Kasyaf Massal Warganet dengan Asbab Video Guru Muadz



ZAHIRNYA Abah Guru Sekumpul pada Guru Muadz sungguh anugerah Allah SWT Yang Maha Pemurah dan syafaat kekinian Rasulullah SAW kepada warganet alias masyarakat awam.

Betapa tidak, jika pada beratus-ratus tahun kita yang awam ini disuguhkan sekadar pernyataan ulama dan aulia Allah, atau ulasan di kitab-kitab berbahasa Arab atau berbahasa Melayu behuruf Arab tentang tasawwuf yang mengupas soal fana fi syaikh. Maka lewat berbagai unggahan video di medsos, kita bisa melihat fakta kebenaran teori ilmu yang disuguhkan para sufi itu.

Salah satu contoh, video Guru Muadz yang didaulat membacakan dan menguraikan manaqib Abah Guru Sekumpul di Samarinda beberapa waktu lalu, ternyata tertangkap kamera bahwa beliau sedang keadaan fana fi syaikh. Ya, dalam bagian akhir video, Guru Muadz yang sedang coba dibantu seorang khadam majelis melepas mikrofon kepala (headphone) hanya sekian detik, tampak senyum, dagu, hidung hingga kacamata khas Abah Guru Sekumpul.

Sebagian besar netizen meyakini, Abah Guru Sekumpul hadir di majelis itu pada Guru Muadz. Atau Guru Muadz saat itu sedang mengalami fana ke gurunya, yakni Abah Guru Sekumpul. Atau Abah Guru Sekumpul tajalli alias zahir pada Guru Muadz. Tak penting apakah wajah keduanya tidak mirip, atau karakter keseharian keduanya berlainan, di mana Guru Muadz sebenarnya jarang tersenyum, ketimbang Abah Guru Sekumpul yang murah senyum.

Namun, yang bisa menyatukan keduanya, ialah karena cintanya Guru Muadz kepada Abah Guru Sekumpul. Berkat cinta itu lah, Allah SWT dan Nabi Besar Muhammad SAW menganugerahkan maqam fana fi syaikh kepada Guru Muadz. Guru Muadz benar-benar sudah lebur kepada Sang Guru. 

Jika dahulu-dahulu, cuma orang tertentu saja yang bisa melihat (kasyaf) akan kezahiran Abah Guru Sekumpul pada Guru Muadz, maka kini Allah SWT Yang Maha Pemurah itu menganugerahkan kepada masyarakat umum melalui video medsos untuk menyaksikan (kasyaf) juga bahwa benar Guru Muadz telah fana kepada syaikhnya.

Satu muhibbin Sekumpul Hafidz Jauhari, Minggu (6/3/2022) mengatakan bahwa bukan sesuatu yang mengherankan lagi jika Guru Muadz sangat mencintai Abah Guru Sekumpul. 

"Beliau merupakan salah satu pecinta sejati (muhibbin) Abah Guru Sekumpul. Beliau selalu hadir di Majlis Ar Raudhah di masa Abah Guru Sekumpul hidup, bahkan setelah wafat Abah Guru Sekumpul," cetusnya. 

Dari pendapat sejumlah sufi, lebur atau karam kepada syaikh berarti seorang salik telah hilang keakuan egonya, yang ada dalam qalbunya hanya syaikhnya, sehingga gerak dan diamnya mempedomani bagaimana gerak dan diam syaikhnya. 

Ini bisa terjadi, karena syaiknya, yakni Abah Guru Sekumpul sudah sangat dimaklumkan jutaan jemaah sebagai wali kutub. Makam kutub ini tidak sembarangan, karena ini berarti Abah Guru Sekumpul telah sampai pada fana fi Rasul. Abah Guru Sekumpul sangat mencintai Baginda Rasulullah, sehingga sampai keakuan egonya lebur, dan yang ada hanya tinggal gerak dan diam Rasulullah. 

