16. Khatib Menurut Guru Sekumpul
Wah, sang khatib di masjid tertentu tadi agak lama menyampaikan materi khutbahnya. Padahal, di antara jamaah ada yang sedang membawa anak-anaknya dalam rangka pendidikan ibadah. Anak-anak jadi bete dan akhirnya bercanda-canda. Jadi teringat pesan Guru Sekumpul
dalam satu rekaman pengajiannya, kalau khutbah seperlunya (inti-intinya saja) dan bacaan shalat, sunnah diperpanjang. (Dicatat 3 Juni 2012)
dalam satu rekaman pengajiannya, kalau khutbah seperlunya (inti-intinya saja) dan bacaan shalat, sunnah diperpanjang. (Dicatat 3 Juni 2012)
17. Guru Sekumpul Kisah Janda Bahenol
Ingat kah para jamaah sebagian kisah lucu Guru Sekumpul tentang ahli dzikir dan janda cantik? Alkisah, di suatu kampung, hidup lah seorang janda cantik lagi kaya raya. Namun, sesiapapun suaminya tak ada yang bisa mengimbangi si janda hingga selalu terjadi perceraian akibat tak harmonis dalam urusan ranjang.
Nah, adalah seorang yang tak muda namun ahli dzikir melamar. Janda menerima, namun warga menduga kalau bakal terjadi perceraian lagi. Namun ternyata tidak, bahkan si janda bahenol itu malah sayang dan betah. Selidik punya selidik, ternyata kekuatan petikan tasbih ahli dzikir membuat
si janda tak berdaya dan mengaku menyerah. Bagaimana tidak menyerah sebab puting susu dijadikan biji tasbih oleh ahli dzikir. Hahaha...(Dicatat ulang 4 Juni 2012)
18. Baik Sangka Menurut Guru Sekumpul
Dalam satu rekaman pengajiannya, Guru Sekumpul mengatakan, untuk mencapai husnul khatimah mesti baik sangka pada sesama muslim, dan buruk sangka kepada diri sendiri. (Dicatat ulang 11 Juni 2012)
HM Zaini adalah orang Paringin. Beliau pernah 2001 dikenalkan oleh Guru Sekumpul di hadapan ribuan jamaah pengajian di Ar Raudhah Sekumpul sebagai orang yang sama (nama). Beliau didoakan Guru selamat dunia dan akhirat. Menurut HM Zaini, berkat karamah doa Guru Sekumpul, ia pernah dua kali kecelakaan berat namun tidak mengapa. (Dicatat 17 Juni 2012)
Maulid Habsy binaan Guru Sekumpul ternyata alat terbangnya merupakan hasil sumbangan HM Sayuti, warga Jl Makam Desa Keramat RT 01 Martapura Hp 081349790936 - 081348427882. Beliau puluhan tahun berkecimpung dalam produksi terbang, dan rebana. Usaha ini sudah lama ia geluti dan hasil produksinya sudah merambah ke luar daerah. Bahkan, terbang produksinya ia sumbangkan untuk kelompok maulid di Sekumpul yang dibina sendiri oleh Guru Sekumpul. (Dicatat 17 Juni 2012)
21. Tawasul Menurut Guru Sekumpul
Sebelum di tahun 2000, saya kerap mendebat sahabat saya, Fauzan Nahdi, karena saya belum menerima secara lahir batin tentang tawasul. Menurut saya, memohon dan meminta kepada Allah SWT tak perlu tawasul karena Allah Maha Mendengar.
Fauzan Nahdi, seorang muhibbin Sekumpul saya akui memang sudah lama berguru ke mana-mana termasuk ke majlis Sekumpul asuhan Guru Sekumpul. "Begini saja, ketimbang kita berdebat karena hanya akan mengencangkan urat leher, lebih baik kita ke Sekumpul, insya Allah ada jawabannya," kata Fauzan. Kebetulan hari itu hari Minggu, maka kami bersama Mujahidin, dan Ihsan sahabat lainnya berangkat dari Banjarmasin.
