POLITISI, SIAPA DIA? SARABANYA?

(Ambin Demokrasi)



Oleh: Noorhalis Majid

Apa yang harus dicari tahu dari seorang politisi? Pertanyaan itu kalau diringkas menjadi “siapa dia?”.  Siapa gerangan orang yang berani menjadi politisi tersebut? Cara menjawabnya dengan melihat, mencari tahu, apa saja yang sudah dilakukan dan perbuatan apa yang mengandung nilai-nilai kebaikan, atau minimal berkontribusi untuk masyarakat. 

Dalam bahasa sederhana disebut rekam jejak, yaitu hal apa yang selama ini sudah dikerjakan oleh yang bersangkutan. Adakah kiprah dan perannya untuk memajukan atau memberdayakan masyarakat. Termasuk, apa yang sudah diperjuangkan bagi kepentingan orang banyak. 

Politik yang dilakoni oleh seorang politisi, mestinya diawali dari menanam kebaikan melalui peran dan kiprahnya dalam masyarakat. Tidak ujuk-ujuk seketika mucul gambar baleho, tanpa ada kiprah yang dilakukan sebelumnya. 

Kiprah tersebut menggambarkan peran dan karakter. Idealnya memang politisi itu berkarakter. Mengutip pernyataan bijak Marcus Tullius Cicero (106-43 SM), seorang orator ulung, negarawan, filsuf, ahli hukum dan politik Romawi, ”Jika harus melakukan sesuatu yang tidak populer, sebaiknya sekalian saja lakukan dengan segenap hati, karena dalam politik, pujian tidak didapatkan dengan takut-takut.” Artinya, politisi berkarakter, tidak takut melakukan hal tidak popular sekali pun. 

Tapi Cicero juga mengatakan, ”politik bukan perjuangan demi keadilan. Politik itu profesi”. Karena politik sebuah profesi, maka politikus adalah makhluk yang ulet memperjuangkan ambisi politiknya untuk meraih tujuannya berpolitik. 

Nah, jangan heran kemudian ada politisi dianggap tidak konsisten – tidak komit, bahkan diduga tidak berkarakter, sebab hanya fokus pada tujuaannya, tidak peduli apapun selain tujuannya. 

Terserah pada pemilih, politisi seperti apa yang akan didukung. Yang berkarakter dengan segala rekam jejaknya, atau yang ambisius - menghalalkan segala cara? atau yang sarabanya? Sepertinya, semua tersedia dalam politik. (nm)

Komentar