Bila sudah kutub, maka berarti ruh (batin) si wali kutub itu hakikatnya ialah Rasulullah SAW. "Zahirnya si wali, tapi batinnya batin Rasulullah SAW," ujar Abah Guru Sekumpul dikutip dari salah satu rekaman ceramahnya. 

Kembali kepada kasyaf massal tadi, maka hemat penulis, kita sekarang ini benar-benar mendapat anugerah dari Allah SWT serta syafaat Baginda Nabi Muhammad. Seakan-akan Allah mengumumkan secara terbuka, "Benar Rasulullah SAW itu utusan-Ku. Syaikh Zaini Ghani Sekumpul Al Banjari itu mencintai Rasul-Ku, dan Guru Muadz Al Banjari itu mencintai Syaik Zaini Sekumpul." 

Menurut penulis, Allah sungguh bermurah hati me-washilkan netizen yang yakin, di mana washil dan kasyaf itu biasanya baru bisa tercapai setelah salik menjalani khalwat (menyepi) tiga, tujuh, 21, atau 40 atau 100 hari di bawah bimbingan gurunya. 

Penulis beberapa kali mendengar penuturan para salik yang mengalami kondisi tertentu yang membuktikan kezahiran para aulia itu di orang-orang tertentu. Misal almarhum Kai Kandar yang pernah melihat semua orang di rumah sakit berwajah sama dengan wajah seorang salih yang sedang terbaring sakit di rumah sakit itu.

Juga pengalaman ruhani Fauzan Nahdi yang didapati Rasulullah SAW namun wajahnya adalah wajah Abah Guru Sekumpul. "Suatu malam saya bermimpi bertemu Rasulullah SAW. Beliau mengatakan bahwa beliau Rasulullah SAW, namun wajahnya wajah Abah Guru Sekumpul," kisah Fauzan. 

Video itu silakan buka 

Atau pengalaman Hj Henny yang ditemui ruhani para aulia yang coba menjawab keraguannya akan kewalian Kai Siran. "Abah Guru Sekumpul bersama aulia lainnya datang saat saya duduk memikirkan Kai Siran. Beliau datang dan mengatakan bagaimana kalau begini? Saya takjub, karena beliau dan aulia lainnya sekejap semuanya menjadi serupa dengan wajah Kai Siran," ungkapnya. 

Meski begitu, bukan kita yang hebat bisa menyaksikan kezahiran Abah Guru Sekumpul pada Guru Muadz. Yang hebat itu adalah Guru Muadz yang begitu cinta dan benar-benar meneladani Abah Guru Sekumpul.

Namun, andai kita berhasil mewawancarai Guru Muadz terkait soal viral itu, maka penulis memastikan bahwa Guru Muadz mengatakan bahwa hal itu sama sekali bukan karena dirinya hebat, melainkan karena kebesaran Sang Syaikh (Abah Guru Sekumpul).

Akhirnya, disadari atau tidak, semua kita sebenarnya telah diberi tanda-tanda akan Kemahabenaran dan Kemahabesaran Allah SWT juga besarnya cinta Baginda Rasulullah SAW kepada kita, umat Rasulullah. Namun, terkadang atau malah sering, kita alpa menangkap tanda-tanda itu. Bukankah para aulia sudah membeberkan secara gamblang bahwa kita semua ini adalah mazharnya Allah Ta'ala? Bukan kah sudah dijelaskan oleh para salihin, Allah meliputi segala sesuatu? 

Jika sudah begitu, suasana batin kita semestinya selalu sangka baik kepada Allah SWT, senantiasa bersyukur kepada-Nya, selalu meneladani Rasul dan aulia, selalu berbuat baik kepada sesama makhluk, tak mudah menghina dan mencela, bahkan semestinya mudah memberi maaf atas salah khilaf orang lain. Wallahu a'lam bishawab. (Adi Permana)

 





Komentar