BERHARAP DEMOKRASI DARI ANAK MUDA

(Ambin Demokrasi)



Oleh: Noorhalis Majid

Kabarnya, anak muda mulai banyak berminat ikut politik. Walau sebagian besar merasa ragu. Alasannnya, dunia politik tidak baik-baik amat, bahkan Parpol satu institusi paling tidak dipercaya. Memasukinya, beresiko ikut tidak dipercaya. 

Kalau anak-anak muda yang baik, kritis, penuh optimisme, berminat masuk politik, ada harapan demokrasi semakin baik – setidaknya bertumbuh dengan gairah dan semangat anak muda. 

Dua tantangan yang harus dihadapi; Pertama, bertarung dengan politisi senior yang enggan berganti posisi – yaitu kelompok mapan yang memilik segalanya, sehingga mudah melakukan apa saja. Kedua, menghadapi anak muda lainnya yang tumbuh dari tunas dinasti politik – yang mendapatkan fasilitas dan kesempatan serba mudah.

Kedua tantangan tersebut, bagian dari politik oligarkhi, yang tidak menginginkan anak muda tampil melakukan perubahan. Padahal, perubahan satu keniscayaan, harus dilakukan mengikuti percepatan kemajuan zaman. 

Kalau anak muda kritis, idealis, lagi progresif, berhasil masuk politik, pasti lahir kebijakan  yang mampu menjawab tantangan perubahan. Terutama kebijakan yang menjawab harapan anak muda itu sendiri, mulai dari soal penyediaan lapangan pekerjaan, pemajuan olahraga, seni dan budaya, serta kesempatan seluasnya dalam pendidikan. 

Satu contoh, bidang olah raga saja. Semua tahu, usia produktif seorang atlit sangatlah pendek, tapi kenapa PORPROV dan POPDA, dilakukan empat tahun sekali? Di Provinsi lain, sudah dua tahun sekali, agar kesempatan anak muda atau pelajar dalam usia emasnya, dapat ikut sesering mungkin mengasah kemampuan.

Belum lagi soal anggaran olaharaga yang tidak berpihak, ditambah politisasi citra, bahkan konflik elit, yang menyebabkan berjalan tidak sportif. 

Itu baru soal olahraga. Bidang lainnya juga perlu perubahan yang lebih progresif.  Karenanya, apapun yang terjadi, anak muda harus berjuang super extra, agar mampu melakukan berbagai percepatan. (nm)

Komentar

Advertorial Post