(Ambin Demokrasi)
Oleh: Noorhalis Majid
Mengejutkan, menurut Bawaslu, Kalsel tertinggi dalam soal kampanye hitam. Ada dua yang terkena dampak, pertama adalah para pemilih dan yang kedua caleg pemula.
Pemilih kurang cerdas, akan mudah terpapar, “managuk bulat-bulat” semua kampanye hitam. Caleg pemula yang baik dan ingin mengubah keadaan, mudah ciut dan akhirnya tidak fokus pada tujuan.
Terutama kepada para caleg baik yang punya niat melakukan perubahan, kebudayaan Banjar punya nasehat yang sangat keren, “disalukut kada hangit, dikubui kada basah”, sehingga apapun yang menimpa, baik pujian atau hinaan, tidak menggoyahkan tujuan.
Dibakar tidak gosong, disiram tidak basah, demikian maksudnya. Dibakar, disamakan dengan pujian setinggi langit. Hati-hati dengan pujian, kalau porsinya berlebihan dapat membuat lupa diri dan akhirnya sombong. Padahal sombong berhimpitan dengan bodoh. Sepintar apapun seseorang, ketika sombong - akan menjadi bodoh.
Disiram, diumpamakan direndahkan, kalau mental tidak kuat, sangat mungkin menjadi kalah – jatuh oleh hinaan.
Kalau tahu dan sadar bahwa pujian berlebihan dan hinaan merendahkan, sama-sama berpotensi menjatuhkan, orang akan waspada terhadap keduanya.
Tidak harus menolak pujian atau menghindari hinaan. Sebab keduanya datang tidak diundang, dan tidak mungkin dapat ditolak.
Latih diri mampu bertahan terhadap keduanya. Dipuji tidak harus melambungkan diri hingga menjadi sombong, dan dihina tidak mesti jatuh terpuruk.
Hidup mesti memiliki visi, arah dan tujuan hidup. Kalau visinya jelas dan kuat, akan fokus pada visi tersebut, dan tidak terganggu oleh apapun.
Bagi politisi yang niatnya baik untuk perubahan, kuatkan mental terhadap berbagai godaan, apakah bentuknya pujian atau hinaan. Fokus saja pada tujuan terjun ke dunia politik, jangan mudah terganggu. Kalau mental sudah kuat, tujuan pasti tercapai, asalkan “disalukut kada hangit, dikubui kada basah”. (nm)
Komentar