Selamat Milad ke-516 Kesultanan Banjar




DALAM waktu dekat, Kesultanan Banjar yang mengawal adat budaya Banjar akan merayakan milad ke-516 di Banjarmasin. Perayaan sebagai wujud rasa syukur bahwa Kesultanan Banjar sejak berdiri 926 Hijriyah atau 1520 Masehi telah membentuk kearifan lokal masyarakat Banjar.

Sultan Banjar Yang Mulia Sultan Haji Khairul Saleh Al Mu'tashim Billah beberapa waktu lalu mengatakan bahwa zuriat Banjar merasa bertanggung jawab mengangkat lagi 'batang nang terandam' sehingga bisa terus eksis mengawal budaya Banjar yang patut dilestarikan sebagai bagian dari kekayaan/khazanah Nusantara.

Menuju acara puncak Milad ke-516 Kesultanan Banjar, panitia yang atas perkenan Yang Mulia Sultan Haji Khairul Saleh Al Mu'tashim Billah, dipersiapkan Pidato Tahunan Sultan Banjar, juga Penganugerahan Gelar Bangsawan, dan Pemberian Anugerah kepada tokoh yang berjasa di berbagai bidang. Anugerah yang diberikan pada Milad tahun ini adalah:

1. Anugerah Astaprana, kepada seniman, sastrawan, budayawan.
2. Anugerah Cendikia, kepada peneliti dan pendidik.
3. Anugerah Puspawana, kepada pelestari lingkungan
4. Anugerah Astakona, kepada pelestari masakan tradisional
5. Anugerah Jagabaya, kepada aktivis sosial, emergency, pemadam kebakaran.

Gelar Bangsawan Banjar dan Anugerah akan diberikan langsung oleh Sultan Khairul Saleh pada acara puncak nanti. Bakal hadir pada acara yang digelar di Rattan Inn Banjarmasin, Minggu (13/6/2021) Yang Mulia Tuan Guru Husin Nafarin yang pada Milad ke-512 (2016) menerima Gelar Tuan Guru Besar (TGB) dari Yang Mulia Sultan Banjar, serta berkenan menjabat sebagai Mufti Kesultanan Banjar.

Selain itu, tamu penting juga seperti Yang Mulia Bapak Ibnu Sina akan hadir. Ibnu Sina pada Milad 512 lalu menerima Gelar Bangsawan Banjar, Yang Dipertuan Mangku Negeri (YDMN) dari Sultan Banjar Yang Mulia Sultan Khairul Saleh Al Mu'tashim Billah. YDMN Ibnu Sina merupakan keturunan Bakumpai yang mana datu-datu beliau ikut berjuang bersama Sultan Banjar di masa berdirinya Kesultanan Banjar.

Perayaan juga diisi berbagai kegiatan sosial. Bahkan, baru-baru tadi, Sultan Banjar Khairul Saleh dan rombongan berkunjung ke kediaman Ustadz Adi Hidayat di Bekasi menyerahkan bantuan dengan total sebesar Rp3.7 milyar untuk Palestina. Ustadz Adi Hidayat menerima amanah tersebut dan akan mengalokasikan untuk anak-anak yatim di Palestina.Secara langsung Ustadz Adi Hidayat juga meminta Sultan Khairul Saleh agar ikut memantau penggunaan dana ini.

Sejarah Kesultanan Banjar sendiri dimulai pada abad ke-16, di mana muncul Kerajaan Banjar/Bandar Masih dengan raja pertama Raden Samudera, seorang ahli waris Kerajaan Daha yang terpaksa lari karena terancam keselamatannya oleh pamannya Pangeran Tumenggung yang menjadi raja Kerajaan Negara Daha sebuah kerajaan Hindu di pedalaman (Hulu Sungai). 

