Politik dan Pisau Ockham

(Ambin Demokrasi)


Oleh: Noorhalis Majid

Kalau ada orang selalu terpilih dalam Pemilu, mungkin karena dia memang dekat dengan pemilih, senantiasa mendatangi pemilih, berdialog langsung dan mampu membangun komunikasi serta komitmen. Menyebabkan pemilih merasa nyaman, percaya, dan pada akhirnya memilih dengan penuh kesadaran. 

Bukan karena yang bersangkutan money politik atau bagian oligarki, royal membagi uang saat jelang pencoblosan, setelahnya tidak pernah menyapa, apalagi memperjuangkan kepentingan warga.  

Sebaliknya, yang tidak terpilih, boleh jadi karena kurang sosialisasi, sebelum menjadi caleg tidak dikenal kiprah maupun kinerjanya. Merasa popular, hanya karena balehonya berhamburan di setiap sudut kota. Interaksi dengan warga pemilih tidak pernah dilakukan. 

Sebab tidak terpilih, bukan karena orang lain lebih banyak duitnya, tapi karena dirinya sendiri tidak pernah membangun hubungan dan kerjasama. Bahkan kinerjanya tidak diketahui sama sekali, seketika muncul dan instant dalam politik. 

Sesederhana itu semestinya menganalisa seseorang terpilih atau tidak terpilih dalam Pemilu. Tidak perlu terlalu jauh, berasumsi lebih dari yang diperlukan. Kalau pun terdapat banyak penjelasan terkait berbagai fenomena, pilihlah versi paling sederhana, jangan berpikir rumit, demikian teori Pisau Ockham mengajarkan. 

Teori ini dilontarkan William Ockham, seorang pendeta dari Ordo Fransiskus dan ahli logika Inggris abad 14. Prinsif ini membentuk dasar reduksionime metodologis, dan juga disebut prinsip hemat. Misalnya, melihat sebuah pohon hangus di tanah, bisa disebabkan oleh mendaratnya pesawat makhluk luar angkasa atau karena disambar petir. Menurut Pisau Ockham, sambaran petir adalah penjelasan yang paling dipilih, karena asumsinya paling sedikit, penjelasannya sederhana, dan lebih mudah diuji. 

Politik juga demikian, terkadang, terpilih atau tidak, sebabnya sederhana, karena tidak pernah menyapa warga, enggan mendatangi dan berdialog, tidak terbangun ikatan emosi untuk saling mendukung. Bukan disebabkan hal muluk dan mewah, apalagi sebab mistik. (nm)

Komentar