Entah bagaimana, dalam tausyiah Guru Sekumpul, beliau ada menyinggung sedikit soal tawasul. Beliau umpamakan jika kita ingin menghadap/bertemu pembesar, maka agar lebih mudah tentu sebaiknya mengenal/mendekati pengawal maupun ajudan pembesar itu. Kalau langsung nyelonong masuk, bisa-bisa kita diusir paksa karena tidak dikenal. Saya pun tersenyum puas karena logika tawasul begitu mengena di hati dan saya akhirnya paham. Subhanallah, Fauzan pun melirik saya dengan senyuman. "Itulah karamah beliau," ucapnya singkat. (Dicatat ulang 24 Agustus 2012)
22. Haul Ke-7 Guru Sekumpul Haulan Terpadat
MARTAPURA - Boleh dikata, haulan ke-7 al-'Alim al-'Allamah al-Qutb ar-Rabbani wa al-Ghauts al-Fardani Syeikh Muhammad Zaini bin Abdul Ghani atau Guru Sekumpul yang dilaksanakan di Kompleks Ar Raudhah Sekumpul, Martapura, Minggu (27/5/2012) sebagai haulan yang terpadat dari segi jamaahnya. Dari sejumlah sumber, dari nasi bungkus atau kotak yang diperkirakan menembus
ratusan ribu, dapat ditaksir kalau pengunjung acara haulan mencapai 300.000.
Jalan Sekumpul, gang di kawasan tersebut, seperti Gg Mahabbah, Gg Bersama, Gg Taufiq dan lain-lain sejak Ashar sudah disesaki jamaah. Ini belum termasuk jamaah wanita yang memadati rumah-rumah besar di kawasan tersebut. Puluhan ribu sepeda motor dan ribuan mobil yang merangkak memasuki kawasan Sekumpul, termasuk ketika arus pulang begitu merepotkan ratusan petugas dari
Ribuan jamaah menyesaki Gg Taufiq, akses terdekat ke kubah makam Guru Sekumpul. Puluhan petugas di depan pintu gerbang harus berperas keringat menahan arus jamaah yang berusaha masuk, meski area kubah sebenarnya sangat terbatas. "Maaf Pak, ini khusus untuk undangan saja. Di dalam terlalu sempit," kata seorang petugas setengah berteriak. Meski demikian, pelaksanaan haulan selepas maghrib berjalan dengan khidmat dan khusyuk.
Begitu shalat maghrib berjamaah yang dipimpin imam mushalla, Guru Sa'aduddin selesai, kemudian dilanjutkan lantunan ayat suci al-Qur'an, kemudian langsung pembacaan maulid Habsyi. Tampak di depan yang biasa dudukan almarhum, ditempati kedua anak almarhum, Muhammad Amin Badali dan Ahmad Hafi Badali. Di jejeran dekat kedua anak tersebut, ada sejumlah habaib dan para pejabat teras seperti Ketum Golkar Aburizal Bakrie, Gubernur Kalsedl H Rudy Ariffin, Bupati Banjar Pangeran Khairul Saleh, mantan Wagub Rosehan NB dan para ulama terkemuka lainnya.
Selepas Yasin diteruskan dengan ritual tahlil yang ditingkahi dengan nasyid dzikir. Doa haul sekaligus doa penutup acara dipimpin Habib Abdurrahman. Barula kemudian jamaah shalat Isya, dan kegiatan ibadah di kawasan yang terkenal itu selesai. (Dicatat 27 Mei 2012)
23. Puisi dari Haul ke-7 Guru Sekumpul
Meski emas segedung tinggi
Takkan bisa tuk membeli
Airmata harapku pada Nabi
Sang kekasih Ilahi Rabbi. (Dicatat 3 Juni 2012)
24. Guru Sekumpul Berkhalwat
Menurut Kak Dini, murid Guru Husni (almarhum), Guru Sekumpul dahulu bersama Guru Husni bersama-sama berjuang dalam khalwat di suatu hutan. Keduanya mengalami lapar yang sangat sampai-sampai harus memakan daun-daunan dalam hutan sekadar mengganjal perut.
