Baramarta di Mata Wanita Kasyaf




BANJAR - Beberapa bulan sebelum akhir 2020, saya ngobrol ringan dengan seorang rekan jurnalis juga, Dedi namanya. Kalau tak salah saat itu beberapa bulan sebelum Pilkada serentak 2020. Kami biasa kalau sudah ngobrol ke sana kemari, mulai soal agama, kejurnalisan, sampai politik.

Kebetulan saya saat itu sedang mengetik berita soal kegalauan Kepala Bapenda Banjar Farid Soufian yang agak bingung karena hampir 9 miliar rupiah pendapatan asli daerah (PAD) yang sejatinya harus disetorkan PD Baramarta tidak kunjung masuk ke kas daerah.

Eh rupanya Dedi tadi nyeletuk bahwa ia kebetulan ada mendengar langsung dari seorang syarifah yang kasyaf bahwa PD Baramarta diterpa masalah penyimpangan keuangan senilai lebih dari Rp9 miliar. "Saat itu Syarifah itu bilang bang, penyimpangan uang lebih Rp9 miliar itu membuat direkturnya 
bermasalah. Namun, sebenarnya kata beliau, tak hanya Teguh yang menikmati uang sebanyak itu," kisah Dedi.

Agak melongo juga saya mendengar kisah itu. Rupanya Dedi sebelum itu lagi iseng ingin mendengar prediksi si Syarifah tentang siapa juga yang akan menjadi pemenang pilkada. Tak hanya memprediksi pemenang pilkada, wanita itu juga berani membeberkan soal penyimpangan di Baramarta.

Tapi, sekali lagi ini saya ceritakan karena memang kagum dengan mata hati syarifah tersebut, karena belakangan memang di awal tahun 2021, ketika Kejati Kalsel mengumumkan kasus Baramarta lengkap dengan tersangkanya, nilai kerugian negara persis, Rp9,2 miliar. Luar biasa juga syarifah itu, padahal, ia memprediksi itu beberapa bulan sebelum pilkada. 

Yang menggelitik perasaan saya adalah, kalimat syarifah yang tinggal di kawasan Bincau Martapura itu, tak hanya Teguh Imanullah (mantan dirut) yang sebenarnya menikmati uang sebanyak itu, banyak juga oknum-oknum pejabat yang terlibat. 

Tentang siapa-siapa saja oknum pejabat yang menerima aliran dana  ilegal Baramarta, tunggu tulisan saya besok. (adi)


Komentar