Syair Pangeran Muhammad Seman (Pahlawan Perang Banjar)

Sultan Khairul Saleh kala menziarahi makam Pengeran Muhammad Seman di Puruk Cahu.


Berjuang Sampai Mati

Tersebut kisah seorang pahlawan
Pangeran Muhammad Seman nama tersebutkan
Sultan MatSeman nama gelaran
Pejuang tangguh Banua Kalimantan
Sejak remaja engkau berjuang
Bersama Ayahanda mengangkat pedang
Watakmu laksana batu karang
Semangatmu bagai kuda terbang
Ayahandamu bernama Pangeran Antasari
Pahlawan setia bijak bestari
Gigih berjuang untuk negeri
Negeri Banjar harumnya wangi
Ibundamu bernama Nyai Fatimah
Dengan Surapati saudara sedarah
Berdarah Dayak sebagai fitrah
Dayak Siang puaknya ranah
--- --- --- ---
Pangeran Matseman sangatlah pemberani
Ilmu makrifatnya dalam sekali
Kepada Allah selalu berserah diri
Syariat Allah dijunjung tinggi
Agustus lapanbelas lapan tiga
Matseman menyerang pos Walanda
Muara Teweh sebagai tempatnya
Sangat gagah sepak terjangnya
Pangeran Matseman dalam Lam Jalallah
Walanda bingung hilanglah arah
Serdadu menembak banyak tasalah
Sungguh musuh merasa kalah
Lapanbelas lapanlapan juang dilanjutkan
Matseman menghimpun kekuatan
Mesjid Baras Kuning didirikan
Beratib Beramal semangat gerakan
Pertahanan Walanda engkau gempur
Bersama-sama Panglima Batur
Panglima Bukhari pun ikut bertempur
Dengan banyak pejuang pantang mundur
Muara Teweh, Buntok, dan Tanjung
Medan juang arena bertarung
Balangan, Amuntai wilayah diharung
Sepanjang Barito juangnya ba- jukung
Matseman juang di Khayalan Ulu
Menyerang Walanda tiada ragu
Musuh kacau sangatlah terganggu
Banyaklah ia bunuh serdadu
--- --- ---
Pasukan Matseman di Kalang Barah
Satukan pasukan pantang menyerah
Sambil berserah kepada Allah
Sucikan niat sambil zikrullah
Serdadu Walanda datang menyerang
Kalang Barah arena tempatnya perang
Matseman ditembak alang kepalang
Segera meloncat bagaikan terbang
Matseman berseru sangatlah nyaring
Pasukan musuh menjadi sunging
Mandaunya mengayun terlalu sering
Bagai terbang laksana gasing
Serdadu Walanda bersimbah darah
Tiada menyangka mandau membelah
Tubuh terpotong lalu pun rebah
Bapalas darah tanah batuah
Mandau melayang secepat kilat
Mendesing menusuk tubuh kualat
Serdadu musuh takutnya bangat
Rubuh tersungkur lari taksempat
Matseman bertempur habis-habisan
Semua pasukan mati-matian
Serdadu Walanda tiada tahan
Badan gemetar sangat ketakutan
Nampaklah pula Panglima Batur
Menerjang musuh dimedan tempur
Mandaunya berputar bagai mencukur
Musuh mengaduh lalu tersungkur
Serdadu Walanda banyaklah tewas
Terlalu angkuh sangat takpantas
Andalkan bedil dan meriam ganas
Banyak buntat tembakan lepas

--- --- ---
Lailahaillallah Muhammad Rasulullah
Lailahaillallah Muhammad Habibullah
Lailahaillallah Muhammad Nabiyyullah
Lailahaillallah Muhammad Shafiyyullah
--- --- ---
Malam kelam merambat pelan
Christopel tahu dari informan
Matseman di Kalang Baras pertahanan
Tengah tidur nyeyak di paguringan
Pasukan Matseman sebagian siaga
Menunggu benteng tetap waspada
Sebagian istirahat pejamkan mata
Tidur lelap rebahkan raga
Subuh berembun sangatlah dingin
Marsose bergerak pilin memilin
Tiada suara heningnya halin
Hendak menyergap Sultan yang licin
Dinihari dingin sangatlah sunyi
Marsose mengepung sangatlah rapi
Selangkah demi selangkah mendekati
Benteng Baras Kuning kukuh berdiri
Serentak marsose menyergap datang
Dentuman meriam nyatakan perang
Peluru berhamburan dari senapang
Pasukan Matseman siap menghadang
Matseman sadar diserang total
Anak-isterinya harus dikawal
Segera perintahkan para pengawal
Keluar benteng membawa basal
Sultan Matseman mengamuk hebat
Paling penting keluarga selamat
Ratu Zalecha diminta kuat
Gusti Salamah gesitnya bangat
--- --- ---
Matseman mengamuk sangatlah dahsyat
Peluru berhamburan di berbagai tempat
Matseman melompat bagai kasasikat
Serdadu  Walanda mulutnya tercekat
Peluru tak menembus kulitmu
Seakan besi enggan menembusmu
Walanda gelisah sangatlah ragu
Melihat Matseman melawan melulu
Christoffels memasang peluru pitonang
Bunyi peluru mendesing garang
Peluru pitonang menerjang rahang
Matseman terkena ajalnya datang
Matseman berjuang habis-habisan
Mati syahid Tuan dapatkan
Gugur bertempur mati-matian
Berjibaku selamatkan pasukan
Marsose Walanda hentikan serangan
Banyak mereka jatuhlah korban
Mendapat amukan Sultan Matseman
Juangnya sampai darah penghabisan
Marsose licik terheran-heran
Matseman lihainya tiada kepalang
Peluru dekat tetap dihadang
Tetap bertahan sambil menyerang
Marsose memang tetaplah menang
Menewaskan  Matseman tiada gampang
Ratusan marsose melawan seorang
Walau menang hati terkalang
Pagi buta dininya hari
Baras Kuning bapalas lagi
Palas darah pahlawan sejati
Tiada menyerah deminya negeri
--- --- ---
Sultan Muhammad Seman bin Pangeran Antasari gugur syahid dalam Perang 
Banjar pada 24 Januari 1905, dimakamkan di Gunung Sultan, Puruk Cahu, 
Kesultanan Banjar (sekarang masuk wilayah Provinsi Kalimantan Tengah)

Sumber: FB Kesultanan Banjar

Komentar