Subhanallah, demi memperoleh ilmu yang hak, kemudian disebarkan kepada umat, keduanya bersusah payah. Semoga amal keduanya dilipatgandakan dan dibalaskan Allah dengan sebaik-baiknya. Amin Allahuma amin. Jika Guru Sekumpul wafat di tahun 2005, maka Guru Husni wafat tahun 2006. (Dicatat pada 3 Juni 2012)
25. Mimpi Bertemu Guru Sekumpul
Enam atau lima tahun lalu saya bermimpi bertemu Guru Sekumpul. Saya (Adi Permana) seperti menghadiri perjamuan di kediaman Guru Sekumpul (Kompleks Mushalla Ar Raudhah). Ketika hendak menikmati makanan dengan posisi bersila di lantai, Guru Sekumpul duduk di hadapan saya, dan gaya duduknya seperti gaya duduk makan jamaah tabligh, yakni lutut kiri ke lantai dan lutut kanan di dada.
Beliau mengenakan bolang dan jubah/gamis putih dan berselendang hijau. Tapi beliau cuma tersenyum sampai giginya kelihatan, tak ada banyak kata-kata, beliau hanya mempersilakan saya menyantap hidangan seperti soto Banjar. (Dicatat 3 Juni 2012)
26. Guru Sekumpul Menghibur Saya
Sekadar ikhtiar supaya menambah mahabbah kepada Guru Sekumpul. Kalau tak khilaf, saya (Adi Permana) ditugaskan redaktur di BPost meliput dari dekat prosesi tahlilan beberapa waktu usai wafatnya Guru Sekumpul di kediaman beliau di Kompleks Ar Raudhah. Karena tugas, saya berikhtiar dengan mengikut rombongan mantan Bupati Banjar H Rudy Ariffin, masuk ke dalam halaman.
Saat saya duduk di teras, lalu ada seorang khaddam yg memang terkenal keras bila berhadapan dengan wartawan. Saat itu saya ditunjuk dan dibentak supaya keluar.
Saya lalu berdiri dan turun dari teras ingin keluar pagar, namun entah mengapa saya tetap didorong-dorong hingga hampir terjatuh. Banyak pasang mata menyaksikan kejadian itu. Dalam hati saya hanya menyebut nama Alah dengan perasaan yang cukup menyakitkan. Saya dikeluarkan paksa hingga keluar pagar. Alhamdulillah tak ada niat sama sekali untuk melawan atau membela diri.
Saudara sekalian, beberapa waktu lama berjalan, hingga pada suatu malam mungkin 2006 atau 2007, saya bermimpi seolah-olah menghadiri perjamuan di kediaman Guru Sekumpul. Saya duduk di teras, di depan ada hidangan. Di dalam rumah juga banyak hadirin. Guru Sekumpul keluar dan langsung duduk seperti cara Rasulullah makan. Beliau mengenakan bolang dan jubah putih plus sorban hijau di bahu kanannya.
Beliau tersenyum sampai gigi beliau terlihat, seolah-olah mempersilakan saya makan hidangannya bersama hadirin lain. Masya Allah, sejak saat itu tak ada rasa dendam di hati atas perlakuan salah satu khaddam Sekumpul itu. Guru Sekumpul walaupun telah wafat ternyata mampu menghibur batin saya dan mengundang secara langsung kepada saya untuk makan-makan di jamuan beliau. Allahu Akbar. (Dicatat 3 Oktober 2012)
27. Guru Sekumpul tentang Membuka Pengajian
Seminggu yang lalu saya bermimpi, seolah-olah ada banyak jamaah yang lagi bersoal, semacam pro dan kontra yang saya tidak mengerti soalnya. Tiba-tiba Guru Sekumpul muncul dan berkata, "Yang sudah ada izin silakan buka pengajian." Kemudian beliau seolah berkata kepada saya, "Yang sudah didapat, amalkan."
