri bernama Syarifah Ruqayah  Asy-Syatiri yang menikah dengan Habib Alwi bin Ali Al-Junaid. Dari pasangan inilah Habib Nuh memperoleh lima cicit, yaitu: Habib Abdurrahman Al-Junaid, Habib Abdullah Al-Junaid, Syarifah Muznah Al-Junaid, Syarifah Zainah Al-Junaid, dan Syarifah Zubaidah Al-Junaid.

Habib Nuh Al-Habsyi sendiri memiliki tiga orang adik kandung laki-laki. Mereka adalah Habib Arifin Al-Habsyi, dan Habib Zain Al-Habsyi, keduanya meninggal di Penang. Dan yang termuda adalah Habib Salikin Al-Habsyi yang meninggal di Daik, Indonesia.

*7 KAROMAH HABIB NUH AL-HABSYI*

Tidak mengherankan jika seorang Habib seperti Habib Nuh Al-Habsyi, yaitu sosok pendakwah yang dermawan dan banyak bersedekah ini, dianugerahi kemampuan istimewa (Karomah). 

Di antara karomahnya adalah:

*Karomah Ke-1. Menghilang dan berada di Tempat yang berbeda, Pada Waktu yang sama.*

Banyak yang menyaksikan, membuktikan, dan mempercayai, bahwa beliau (Habib Nuh Al-Habsyi) memiliki kemampuan untuk menghilang dan terlihat berada di beberapa tempat pada saat yang sama. Konon, ketika ia berada di Singapura, ada beberapa orang – pada saat yang sama – melihatnya sedang berdoa di Masjidil Haram Makkah, Saudi Arabia.

*Karomah Ke-2, Menyembuhkan Penyakit Dengan Sentuhan Telapak Tangannya*

Kelebihan yang muncul dari rasa cintanya terhadap anak-anak. Pernah ia menyembuhkan luka di kaki seorang anak, hanya dengan meletakkan tangannya di atas luka tersebut sambil berdoa. Hanya dalam beberapa saat, si anak itu dapat berlari kembali seperti tidak pernah terjadi apa-apa dengannya. Ayah si anak yang begitu bahagia, memberikan sejumlah uang sebagai tanda terima kasih. Habib Noh menerima hadiah itu, tapi kemudian menyerahkan kembali kepada orang yang membutuhkan pertolongan.

*Karomah Ke-3, Menembus Hujan Badai, Tapi Bajunya Tetap Kering, Tidak Basah.*

Bahkan dikisahkan dari para Habaib dan masyarakat yang menyaksikannya, bahwa Habib Nuh Al-Habsyi pernah menembus hujan badai untuk menyembuhkan sakit seorang anak. Beliau berjalan ke  Jalan Raya dari rumahnya di Teluk Belangah. Ketika beliau tiba di tempat pasiennya, percaya atau tidak, orang tua si anak yang sakit tadi menyaksikan bahwa jubah Habib Nuh tetap kering, tidak basah, atau tanda-tanda lain layaknya orang yang kehujanan.

*Karomah Ke-4, Menolong Anak Kecil Kelaparan*

Diriwayatkan dari sumber terpercaya bahwa Habib Nuh Al-Habsyi pernah terbangun dari tidurnya, karena suara tangis bocah atau anak kecil yang berkepanjangan. Beliau kemudian mengetahui bahwa tangis itu berasal dari sebuah rumah keluarga miskin. Jelas itu tangis bocah yang kelaparan. Habib Nuh lalu mengambil daging buah kelapa, diperas menjadi santan, dan dicampurnya dengan air. Setelah itu dibacanya sebuah doa, atas kehendak Allah, santan itu berubah jadi susu dan untuk sementara dapat menghentikan tangis kelaparan bocah miskin tersebut.

*Karomah Ke-5, Mengetahui Isi Nadzar Rahasia*

Habib Nuh Al-Habsyi juga memiliki Karomah, dengan kekuatannya yang akurat membaca pertanda, seakan-akan ia bisa mengetahui apakah seseorang membutuhkan bantuannya atau mempunyai niat yang tidak baik terhadap dirinya. Konon, ada seorang pria Muslim India, yang akan mengunjungi keluarganya di India dengan menggunakan kapal laut. Secara rahasia dalam hatinya, ia bernazar bila dapat kembali ke Singapura dengan selamat, ia akan memberi hadiah kepada Habib Nuh Al-Habsyi. 

