Tradisi Pelepasan Mantan Kapolda Mengharukan
BANJARMASIN - Air mata haru terus mengalir deras dari mata Ny Hartati Halba R Nugroho. Lambaian tangan tak henti-hentinya dihaturkan untuk membalas lambaian tangan seluruh anggota dan karyawan Mapolda Kalsel yang melepas kepergian dirinya dan suami Brigjen Halba R Nugroho menuju tempat tugas yang baru.
Acara tradisi pelepasan di Mapolda Kalsel usai acara serah terima Pataka Tunggal Dharma Visudha, Jumat (16/5) itu, cukup unik. Mantan Kapolda Kalsel Brigjen Halba R Nugroho beserta istri, didampingi pejabat baru Kapolda Kalsel Brigjen Anton Bachrul Alam dan istri, bergerak menuju gerbang Mapolda Kalsel dengan menaiki mobil hias bergaya perahu Banjar, lengkap dengan moncong Naga.
Di samping mobil hias, berjejer Wakapolda Kombes Damianus Jackie, pejabat utama, para kapolres se-Kalsel turut mengiring kepergian perwira tinggi yang sudah mengabdi di Kalsel selama dua tahun lima bulan ini. Para anggota dan karyawan Mapolda Kalsel berjejer disepanjang jalan lingkungan sambil melambaikan tangan tanda selamat jalan.
"Mohon doa restunya dan selamat tinggal," ucap Halba setengah berteriak kearah hadirin. Mata Halba pun berkaca-kaca, berupaya menahan haru. Namun, istrinya tak mampu membendung air mata. Rupanya, kenangan mendampingi suami dan selama tugas menjadi Ketua Bhayangkari Kalsel yang tak terbilang singkat itu, cukup membekas baginya.
Agar tidak terlalu larut, Halba memecah kesunyian dengan melemparkan buah-buahan seperti jeruk dan apel, penghias etalase mobil hias ke arah hadirin. Rebutan plus teriakan ibu-ibu Bhayangkari cukup ramai, sehingga membuat hadirin tersenyum.
Brigjen Anton pun tak mau kalah, ia juga melemparkan buah-buahan itu kearah wartawan yang meminta buah penghias mobil hias. Anton memang dikenal dekat dengan wartawan. Apalagi jabatan sebelumnya lebih banyak berhubungan dengan kuli tinta dan disket itu.
Tepat di pintu gerbang Mapolda Kalsel, iring-iringan disambut tarian sinoman hadrah. Gubahan lagu hadrah pun menggema, "Selamat jalan kami ucapkan pada Bapak Kapolda Kalsel." Halba yang akan menempati pos barunya sebagai Ses NCB Interpol Mabes Polri bersalaman dengan para pejabat utama dan para kapolres. Begitu juga Ny Hartati yang masih menangis, berpelukan dengan sejumlah para istri perwira menengah. Akhirnya, mereka pun naik mobil keluar dari Mapolda Kalsel. adi

Anton Bachrul Alam Pegang Pataka
BANJARMASIN - Usai serah terima jabatan (sertijab) di Mabes Polri, Rabu (14/5) lalu, dilaksanakan acara serah terima Pataka Tunggal Dharma Visudha, panji kebesaran dan lambang Polda Kalsel dari Brigjen Halba R Nugroho kepada Brigjen Anton Bachrul Alam di Mapolda Kalsel, Jumat (16/5).
Disaksikan Gubernur Kalsel H Rudy Ariffin, unsur Muspida Kalsel, Wakapolda Kalsel Kombes Damianus Jackie, pejabat utama, seluruh kapolres dan para undangan, Halba menyerahkan pataka itu kepada Anton dengan upacara kebesaran.
Dengan diserahkan pataka ke tangan Anton, berarti perwira bintang satu ini sudah resmi memegang kendali tugas dan kebijakan di Polda Kalsel.
"Dengan diserahkannya Pataka Tunggal Dharma Visudha ini maka tongkat estafet kepemimpinan Polda Kalsel berada di tangan pejabat baru. Semoga, dengan pengalamannya, Bapak Brigjen Anton Bachrul Alam bisa membawa angin segar dalam pelaksanaan tugas mewujudkan viai dan misi Polri untuk menciptakan postur kepolisian yang profesional, bermoral dan modern," ungkap Halba.
Ia mengucapkan terima kasih kepada Gubernur Kalsel, pejabat utama dan seluruh anggota kepolisian di Kalsel yang telah mendukungnya menjalankan tugas mengayomi, melindungi dan melayani masyarakat.
"Saya mohon maaf jika selama tugas selama dua tahun lima bulan, masih belum mampu memuaskan semua pihak baik dalam pelayanan hukum, kepastian hukum dan pelayanan keamanan," ucapnya.
