Waluh Bajarang

(Ambin Demokrasi)


Oleh: Noorhalis Majid

Waluh adalah labu. Sedangkan bajarang, artinya direbus. Entah kenapa labu yang direbus dipinjam menjadi ungkapan. Padahal sangat nyaman, bisa dijadikan kudapan. Mungkin yang dilihat perubahannya setelah direbus, yang semula keras seketika lembek, mudah penyet. 

Ungkapan ini bernada kecewa, pada orang yang dianggap mampu melakukan sesuatu, ternyata hasilnya tidak sesuai dan mengecewakan. Semula berkata mampu memenuhi yang diminta, setelah diberikan kesempatan, ternyata jauh dari harapan. 

Hasil yang tidak sesuai, di luar espektasi atau harapan. Misalnya berjanji menjemput pakai mobil untuk sama-sama menghadiri undangan, ternyata yang berjanji sudah di tempat acara dan menyarankan naik ojek saja. Saat mengetahui tidak sesuai janji, langsung keluar ungkapan kecewa, waluh bajarang.

Berjanji datang membantu kawan yang lagi hajatan, ternyata tidak kunjung datang dan tanpa kabar berita. Setelah datang dengan santai mengatakan, maaf tadi ketiduran. Tentu mengecewakan dan akhirnya berujung kecewa, muncul ungkapan waluh bajarang. 

Ungkapan ini digunakan untuk menyudahi rasa kecewa. Bahwa harapan dan janji, tidak selalu sesuai kenyataan. Ada banyak harapan ternyata hasilnya berbeda.  Ada saja orang yang hanya omong sesumbar, kenyataannya tidak demikian. Bila yang sesumbar tersebut dipercaya sepenuhnya, dapat terpedaya. Dalam politik pasti juga demikian. Karenanya, sisakan ruang antisipasi bila janji tidak sesuai kenyataan. 

Kebudayaan begitu arif, hanya dengan meminjam waluh, dan mengungkapkan waluh bajarang, sudah mampu menetralisir rasa kecewa, sekaligus menyindir pada pihak yang melakukan tindakan mengecewakan. Bahwa karakter tersebut lembek, tidak konsisten, tidak dapat dipercaya. 

Untuk apa berlama-lama kecewa. Segera sudahi semuanya. Memendam rasa kecewa, hanya merugikan diri sendiri. Masih banyak hal positif yang dapat dilakukan. 

Kalau kecewa, tidak perlu mencaci maki, apalagi sampai kehilangan adab hingga menghujat dan berkata kasar, cukup ungkapkan waluh bajarang. (nm)

Komentar