Sebagian Karamah (Wali Allah) Awi Rundun


Awi Rundun (kiri) dan Andre.


HAMPIR semua orang di Kelua, Kabupaten Tabalong mengetahui Awi Rundun atau Kai Rundun yang dianggap sebagai wali Allah. 

Beliau bernama Guru Asnawi bin Muhammad Busan yang dahulu sempat dianggap orang kurang waras. 

Ia tinggal di Desa Purai, Kelua, Tabalong. Andre kepada media ini menuturkan bahwa ia bersama rombongan baru-baru tadi sowan ke tempat beliau.

"Begitu menjawab salam kami, beliau sempat menanyakan perihal tidak ikutnya gadis-gadis dalam rombongan kami. Kami pun kaget karena memang benar, sebelumnya, sempat ada dua teman perempuan kami yang ingin ikut berkunjung. Namun, karena sesuatu hal, tidak bisa diikutkan," ujar Andre.

Menurut Andre, mereka mulanya berenam (empat laki-laki dua perempuan) akan sama-sama satu mobil berkunjung. Namun, dua perempuan mulanya berjanji menunggu di daerah Barabai. "Begitu kami dari Martapura sudah dekat Barabai, nyatanya keduanya tidak bisa dikontak. Hp mereka sama-sama tidak aktif, meski berkali-kali coba dikontak. Aneh memang, maka kami pun berempat lanjut saja," kisahnya. 

Ia juga mengisahkan, ada sejumlah mantan pejabat yang pernah bertamu dan berkait hajat akan menduduki suatu jabatan. "Kai Rundun cuma menyerahkan sejumput ilalang. Dan aneh, kedua publik figur itu memang kemudian menduduki jabatan yang dihajati. Kedua pejabat itu mengakui akan keberkahan Kai Rundun," bebernya.

Kasran orang Buntok, Kalteng berkisah pula terkait Awi Rundun. Ia mengaku memiliki pengalaman unik. Beberapa tahun lalu, ada saudara iparnya meninggal. Dalam suatu kesempatan ia mimpi dipertemukan dengan almarhum. Dalam mimpi itu, almarhum mengatakan agar yang ditinggal tak usah khawatir, karena ia sudah nyaman. Kasran bertanya hal asbab sehingga almarhum bisa damai. Ternyata almarhum mengakui berkat kewalian Awi Rundun.

"Dari situ saya mengetahui, Awi Rundun menyukai almarhum, karena selama hidup dan berdagang minuman dan makanan di sudut Pasar Kelua, almarhum kerap menjamu Awi Rundun secara gratis dan kerap bercengkrama. Masya Allah, padahal saudara saya bukan ahli ibadah," ungkap Kasran.

Dari kisah/tutur warga, awal tersingkapnya kewalian beliau adalah ketika beberapa tahun lalu beliau di Jumat ternyata berkhutbah di dua mesjid berbeda dalam waktu bersamaan.

Satu kampung mengklaim beliau khutbah di tempat mereka, sementara warga kampung lainnya juga mengklaim di hari itu, beliau khutbah di desa mereka.

Pernah juga beliau bersepeda di Pasar Kelua, kebetulan beliau karena menghindari mobil tertabrak dagangan telur satu pedagang. Pedagang mulanya melihat betapa telur-telur jualannya berhamburan dan pecah.

Si pedagang sempat mengomel, karena merasa sudah dirugikan. Namun, sesaat kemudian, begitu beliau meminta maaf dan pedagang melihat lagi ke dagangannya, si pedagang kaget karena tak ada telur-telur dagangannya yang pecah, sebagaimana penglihatan di awal tadi.

Ada pula kisah suatu rombongan dari Banjarmasin yang bertamu. Demi menghormati tamu, beliau minta izin keluar sebentar membeli makanan. Hanya belasan menit, beliau tiba lagi membawa rantang penuh isi makanan yang enak-enak.

Begitu para tamu pamit hendak pulang ke Banjarmasin, Awi Rundun berpesan agar membawa rantang makanan tadi untuk dikembalikan di satu rumah makan di Binuang. Para tamu jelas kaget, karena antara Kelua ke Binuang memakan perjalanan dua jaman meski memakai mobil. Yang membuat tamu takjub, Awi Rundun tadi keluar cuma memakai sepeda ontel. Wallahu a'lam...

Komentar