PEMILU, KEBANYAKAN BUMBU



(Ambin Demokrasi)
Oleh: Noorhalis Majid

Dalam Pemilu, ada banyak pihak terkait, yang masing-masing menjalankan tugas, peran dan fungsinya. Mulai dari peserta, tim sukses, penyelenggara (pelaksana dan pengawas), serta banyak pihak lainnya. 

Mulai dari peserta, sekarang ini nampak sibuk mensosialisasikan diri, mengenalkan profil dan syukur kalau juga menyampaikan visi dan misi, apalagi kalau sampai melakukan pendidikan pemilih. Sedangkan penyelenggara, menyiapkan teknis serta logistik, dan yang paling substansi dari semua yang harus disiapkan itu, adalah keakuratan daftar pemilih. 

Bagian ini menjadi titik rawan kecurangan Pemilu, bukan saja menyangkut hilangnya hak warga dalam pemilih, yang seharusnya tidak boleh dilakukan oleh siapapun, apalagi oleh penyelenggara, juga pemilih fiktif rawan disalah gunakan. Bahkan mengakibatkan pembengkakan biaya pemilu, karena terkait logistik yang seharusnya tidak perlu disiapkan sebab fiktif. Karenanya, mempersiapkan keakuratan pemilih, adalah jantung dari suksesnya Pemilu.

Sebab waktu yang begitu pendek, semua pihak tersebut lebih baik fokus melakukan hal-hal penting saja, hindari yang tidak perlu semisal sekedar basa-basi, seremonial dan kegiatan yang tidak jelas maksud serta tujuannya. 

Lakukan secara proporsional, jangan berlebihan – apalagi norak. Tidak perlu disebutkan bagaimana bentuknya, cukup dirasakan, apakah hal yang dilakukan penting atau tidak, atau sekedar dianggap penting, dipenting-petingkan dan akhirnya menghabiskan banyak dana. 

Bila tidak proporsional, apalagi berlebihan, kebudayaan banjar menyindirnya dengan ungkapan “kebanyakan bumbu”. Kalau kebanyakan bumbu menjadi tidak enak, mungkin tampilan dan aromanya saja yang seolah sedap - nyaman, padahal setelah dicicipi, dirasakan, ternyata enek, bikin “manjuliak”. 

Tidak ada “bumbu” tentu juga tidak nyaman, namun bumbu yang berfungsi sebagai penyedap itu, bila berlebihan, justru lebih tidak nyaman. Maka penyelenggaraan Pemilu dengan semua unsur terkait di dalamnya, mesti pas dalam meramu semua hal, agar rasanya nyaman – berkualitas, proporsional, kada “kebanyakan bumbu”. (nm)

Komentar