Tetapi memang, dalam satu rekaman pengajiannya, Guru Sekumpul sangat menekankan kepada para ulama yang akan membuka majlis ilmu mesti sudah mendapat izin atau restu Nabi Muhammad SAW atau paling minimal dari gurunya sendiri yang memiliki sanad keilmuan bersambung hingga ke Rasulullah SAW. (Dicatat 26 Oktober 2012)
28. Guru Sekumpul Sering Khalwat di Kubah Syaikh Aminullah (Datu Bagul)
Tak banyak riwayat yang bisa kita kupas dari seorang waliyullah yang bernama Syaikh Aminullah atau Datu Bagul ini. Hanya saja, berdasarkan kisah yang disampaikan Paman Fauzan, seorang penjaga makam Datu Bagul di Desa Tungkaran, Martapura, Datu Bagul wafat kira-kira 287 tahun yang lalu, atau lebih dahulu ketimbang Syaikh Muhammad Arsyad Al-Banjary atau Datu Kalampayan (wafat 200-an tahun lalu).
Jika diperkirakan bahwa beliau wafat sekitar 287 tahun lalu, maka diperkirakan, tahun beliau wafat adalah 1726 M. Wallahu a'lam. Menurut Paman Fauzan, warga Desa Tungkaran, Datu Bagul adalah yang mula-mula mendiami kawasan Tungkaran tersebut yang dulunya adalah kawasan hutan dan berdataran tinggi, alias bebas banjir ketimbang kawasan langganan banjir lainnya seperti Tunggul Irang, Pingaran, Astambul, Dalam Pagar dan lain-lain di pesisir Sungai Martapura.
Dikatakannya, berdasarkan kisah yang disampaikan Syaikh Muhammad Zaini bin Abdul Ghani atau Guru Sekumpul, Datu Bagul sebenarnya bernama asli Syaikh Aminullah, berasal dari Persia, Timur Tengah. "Guru Sekumpul mengetahui nama asli beliau, ketika Guru Sekumpul sering berkhalwat di makam ini puluhan tahun lalu. Bahkan, Datu Bagul sendiri yang memberitahukan nama asli beliau kepada Guru Sekumpul, di mana ketika itu, GuruSekumpul secara kasyaf bisa bertemu bahkan berangkulan dengan Syaikh Aminullah sebagai sesama waliullah," beber Paman Fauzan.
Datu Bagul menurut Guru Sekumpul adalah seorang habaib, atau masih keturunan Rasulullah SAW dari anaknya Siti Fatimah yang berkawin dengan Sayyidina Ali RA. "Menurut Guru Sekumpul, beliau sangat alim. Memang, sejarahnya tak banyak dikisahkan Guru Sekumpul. Kata Guru Sekumpul, Datu Bagul itu hanyalah gelaran dari penduduk setempat, yang sebenarnya nama asli beliau adalah Syaikh Aminullah, berasal dari Persia dan masih keturunan Rasulullah SAW," ungkapnya.
Paman Fauzan menceritakan, dari riwayat yang ia himpun dari cerita para tetuha, Syaikh Aminullah memang sudah diperintahkan Rasulullah SAW untuk hijrah dari Persia ke Tanah Banjar yang kala itu di bawah kekuasaan Kesultanan Banjar. "Beliau datang semata-mata untuk mensyiarkan agama Islam. Konon, beliau menggunakan sebuah kapal yang cukup besar, lengkap dengan barang-barang dagangannya. Selain berdagang, beliau memberikan pengajaran agama Islam kepada penduduk Banjar," jelasnya.
Sehingga suatu masa tibalah bagi Syaikh Aminullah berkhalwat di tengah hutan. Kapal dagangnya pun disandarkan di tepi bukit.
"Di sebelah belakang makam ini, dulunya adalah danau yang luas dan dalam, sehingga kapal bisa masuk dari arah Sungai Martapura. Seiring waktu, kapal itu tenggelam atau bagaimana saya kurang mengerti. Namun, menurut para ulama yang kasyaf, memang di kawasan ini banyak khazanah-khazanah di dalam perut buminya, baik berupa intan maupun emas batangan, wallahu a'lam," kisahnya.
Khazanah itu masih ghaib, dan suatu masa kelak, khazanah itu akan keluar dengan sendirinya ke permukaan. "Menurut para tetuha, intan akan keluar dari perut bumi, layaknya batu-batu kerikil. Meski banyak ditemukan, namun intan sudah tak terlalu berharga. Di zaman itu, semua orang kaya-kaya," beber Paman Fauzan dengan tertawa.
