Banjir HST Karena Pembalakan Liar Marak




SEDIHNYA warga Barabai khususnya dan HST umumnya akibat banjir yang bisa terjadi dua sampai tiga kali setahun memang beralasan.

Sejumlah warga merasa sangat trauma dengan banjir bandang yang menerjang. Tak sedikit warga yang mengalami kerugian materi akibat rusaknya perabotan rumah tangga.

"Belum hilang trauma akibat banjir awal tahun tadi, kini banjir datang lagi," ujar satu netizen yang mengalami bencana banjir di Barabai.

M Yasir, warga luar HST mengaku bingung dengan kondisi HST yang tidak ada tambang batubara justru banjir besar. Namun misteri itu terkuak juga bahwa aliran air bah membawa batang dan ranting pohon (raba).

Ya, ratusan bahkan ribuan ton sampah kayu terdiri bagian batang juga ranting kayu, memadati sejumlah badan sungai di HST. 

Raba yang larut dalam banjir akhir November 2021 menumpuk di sejumlah titik, seperti di Desa Bukat, Pejukungan hingga Barabai.

Ratusan warga dan aparat mesti bergotong-royong membersihkan raba itu agar aliran air tidak terhambat.

Menurut Salpia Riduan, tokoh warga HST, Jumat (3/12/2021), pembalakan liar dan penggundulan hutan kawasan Meratus menjadi faktor utama penyebab banjir di HST.

Ia menerangkan bahwa kondisi itu bukan tidak diketahui warga, namun karena pembalakan itu diduga dibekingi oknum aparat, penebangan hutan seperti kisah angin lalu.

Salpia bahkan membuka bahwa warga Mangkiling sebenarnya punya bukti keterlibatan oknum aparat ini dalam pembalakan liar.

Meski begitu, pemberantasan illegal logging di HST memang tidak kencang. Padahal dampaknya luar biasa, banjir bandang 2 sampai 3 kali setahun.

Bahkan Sang Guru (KH Bakhiet) yang adalah tokoh agama panutan HST sampai harus mengungsi beberapa kali setelah majlis dan rumahnya ikut terendam.

Nurani aparat dan warga HST sedang diuji tampaknya.

Komentar