![]() |
Tim e-sport Kalsel di Porwanas XIII Malang Raya 2022 menggondol 1 perak dan 1 perunggu. |
INI adalah sebuah tanggapan sederhana atas suara-suara minor dari sebagian kalangan terhadap Porwanas.
Semestinya pahami dulu awal sejarah mengapa ada Porwanas. Porwanas itu
ialah bentuk penghargaan pemerintah atas dedikasi, pemikiran dan kerja
nyata wartawan dalam ikut memajukan dunia olahraga Tanah Air.
Tengok bagaimana lahirnya KONI justru ada campur tangan wartawan. Begitu
juga adanya Galatama, cikal bakal liga profesional di cabor sepakbola
itu atas sumbangsih wartawan. Ada lagi Sarung Tinju Emas, Anugerah
Olahraga dan masih banyak lagi rangkaian motivasi langsung dari wartawan
baik bagi atlet, pelatih hingga pemerintah agar ikut bertanggung jawab
membina olahraga kita.
APBN dan APBD tentu tak semata hak
pejabat atau orang miskin, sebab wartawan juga bagian integral penting
dari negara demokrasi terbesar di Asia Tenggara.
Tak perlu
sungkan atau ragu bahkan ewuh pakewuh hanya persoalan dana, sebab jika
semua komponen bangsa ini mengerti bagaimana pentingnya peranan
wartawan/pers/jurnalis dalam menjaga demokrasi, maka hal itu bukan lah
perkara yang mesti diberat-beratkan.
Memang masih ada kekurangan seperti ada atlet yang bukan wartawan tapi diwartawankan. Namun, semakin ke sini, hal itu coba diminamilisir dengan syarat yang lebih selektif, misal harus terdata sebagai wartawan di media asli, terdaftar sebagai anggota PWI, dan bahkan mesti sudah melalui Uji Kompetensi Wartawan (UKW) dari Dewan Pers.
Itu satu bentuk keseriusan PWI bersama Siwo PWI dalam memperbaiki diri/Porwanas. Sisanya kurang lebih sebagaimana lembaga lainnya yang juga tentu ada kekurangannya. Kalau mau sempurna, nanti. Tetapi ada upaya menyempurnakan diri sudah bagian dari ibadah kita semua. Dan Tuhan YME pun tahu siapa yang menciderai bangsa dan negara ini, dan sesiapa yang ingin bermanfaat bagi orang lain.
Tentu saja, wartawan pun
harus pandai menempatkan diri. Jika pihak lain mungkin berlebih dalam
menikmati uang negara, maka wartawan biar lah dalam kewajaran, tetapi
tidak juga minim perhatian.
Sebab jika wartawan tidak sehat,
maka negara juga akan merugi. Sehat jiwa dan raganya wartawan adalah
potensi besar bagi negara ini dalam membangun rakyatnya. Jadi, Porwanas
adalah sebuah keniscayaan. (ap)
Baca juga https://www.aptour.id/2017/01/sejarah-dan-prestasi-kalsel-di-porwanas.html
Komentar