Hanya saja, memang ada yang berdasarkan petunjuk Datu Bagul, mendulang intan di kawasan seputar makam itu, dan memang ada ditemukan beberapa butir intan. Memang sebelum tahun 1975, untuk ke Tungkaran, warga Pekauman, Dalam Pagar atau Kampung Kramat, dan juga Keraton, mesti naik jukung. Barulah setelah itu ada jalan rintisan seiring program ABRI Masuk Desa. Bahkan, dahulu, Guru Sekumpul hobi berburu burung ke kawasan ini, sehingga untuk menuju Tungkaran yang dulunya dikenal Karang Tengah, Guru Sekumpul naik perahu.
Setelah sekian lama berkhalwat di tengah hutan di dalam pondokannya, Datu Bagul wafat. Oleh penduduk setempat, beliau dimakamkan di halaman pondokan beliau sendiri. Lokasi makam ini dulunya bernama Murung Binjai atau Murung Nangka. "Jadi, makam beliau sekarang ini, dulunya halaman pondok beliau. Beliau tak memiliki istri dan juga anak," ungkapnya.
Paman Fauzan sendiri mengaku dipercayakan oleh Julak Kasim menjaga makam Datu Bagul. Menurutnya, Julak Kasim yang baru beberapa tahun lalu wafat, cukup dekat dengan Guru Sekumpul dan kalangan habaib. Kubah menurut cerita dibina oleh Guru Sekumpul sekitar tahun 1980-an, sementara mushalla di lokasi tersebut menurut cerita dibina oleh H Harun, seorang sudagar asal Pesayangan, Martapura. Bahkan, kebun karet yang ada sekarang, dimiliki beliau yang kemudian diwariskan kepada anaknya, H Ijai.
"Dikisahkan, H Harun sempat khawatir, bangunan mushalla di samping makam yang dibangunnya mubazir, karena memang jauh dari pemukiman penduduk. Lalu beliau meminta Guru Idris untuk menanyakan soal tersebut ke Guru Sekumpul. Belum lagi Guru Idris berkata, Guru Sekumpul sudah mengatakan bahwa mushalla tersebut kelak akan berguna. Guru Sekumpul berkata, 'Belum lagi atap mushalla itu ada, aku sudah sembahyang di situ," kisahnya.
Sebelum tahun 2005, jalan dari Sungai Sipai ke Tungkaran dan menuju kubah masih jalan setapak dan berbatu. "Kemudian ada kisah bahwa Pak Rudy Ariffin, Bupati Banjar hendak maju menjadi calon gubernur Kalsel. Pak Rudy sowan ke Guru Sekumpul. Lalu oleh Guru Sekumpul, Pak Rudy disarankan untuk mengaspal jalan menuju kubah Datu Bagul sekalian bernazar di kubah tersebut.
Singkat cerita, jalan sudah bagus dan tak lama kemudian, Pak Rudy menang sebagai Gubernur Kalsel pada 2005," ungkapnya.
Selanjutnya, karena berkah Datu Bagul tersebut terasa, sekali lagi Rudy Ariffin bernazar bahwa akan membangunkan kubah yang megah jika terpilih lagi sebagai gubernur. Rupanya, Rudy Ariffin lagi-lagi dipercaya rakyat Kalsel di 2010 lalu. Kubah Datu Bagul pun dibangun beton dan megah, hingga selesai 2011 lalu.
"Kita tak bisa menafikan keberkahan waliullah. Jangankan urusan akhirat, urusan dunia bisa saja diperlancar dengan berkat waliullah. Wajar saja jika hal itu terjadi, karena mereka (waliullah) itu dekat (washil) kepada Rasulullah SAW dan dekat kepada Allah SWT," ucap Paman Fauzan.
Menurutnya, para waliullah itu di pandangan mata kepala wafat namun sebenarnya hanya berpindah alam, dan hakikatnya mereka tetap hidup dan masih mendapat limpahan rizqi dari sisi Allah SWT.