Saat tiba kembali di Singapura, ia sangat terkejut mendapati Habib Nuh telah menunggunya di pelabuhan. Habib Nuh berkata dan menagih, “Saya yakin Anda telah berjanji bernadzar dalam hati untuk memberikan sesuatu kepada saya.” Dengan terkejut si India itu menjawab, “Katakan, wahai Waliyullah yang kasyaf dan bijak, apa yang engkau inginkan, maka akan aku berikan kepadamu.”

Sang Habib Nuh berkata lagi, “Saya ingin memiliki beberapa gulung kain Kuning, yang akan saya berikan kepada orang miskin dan anak-anak.” 

Laki-laki India, yang diminta kain itu pun kemudian memeluk Habib Nuh dan sambil menangis, ia berkata, “Demi Allah aku sangat bersedia untuk menghadiahkannya kepada orang yang dimuliakan Allah karena kebaikannya terhadap kemanusiaan. Berikan aku waktu tiga hari untuk mempersembahkan kepadamu.” Dan laki-laki India itu pun menepati janjinya.

*Karomah Ke-6, Kejadian Ajaib Saat Wafatnya Habib Nuh*

40 Hari menjelang wafatnya, Habib Nuh Al-Habsyi rupanya sudah merasa bahwa ia akan segera meninggal dunia. Empat puluh hari sebelum saat kematiannya tiba, beliau melakukan apa saja agar dapat menyampaikan sebanyak mungkin nasihat kepada para sahabatnya yang dicintai. 

Nasehat bijak beliau yang paling terkenal dan patut kita ingat adalah: _“Jangan serakah akan harta dan materi yang bersifat duniawi, atau memiliki perasaan benci kepada siapapun sepanjang hidupmu.”_

Tepat pada 31 Juli 1866 Masehi, pada usia 78 tahun, Habib Nuh meninggal dunia di kediaman Johor Temenggong Abu Bakar di Teluk Belangah. Ketika berita meninggalnya menyebar, banyak orang dari berbagai kalangan, termasuk para muallaf dan penduduk dari pulau tetangga, datang untuk memberikan penghormatan terakhir. Bahkan semua Kusir di Pulau Singapura menghentikan kegiatannya mencari uang, untuk mengantarkan orang tua, wanita, dan anak-anak ke pemakaman secara gratis.

Namun sebelum rombongan meninggalkan kediaman Temenggong menuju pemakaman Muslim Bidari, terjadi sebuah peristiwa ajaib, keranda tidak bisa bergerak meski puluhan orang telah mengerahkan tenaga untuk mengangkatnya. Suasana panik dan tangis hampir-hampir tak terbendung. Untunglah saat itu seorang kerabat ingat pesan terakhir almarhum Habib Nuh.

Sebelum wafat, rupanya Habib Nuh pernah berwasiat kepada kerabatnya bahwa ia ingin dimakamkan di puncak Bukit Palmer – sebuah perkuburan kecil. Namun entah mengapa, di hari itu kerabatnya melupakan pesan tersebut. Begitu para kerabat dan sahabatnya memutuskan hendak membawa jenazah ke tempat yang diwasiatkan, keranda menjadi enteng, dipikul dari bahu ke bahu, bak melayang mendaki bukit, diiringi gemuruh takbir. Hingga sekarang makam di sebelah Gedung YMCA, atau yang dikenal sebagai Bestway Building, itu tetap diziarahi orang.

*Keramat Ke-7, Makam Habib Nuh Tidak Hancur Meskipun Terkena Bom Nuklir Perang Dunia Ke-2*

Meskipun ia telah pergi, tinggal makamnya yang dikeramatkan, ada sebuah keajaiban yang masih diingat penduduk Singapura. Ketika Perang Dunia II, tanpa ampun sebuah bom menghancurkan area di Gunung Palmer, termasuk taman pemakaman yang ada di sana. Tetapi sungguh ajaib, keramat Habib Nuh tetap berdiri tegak seakan tak tersentuh Bom sama sekali.

*Referensi:*
1. Kitab Al-Mausuah Li Ansab Al-Imam Al-Husaini.
2. Kitab Al-Mausuah Li Ansab Qabilah Al-Habsyi.
3. Kitab Al-Mu'jam Al-Azhim, Li Ma'rifati Ansab Qoba'il Al-Husainiyyah.
4. Kitab Manaqib Al-Habib Nuh Al-Habsyi

Komentar