Warga Alalak Padang |
PULUHAN petani sawit di Desa Alalak Padang Kecamatan Cintapuri Darussalam Kabupaten Banjar Kalsel minta lahan mereka yang 48 hektar dikeluarkan dari plasma PT Borneo Indo Tani.
Hal ini disampaikan Pembakal Alalak Padang Anang Syahrun bersama puluhan warganya di balai desa setempat, Jumat (10/6/2022).
"Ada 48 hektar lahan plasma yang selama beberapa tahun ini tak diperhatikan perusahaan (BIT), sehingga tidak terawat dan kurang menghasilkan," ujar Syahrun.
Pembakal Anang Syahrun |
Alhasil petani pun merasa dirugikan karena juga tak boleh menjual sawit itu karena akan dikriminalisasi oleh BIT.
"Padahal sebelum ada perjanjian kerjasama antara koperasi (KUD Mas Intan Jaya) 2012, rata-rata lahan mereka ialah sawah yang sangat produktif," tuturnya.
Pada 2017-2018 mulanya petani plasma masih memperoleh pembagian keuntungan 50.000 rupiah/hektar. Kemudian beberapa tahun kemudian turun 12.000, lalu pernah juga 8.000 dan kemudian beberapa waktu terakhir malah tak ada sama sekali.
"Kami sudah berupaya menyurati dan beberapa kali berupaya memperbaharui kerjasama namun terkesan tak diindahkan dan dua bulan lalu sampai sekarang tak juga ada kabarnya," tukas Syahrun.
Dibanding menjadi plasma, lanjutnya, mereka ingin seperti warga desa (Karya Makmur) yang berhak penuh atas lahan dan mampu menjual sawitnya dengan mandiri.
Diinformasikan lahan plasma BIT berkisar 600 hektar dari total keseluruhan 19.000 hektar. Berarti 80 persen lebih masih inti perusahaan.
"Selain soal plasma yang 48 hektar yang kami minta kembalikan, ada banyak warga juga yang selama lahannya menjadi inti tak pernah mendapat ganti rugi. Padahal ada yang menanam dan merawat sekaligus penggarap lahan awal justru tak memperoleh uang balas jasa dan pergantian," ujarnya seraya dibenarkan oleh Arpan, warga yang sawahnya dijadikan inti.
Pembakal berharap ada kebijakan BIT sehingga keadaan warganya tidak memperihatinkan, dan bisa sejahtera seperti desa lainnya.
Taupik Rahman menambahkan boleh jadi pihak perusahaan merasa sudah memenuhi segala kewajiban namun "selesai" hanya di level KUD Mas Intan Jaya.
KUD Mas Intan Jaya tak aktif tapi oknum petingginya kaya? |
Sebab warga anggota KUD tak pernah lagi ikut rapat tahunan semenjak oknum petinggi KUD memegang sekian lama. "Oknum itu susah ditemui," ujar Taupik.
Ia pun berharap intansi terkait bisa menengahi permasalahan warga Alalak Padang, KUD dan BIT sehingga Alalak Padang bisa lebih baik ke depannya.
Sekadar informasi, warga di desa ini makin berkurang karena sulitnya pencaharian. Sawah sudah makin menyusut, dan ikan juga makin langka akibat keadaan air yang cukup asam dampak sawit.
Senin (13/6/2022), Humas BIT Suharto yang coba dikontak mengaku sedang sibuk meeting. (ap)
Komentar