Politik Keteladanan

(Ambin Demokrasi)


Oleh: Noorhalis Majid

Kenapa harus belajar politik dan kearifan dari para tokoh? Demikian pertanyaan utama Forum Ambin Demokrasi, Sabtu 29 Juli 2023. Sebab, problem politik hari ini, hilangnya keteladanan dari para tokoh – sedikit sekali contoh baik dalam soal kepemimpinan.

Semua tersegmentasi, terkelompok dalam aliran dan warna politik. Sulit mencari pemimpin yang mampu merangkul semua golongan. Kalau sudah masuk pada satu kelompok, lantas bukan merangkul kelompok lain yang berbeda, justru memukulnya. 

Berbeda pilihan politik hal biasa, bahkan berbeda cara pandang politik, juga wajar. Biarkan semua gagasan dan cara pandang bertarung, sehingga semua berkontribusi mencerdaskan warga. 

Namun, yang muncul dalam pertarungan politik justru terkait soal pribadi – hujat menghujat dengan mengungkit perkara pribadi. Sehebat apapun hujat menghujat, tidak membawa perubahan apapun, selain sekedar “basasambatan”, dan pasti jauh dari substansi politik. 

Berpolitik secara bermartabat, tentu sudah dicontohkan oleh para tokoh sejak dahulu kala. Jangankan para politisi besar kaliber dunia seperti Mahatma Gandhi, Nelson Madela atau Soekarno, Hatta, Syahrir. Bahkan tokoh dan pemilikir politik paling ekstrim, Niccolo Machiavelli, yang merumuskan pemikiran sangat terkenal, “politik tanpa moralitas”, pun masih menganjurkan agar politik harus bermoral - bermartabat. 

Keharusan berperilaku bermoral kata Machiavelli, dalam rangka mencapai tujuan agar mendapat simpatisan, perhatian, cinta kasih dan kepercayaan untuk menjadi pemimpin. Tanpa itu, mustahil tujuan politik tercapai. 

Tentu pemikiran ini membingungkan para penganut paham Machiavelli, sebab dipaksa melihat ke kanan sekaligus ke kiri. 

Awalnya ia menganjurkan agar tidak perlu mementingkan moralitas, tapi bersamaan itu, ia juga mengatakan, tindakan bermoral dibutuhkan untuk tujuan yang bahkan sama dengan tujuannya dalam menanggalkan moralitas, demi kepentingan politik. (nm)

Komentar