Baudak Banyu Basah, Baudak Api Latup

(Ambin Demokrasi)


Oleh: Noorhalis Majid

Apapun yang dilakukan, ada konsekuensinya. Sebelum berbuat, pikirkan risiko yang ditimbulkan. Bila tidak mampu menanggungnya, jangan coba dilakukan, karena pasti menerima buah dari perbuatan, itulah yang dimaksud baudak banyu basah, baudak api latup.

Bermain air basah, bermain api lepuh, dua perumpamaan yang sangat jelas, karenanya bila tidak ingin basah, jangan bermain air. Begitu juga, bila tidak ingin lepuh – terbakar, jangan bermain api. 

Segala konsekuensi, mengikuti apa yang dilakukan. Kalau sudah tahu akibatnya, bila terjadi, tidak perlu mengeluh, apalagi menyesal.

Kalau sudah tahu hasilnya buruk, mestinya tidak dilakukan. Misal, melakukan korupsi, tindakan a-moral, a-susila, dan lain sebagainya, sudah pasti dapat mempermalukan dan bahkan menghancurkan diri sendiri - jangan coba dilakukan.

Terkadang manusia suka bebal, sudah tahu resikonya, tetap saja dilakukan. Mudah sekali tergoda, mencoba, berspekulasi, atau bermain-main dengan resiko. Alasannya, asal tidak ketahuan, asal tetap berhati-hati, atau asal tidak berlebihan. Bahkan menantang berani melakukan hal yang sangat beresiko. Semakin beresiko, semakin membanggakan. Pada saat benar-benar terjadi, sesal kemudian sudah tidak berguna.

Ungkapan ini mengingatkan, bahwa semua hal ada konsekuensinya. Politik juga demikian, mau peduli atau tidak terhadap politik, semua ada akibatnya. Bila tidak peduli, maka dimanfaatkan kelompok oligarki. Bila peduli, mesti rela berjibaku melawan segala upaya pembajakan demokrasi.  

Sebab semua ada resikonya, lebih baik peduli, terutama peduli untuk mendorong orang baik maju dan duduk dalam jabatan politik, sehingga diharapkan mampu menciptakan kesejahtraan bersama. Jangan biarkan orang baik berjuang sendirian, karena pasti akan kalah melawan oligarki.   

Karena semua ada resikonya, mesti berani menggambil keputusan terbaik, tidak perlu ragu, yang penting tahu dan sadar bahwa baudak bayu basah, baudak api latup. (nm)

Komentar