Perempuan Non Muslim Pun Ternyata Lebih Suka Penis Bersunat




JAKARTA - Dari obrolan santai yang diikuti lebih 96 peserta webinar dan menghadirkan pembicara top, ternyata terungkap fakta bahwa banyak wanita non muslim yang sudah berkeluarga ternyata lebih menginginkan pasangannya bersunat. Sebab, pria bersunat ternyata lebih bersih dan aman dari penyakit kelamin.

Kamis (8/4/2021) malam, dipandu Wijaya Ojay dari Hotel Aston TB Simatupang Jakarta, dan diikuti puluhan jurnalis dari Forum Jurnalis Online, acara webinar Sunat Saat Dewasa, para pembicara seperti dr Boyke Dian Nugraha dan Prof Andi Asadul Islam bersepakat bahwa pria bersunat jauh lebih aman dari mengidap penyakit kelamin yang menular. Masalahnya, jika sunat di kala dewasa memang banyak risiko seperti pendarahan, mengingat pria dewasa lebih mudah ereksi, ketimbang masa anak-anak, yang belum akhil baligh.

Boyke, ahli seksologi melihat bahwa di Amerika, sunat masih menjadi kontroversi. Pasalnya, sunat untuk anak-anak tak banyak dilakukan, karena menyangkut hak asasi. Namun, dari penelitian di berbagai negara, ternyata masalah penyakit kelamin pada pria dan bisa menular ke pasangan wanitanya, ternyata lebih banyak terjadi pada pria tidak bersunat. "Memang banyak wanita yang ingin pasangannya disirkumsisi (disunat), sebab yang tidak bersunat, banyak sperma yang bercampur kotoran, kuman, bakteri (ecoli), yang bisa juga memicu kanker serviks pada wanita. Apakah betul yang disirkumsisi risikonya lebih rendah tertular HIV. Hasilnya, di Uganda 70 persen lebih rendah risiko tertular, satu lagi negara lebih 50 persen lebih rendah risiko tertular HIV. Artinya risiko tertular HIV bagi pria tidak bersunat bisa dua kali lipat hingga lima kali lipat," jelas Boyke.

Dilanjutkan Boyke, 70 persen wanita lebih suka pria bersunat, karena lebih seksi seperti jamur, oral seks lebih nyaman, ketimbang dilakukan terhadap pria yang tidak bersunat, karena khawatir ada kotoran atau bibit kuman terselip di kulit yang menutupi kepala penis. 

Sementara Prof Andi Asadul Islam, ahli bedah mengatakan, di Indonesia sunat dilakukan dengan alasan agama, sehingga sejak SD sudah bersunat. Nah, bagaimana jika pria sudah berumur, bagaimana kontroversinya? Andi Asadul Islam, berterima kasih kepada Forum Jurnalis Online menggelar webinar ini. Dikatakan Andi yang pernah menjadi pengurus Spesialis Bedah Indonesia, banyak yang ragu apakah sunat aman kala dewasa. Dari sisi medis, tak ada batasan umur, namun di Indonesia sejak 9 hingga 12 tahun pada umumnya. "Kenapa disarankan usia muda, karena anak-anak jarang ereksi. Memang kalau ereksi, jahitan bisa lepas dan pendarahan. Bahkan, sekarang ini sejak balita juga sudah mulai dilakukan sunat," ungkapnya. 

Sunat atau sirkumsisi istilah medis, menurut Andi memang diwajibkan dalam Islam, untuk memelihara kebersihan. Infeksi saluran kemih sering terjadi pada pria tidak bersunat. Juga mencegah penularan penyakit kelamin menular hingga kanker. Bahkan, risiko penularan bisa menyebabkan kanker pada pasangan seperti kanker serviks. Bahkan manfaat sunat banyak positifnya, seperti memperkuat daya seks, alias menghindari peltu (ejakulasi dini). "Disfungsi seks bagi pria bersunat lebih rendah. Artinya yang tidak bersunat justru risiko lebih besar menghadapi disfungsi seks (impoten). Ada beberapa metode sunat seperti metode konvensional, namun penyembuhan agak lama memang, sehingga perlu perawatan yang seksama.

Kemudian metode laser cukup aman, namun kalau tidak hati-hati bisa terjadi luka bakar. Terus metode klem tidak berjahit, namun klem mahal dan terbatas diameter pengamannya. "Kalau bersunat sudah dewasa memang harus puasa ereksi, yakni tidak berhubungan badan selama 4 bulan. Bagi saya sunat dewasa dianjurkan memakai metode konvensional dan bisa juga laser, namun hati-hati agar tidak luka bakar pada ujung penis. sebelum tidur kosongkan kandung kemih, atau tidak banyak minum," ingatnya.

Seorang wanita yang ditasbih menjadi narasumber misterius, sehingga disebut saja Mawar, mengakui terus-terang bahwa pria tidak berkhitan lebih berbau dan sulit dibersihkan, alhasil perempuan sulit nyaman jadinya. "Karena baunya dan kotorannya sulit dibersihkan, membuat saya menjadi kurang nyaman, dan berhubungan pun menjadi lebih sulit orgasmenya," ujarnya.

Mawar yang non muslim pun pada akhirnya menyarankan pasangannya untuk bersunat, biar lebih sehat dan menyamankan hubungan mereka. Selain itu, pria non muslim asal Jepang, Genky mengaku dia sudah bersunat saat dewasa, padahal di Jepang sangat jarang pria bersunat. Namun ia bertekad ingin lebih sehat. "Setelah disunat ternyata saya lebih nyaman. Bentuknya lebih keren. Di Jepang banyak pria tidak bersunat sehingga banyak pula kena penyakit kelamin," ujar Genky.

Komentar