Parpol, Tabuati Jukung Miris

(Ambin Demokrasi)


Oleh: Noorhalis Majid

Setiap orang dalam Partai Politik, wajib menjaga nama baik dan maruah Partai, jangan sampai partai yang ditumpanginya bermasalah. Sumber masalah utama, biasanya dari anggota dan pengurus partai itu sendiri. 

Bila ada satu saja anggota – apalagi pengurus Partai melakukan satu kesalahan, akan berimbas kepada nasib partai secara keseluruhan. Kekuatan Partai, terletak pada satu titik kelemahan yang sedang dipersoalkan. Sekali pun prestasinya 99, bila ada satu persoalan yang sedang melandanya, maka sorotan mata warga bukan pada prestasinya, tapi terfokus pada satu kesalahan yang dilakukannya.

Semakin mendekati Pemilu, semakin rawan potensi kesalahan diungkap, digoreng, diblow up. Bila kesalahan itu terang benderang, bahkan kata pepatah banjar ‘tarang pada siang’, tertangkap tangan, lengkap dengan segala bukti, tidak mungkin menghindar apalagi ‘bakulim’.

Betapa sering terjadi, saat jelang Pemilu, partai yang diprediksi menang, seketika ambruk karena ulah kader atau petingginya. Sudah mendapat banyak dukungan dan simpatik, tiba-tiba seluruh pendukung berpindah pilihan – bedol desa, tidak ingin menjadi bagian dari masalah. 

Walau mekanisme Partai sangat cepat mengambil sikap serta tindakan, tetap saja dampaknya sangat besar. Sekali pun berusaha membela diri dengan dalih ‘kriminalisasi’, namun hukum alam terhadap yang dianggap bermasalah, tetap menjadikannya terpuruk atau minimal berkurang dukungannya. Apalagi bila penggembira atau simpatisan, lebih banyak dibanding pendukung fanatik.

Kesimpulannya, semakin mendekati Pemilu, hendaknya berhati-hati dalam bertindak, bersikap dan berkata-kata. Jangan sampai ceroboh, berulah yang tidak penting, apalagi salah. 

Konsekuensinya bukan hanya pada diri sendiri, namun berdampak pada anggota, pengurus, bahkan struktur Parpol dari pusat hingga daerah – sampai ke pelosok yang tidak tahu menahu masalah tersebut. Dan tidak jarang, berimbas pada Capres atau Cawapres yang didukung. Suara dan dukungannya merosot sebab ‘tabuati jukung miris’. (nm)

Komentar