PEMILU, BUJURANKAH BAPANJANGAN PILUNTANG?

(Ambin Demokrasi)


Oleh: Noorhalis Majid

Main layangan dengan segala gaya dan caranya, sering kali dipinjam sebagai refleksi dalam kontestasi politik dan Pemilu. Mungkin karena analoginya hampir sama. 

Benang layangan yang panjang, diumpamakan sebagai modal. Bila modal sedikit, dianggap benangnya pendek atau handap. Modal besar, dianggap panjang. Bertarung dalam hal apapun, modal sangat menentukan strategi. Begitu juga dengan main layangan, pilihannya tergantung panjang benang, apakah mengulur - melumbar, atau jalan pintas - menarik dengan cepat.

Kalau benang pada piluntang cukup panjang, mudah menerbangkan layangan setinggi apapun. Begitu juga dalam politik, kalau modalnya banyak, pasti tidak sulit melakukan apa saja, termasuk berkreasi dalam berbagai aksi. Bahkan mungkin bermanuver, berulah dan bertingkah sekehendak hati.

Ketika musuh benangnya lebih panjang, harus tepat memilih strategi, meladeni ikut mengulur atau sebaliknya menarik benang dengan cepat. Lambat mengambil keputusan, beresiko putus dan kalah.

Pertarungan antara yang panjang dan handap piluntang, membedakan strategi dan cara yang diambil. Yang panjang piluntang, umumnya menggunakan strategi mobilisasi. Sedangkan yang handap piluntang, menggalang partisipasi. 

Keduanya tidak mudah, sama-sama memiliki konsekuensi. Para konsultan politik lebih suka yang panjang piluntang. Lebih pariatif yang dapat dilakukan, dan tentu saja upah terjamin. Yang handap piluntang membayarnya dengan janji, harapan, atau yang dianggap ideal, dengan komitmen. 

Mobilisasi memerlukan banyak dana. Partisipasi membutuhkan banyak tenaga. Mobilisasi, rawan politisasi, sedangkan partisipasi berkonsekuensi frustasi, patah semangat. 

Bila kurang motivasi, melawan yang panjang piluntang menimbulkan putus asa. Karena itu semangat, motivasi, optimisme, tidak boleh surut. 

Begitu arifnya kebudayaan Banjar meminjam piluntang sebagai ilustrasi. Menggambarkan ketersediaan modal. Kalau modal sangat banyak, segalanya dapat dilakukan. Pasti tidak mudah melawan yang panjang piluntang, kita bisa dipuntalnya. (nm)

Komentar