PEMILU HEBAT, BEBAS PAMBULANTIKAN



(Ambin Demokrasi)
Oleh: Noorhalis Majid

Menurut banyak pengamat, Pemilu hebat dan terbaik dalam sejarah Indonesia, adalah Pemilu yang berlangsung pada tahun 1955 dan 1999. Walau pun dua Pemilu ini diikuti oleh kontestan Partai Politik yang sangat banyak, namun berlangsung sangat demokratis. 

Ada tiga ukuran yang dipakai, sehingga kedua Pemilu ini dianggap hebat dan terbaik. Pertama, tidak terdapat money politik, kecurangan dan segala macam yang meragukan hasil Pemilu; Kedua, tingginya partisipasi masyarakat untuk ikut mensukseskan Pemilu, padahal tidak ada mobilisasi; 

Dan ketiga, yang jauh lebih penting, kuatnya semangat untuk menentukan diri sendiri serta semangat memperbaiki kondisi bangsa menuju arah baru yang lebih baik.

Pada Pemilu 1955, ada semangat memperbaiki kondisi bangsa, setelah dijajah beratus tahun oleh bangsa asing – gairah menjadi bangsa sendiri dan mengaturnya secara demokratis. Sedangkan Pemilu 1999, semangat yang tumbuh adalah keinginan untuk memperbaiki kondisi bangsa agar segera beralih dari era otoritarian Orde Baru yang penuh ketidak adilan menuju era reformasi.

Di luar dari dua Pemilu ini, banyak sekali praktik transaksional – tidak bisa dianggap sebagai Pemilu yang hebat dan baik, sebab dikotori segala jenis sampah demokrasi, sehingga berbagai bentuk pelanggaran, menciderai kualitas demokrasi. 

Yang lebih parah, kesadaran dan semangat memperbaiki kondisi bangsa dan negara semakin terkikis dan menipis.  Yang menguat justru mental fragmatisme, apatisme, hanya mencari keuntungan jangka pendek pada momen Pemilu.

Kalau ingin Pemilu 2024 juga dianggap dan dicatat sebagai Pemilu hebat dan baik dalam sejarah, maka tumbuhkan semangat bahwa inilah momentum memperbaiki kondisi bangsa. Selanjutnya, bangun partisipasi semaksimal mungkin, dan hilangkan money politik – jangan sampai dikuasai “pambulantikan” yang hanya mementingkan diri sendiri dan pada akhirnya menciderai demokrasi. (nm)

Komentar