Sementara pejabat baru Brigjen Anton mengatakan, sebagai warga baru, dirinya berharap dukungan seluruh komponen masyarakat Kalsel dalam menjalankan tugas yang tidak bisa dianggap ringan itu.
"Saya akan berupaya melanjutkan kebijakan dan strategi pendahulu saya yang sesuai dengan arah kebijakan dan strategi Kapolri 2005-2009, yang berisi pengembangan SDM, sarana dan prasarana, strategi keamanan, potensi keamanan, pemeliharaan keamanan serta pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan kasus-kasus," tukasnya.
Anton membeberkan, dirinya memahami bahwa situasi di Kalsel masih rawan terjadi penimbunan BBM yang merugikan masyarakat luas. "Kita akan menghimbau kepada masyarakat supaya tidak menimbun dan menyimpangan BBM. Bilamana terbukti melanggar hukum, bagi penimbun dan penyimpang BBM akan kita tindak tegas," tandasnya.
Siapa Anton
Sewaktu masih anak-anak dan remaja, Anton takut pada polisi. Apalagi saat SMP, karena ia suka berkelahi. Bahkan pernah menggigit pipi lawannya hingga cacat. "Kalau dilaporkan, saya bisa ditangkap polisi," kenang Anton. Lantaran sering menyaksikan polisi berlaku kasar di acara hiburan, Anton pun membenci profesi hamba hukum ini. Anton melewatkan masa kecil di kota kelahirannya, Mojokerto, Jawa Timur. Masa kanak-kanak yang suram. Ayahnya, bernama B Burhan, anggota TNI Angkatan Darat berpangkat sersan dua waktu Anton berusia enam tahun. Kondisi ekonomi pas-pasan. Kelas 4 SD, ia dititipkan di keluarga pakdenya selama satu tahun, karena ayahnya sekolah untuk kenaikan pangkat.
Selain jauh dari orangtua, Anton dibedakan dengan saudara-saudara sepupunya. Ia biasa menumbuk padi untuk makan anak-anak pakde-nya. Ia sendiri makan nasi jagung.
Untuk mendapatkan uang, malam-malam Anton bekerja di rumah tetangga mengupas kacang. Akibatnya waktu belajarnya berkurang, Anton pernah tidak naik kelas. Sempat dihukum tiga hari tidak diberi makan, karena "Saya berenang tanpa izin, dan pulangnya malam," tutur Anton. Mau minta-minta malu, takut tidak diberi. "Akhirnya saya ke sawah dan minum air tebu selama tiga hari," kisah Anton. Ia lalu terkena disentri selama satu tahun, tapi tidak memberitahukan karena takut, dan tidak pernah berobat. Setelah ayahnya selesai sekolah, dan ditugaskan di Ambon, Anton ikut diboyong.
Cita-citanya ingin jadi anggota angkatan laut. "Karena pada saat SMA, ketika taruna Angkatan Laut datang ke Ambon, penampilan mereka gagah," kata Anton. Lulus tes Akademi Angkatan Bersenjata, 1976, ia belum tahu jurusannya. Ketika naik dari tingkat satu ke tingkat dua, ternyata ia dijuruskan ke Akademi Kepolisian. Meski orangtua dan ia sendiri kecewa, kata Anton, "Akhirnya saya terima dan bersyukur."
Dua puluh tahun berkarir di kepolisian, sejak lulus Akademi Kepolisian 1980, kini Brigjen Anton menjabat Kapolda Kalsel. Sebelumnya, ia menduduki kursi Wakadiv Humas Mabes Polri. Ia juga pernah menjabat Kepala Dinas Penerangan Polda Metro Jaya.
Jabatannya yang sering bersentuhan dengan wartawan membuatnya dikenal sebagai orang yang low profile. "Jabatan ini ada manfaatnya. Saya bisa menyelami, mempelajari karakter setiap orang, terutama wartawan. Dengan menghadapi banyak orang, saya mendapat bekal, sehingga dalam melakukan komunikasi tidak canggung lagi," ujar Anton.
Sehari-harinya, ia selalu terbiasa bangun subuh untuk salat, dan sampai di kantor sekitar pukul 06.00. Film kegemarannya James Bond. Hobinya main musik dan bernyanyi karena pengaruh masa remajanya di Ambon, yang banyak orang di sana suka menyanyi. Setelah pensiun nanti, dia ingin lebih berbakti kepada Tuhan.
"Jadikanlah kegiatanmu sehari-hari untuk amal bakti kepada Tuhan." Itu moto hidupnya. Dalam hal mendidik anak, sejak usia tiga tahun anak-anaknya sudah ditanamankan pendidikan agama. adi/web

Komentar