Kebencian Pangeran Tumenggung terjadi ketika Maharaja Sukarama masih hidup berwasiat agar cucunya Raden Samudera yang kelak menggantikannya sebagai raja. Raden Samudera sendiri adalah putra dari pasangan Puteri Galuh Intan Sari (anak perempuan Maharaja Sukarama) dan Raden Bagawan (keponakan Maharaja Sukarama).

Atas bantuan Arya Taranggana,  Mangkubumi Negara Daha, Raden Samudera melarikan diri ke arah hilir sungai Barito yang kala itu terdapat beberapa kampung di antaranya kampung Banjar (disebut juga Banjar Masih). 

Sekitar tahun 1520 bertepatan 926 Hijriyah Patih Masih (kepala Kampung Banjar) dan para patih (kepala kampung) sekitarnya sepakat menjemput Raden Samudera yang bersembunyi di kampung Belandean dan setelah berhasil merebut Bandar Muara Bahan di daerah Bakumpai, yaitu bandar perdagangan negara Daha dan memindahkan pusat perdagangan ke pelabuhan Bandar (dekat muara sungai Kelayan) beserta para penduduk dan pedagang, kemudian menobatkan Raden Samudera menjadi raja dengan gelar Pangeran Samudera. 

Sejak saat penobatan itulah Kerajaan Bandarmasih atau Banjarmasih berdiri pada tahun 1520 bertepatan tahun 926 Hijriyah. Kesultanan Banjar mulai mengalami masa kejayaan pada dekade pertama abad ke-17 dengan lada sebagai komoditas dagang, secara praktis barat daya, tenggara dan timur pulau Kalimantan membayar upeti pada kerajaan Banjarmasin.

Sebelum dibagi menjadi beberapa daerah (kerajaan kecil), wilayah asal Kesultanan Banjar meliputi provinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah, sebelah barat berbatasan dengan Kerajaan Tanjungpura pada lokasi Tanjung Sambar (Ketapang) dan sebelah timur berbatasan dengan Kesultanan Pasir pada lokasi Tanjung Aru. 

Pada daerah-daerah pecahannya, rajanya bergelar Pangeran, hanya di Kesultanan Banjar yang berhak memakai gelar Sultan. Kesultanan-kesultanan lainnya mengirim upeti kepada Kesultanan Banjar, termasuk Kesultanan Kutai dan Kesultanan Pasir yang ditaklukan tahun 1636.

Pada masa kejayaannya, wilayah yang pernah diklaim sebagai wilayah pengaruh mandala Kesultanan Banjar meliputi titik pusat yaitu istana raja di Martapura dan berakhir pada titik luar dari negeri Sambas di barat laut sampai ke negeri Karasikan (Banjar Kulan/Buranun) di timur laut yang letaknya jauh dari pusat kesultanan Banjar. 

Negeri Sambas dan Karasikan (Banjar Kulan/Buranun) pernah mengirim upeti kepada raja Banjar. Juga Batang Lawai, Sukadana, Bunyut (Kutai Hulu) dan Sewakung, Tanjung Sambar merupakan perbatasan kuno antara wilayah mandala Sukadana/Tanjungpura dengan wilayah mandala Banjarmasin (daerah Kotawaringin). Sanggau dan Sintang juga dimasukkan dalam wilayah pengaruh mandala Kesultanan Banjar. 

Terdapat beberapa distrik/kerajaan kecil yang berada di bawah pengaruh mandala kekuasaan Sultan Banjar yaitu Berau, Kutai, Paser, Tanah Bumbu, Tanah Laut, Tatas, Dusun Hulu, Dusun Ilir, Bakumpai,  Kahayan, Dayak Kapuas Murung, Mendawai, Sampit, Pembuang, dan Kotawaringin. Inilah yang disebut 'Negara Kerajaan Banjar'. Daerah-daerah kekuasaan Sultan Banjar yang paling terasa di Paser, Tanah Bumbu, Tanah Laut, Bakumpai dan Dusun. (adi/kesultananbanjar/wikipedia)

Komentar