Sebuah dari Sekian Karamat Wali Muhammad Nur Takisung




DIKISAHKAN oleh kerabat H Muhammad Nur bin H Ibrahim Khaurani bahwa kewalian Muhammad Nur salah satunya terungkap ketika pada suatu ketika beliau memancing di suatu tempat. 

Pada saat memancing itu, di sekitar beliau ada seorang warga yang juga sedang memancing. Sambil memancing beliau merokok. Sekadar memberi nasihat kepada pemancing di sebelahnya, beliau mengatakan bahwa salah satu upaya mendekatkan diri kepada Allah SWT ialah tak mengambil hak orang lain.

Merasa yang memberi nasihat bukan siapa-siapa, si pemancing tadi agak tersinggung, lantas mengumpat setengah marah. Pasalnya si pemancing merasa yang memberi nasihat bukan tuan guru, bukan pula ustadz. Memang saat itu, H Muhammad Nur tak memakai imamah, karena hanya berpakaian biasa layaknya petani yang sedang mencari ikan.  


H Muhammad Nur begitu didamprat hanya santai dan diam, namun tiba-tiba meletakkan pancing. Sejurus kemudian dengan masih asyik merokok, tiba-tiba H Muhammad Nur turun perlahan masuk ke dalam air tempat pemancingan.

Aneh bin ajaib, meski sudah seluruh tubuhnya tenggelam ke dasar air, asap rokok beliau masih mengepul ke udara, melewati air. Si pemancing yang melihat terkaget dan agak gemetaran, karena asap terus saja keluar dari dalam air. Secara logika, mustahil api rokok masih hidup ketika terkena air, apalagi asap bisa keluar dari dalam air.

H Muhammad Nur kemudian muncul lagi dan naik ke tebing pemancingan dengan kondisi tetap kering seperti sedia kala. Dengan tergugup, si pemancing memberanikan diri berucap, "Guru di mana rumah pian, izinkan ulun (saya) menjadi murid pian."

Wali Muhammad Nur semasa hidup memang mengajarkan ilmu agama, baik tasawuf maupun fiqih, di kediamannya kawasan Desa Takisung RT 01, Kecamatan Takisung, Kabupaten Tanah Laut, Kalsel. Beliau sudah wafat beberapa tahun lalu, dan dimakamkan di halaman rumahnya. Makam beliau ini sering dikunjungi oleh paziarah dari berbagai daerah.

Komentar