"Bahkan, mereka selola berdoa untuk umat Rasulullah baik bagi yang masih hidup maupun yang sudah meninggal. Mereka juga mengaminkan doa para peziarah. Hakikatnya, peziarah itu adalah tamu yang tentunya mereka (waliullah) itu akan menghormat kepada tamunya dan mengaminkan doa para peziarah," cetusnya.
Menurut Paman Fauzan, para wali yang sudah berpindah alam, senang jika makamnya diziarahi, sehingga Rasulullah sangat menganjurkan kepada umatnya untuk berziarah ke makam aulia meski hanya sebentar atau seperahan susu, sedetik dua detik, karena nilainya bagaikan beribadah 1.000 tahun.
Paman Fauzan mengaku pernah bimbang ketika di musim banjir 2006 lalu, di mana musim paceklik, sehingga ia lalu munajat kepada Allah dengan bertawasul melalui Datu Bagul. "Alhamdulillah, benih tak lama bisa ditanam. Namun, masalah muncul lagi ketika menjelang panen, hama tikus menyerang. Sekali lagi saya bertawasul, anehnya, lahan milik saya seperti tak diminati tikus-tikus. Para tikus hanya berkeliaran saja tanpa banyak memakan padi. Tahun itu, saya panen dengan cukup memuaskan, sementara petani lain panennya kurang bagus," katanya.
Alfaqir juga pernah mengalami hal cukup aneh. Di tahun 2004 ketika bulan Ramadhan, Alfaqir bersama sejumlah teman ziarah ke kubah Datu Bagul. Malam itu, cuaca gerimis. Kami pun berdzikir, bershalawat di dalam kubah. Untuk bersitirahat, kami ke mushalla. Yang terkenang hingga saat ini, sepanjang malam itu tak ada nyamuk yang mengganggu kami, meski makam berada di tengah-tengah kebun karet. Informasi lain, Datu Bagul diperkirakan berthariqat Syidziliyah. Subhanallah, semoga bermanfaat manaqib Datu Bagul yang sederhana ini. (Dicatat 24 Februari 2013)
29. Guru Sekumpul yang Rendah Hati
Ini kisah menyimpulkan betapa Guru Sekumpul kita sangat rendah hati dan tawadhu. Beben (wartawan RCTI) mengisahkan, GuruSekumpul berkata, "Aku ini sepertinya belum ahli surga nang ae. Kenapa? Karena aku belum mampu adil. Contoh kecil saja, bila istri mau dan yang seorang juga mau, jamnya sama lagi, terpaksa aku badusta mengalahkan salah satu. Nah, jauh aku nak dari akhlak Rasulullah SAW."
Namun, orang saleh termasuk Guru Sekumpul juga rendah hati hatta kepada para istrinya. Setiap hari selalu ada mohon maaf dan ridha kepada istri-istrinya hanya karena takut kepada Allah khawatir belum adil kepada para tanggungannya. Masya Allah, semoga kita bisa meniru kerendahan hati beliau. Aamiin. (Dicatat 15 Maret 2013)
30. Guru Sekumpul tentang Milik Negara
Ini dikisahkan teman saya, Ahdi Rizani. Ahdi mengisahkan: Suatu hari saya mengikuti pengajian Minggu di Sekumpul naik sepeda motor. Di tengah pengajian, Guru Sekumpul menyindir kurang lebih begini, "Jadi orang kalau pergi ke pangajian, tak usaha lah memakai kendaraan dinas, itu milik negara guna keperluan dinas. Tidak pantas kalau kendaraan dinas dipakai ke sini."
Subhanallah, saya rasanya yang kena tembak beliau. Mulai saat itu saya tidak berani lagi memakai sepeda motor dinas yang diamanatkan buat ayah saya. Lihatlah betapa Guru Sekumpul kita sangat hati-hati atas milik umum (negara/dinas) kalau sekiranya dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi. Hal serupa pernah dicontohkan Khalifah Umar bin Khaththab RA. (Dicatat 15 Maret 2013)
Selanjutnya...
http://www.aptour.id/2019/10/63-tentang-abah-guru-sekumpul-31-44.html?m=1
Komentar