MARTAPURA - Sejauh ini, banjir di Kabupaten Banjar sudah menewaskan dua orang. Minggu (17/1/2021) pagi ditemukan mayat laki-laki di Desa Melayu Ilir, Kecamatan Martapura Timur. Mayat dievakuasi oleh petugas kepolisian bersama relawan ke RSUD Ratu Zalecha.
Namun, petugas kesulitan mengidentifikasi karena sidik jari sudah rusak, karena mayat diperkirakan sudah tiga hari. Sebelumnya, Sabtu (16/1/2021) siang juga ditemukan mayat mengapung di Tanjung Rema Darat Gg Pelita Ujung Kecamatan Martapura. Namun, korban belakangan diketahui sebagai Fahmi, seorang tukang becak (info terbaru sebagai tukang bangunan-Red) yang menghilang empat hari sebelumnya.
Selain itu, kondisi Jalan A Yani lintas provinsi di Km 55 tepatnya jembatan Bawahan Seran Kecamatan Mataraman kembali terputus pukul 04.00 Wita. Memang Kamis lalu jembatan sempat dipasangi plat baja sehingga bisa dilewati kendaraan meski secara bergantian, atau dengan kebijakan buka tutup.
"Jembatan Sungai Salim Banua Hanyar Jl A Yani Km 55 Perbatasan Kecamatan Astambul-Mataraman Pada hari Minggu tanggal 17 Januari 2021 Pukul 04.00 Wita telah mengalami longsor dan putus total/jembatan runtuh baik yang dari arah Banjarmasin longsor sekitar 4 meter dan dari arah Hulu Sungai longsor sekitar 5 meter, untuk sementara tidak dapat dilalui arus lalu lintas.
Adapun cuaca pada saat longsor cerah dan untuk debit air sungai mengalami kenaikan di sekitar jembatan tersebut," demikian rilis resmi Humas Polres Banjar.
Kerusakan kali ini cukup parah sehingga sama sekali tidak bisa dilalui kenderaan bahkan pejalan kaki. Kapolres Banjar AKBP Andri Koko Prabowo SIK MH mengimbau kepada masyarakat agar saat ini jangan ada yang melewati Jalan A Yani utamanya wilayah Kecamatan Martapura sampai dengan Kecamatan Simpang Empat dan sebaliknya, sehubungan jembatan Sungai Salim yang berada di Km 55 putus/runtuh akibat tergerus derasnya air sungai tersebut
.
"Masyarakat silakan gunakan jalur alternatif sambil menunggu proses perbaikan selesai," jelas AKBP Andri Koko Prabowo.
Para pengungsi sejauh ini tertangani dengan cukup baik di berbagai lokasi pengungsian. Terbanyak, pengungsi lebih dari 600 jiwa berada di Stadion Demang Lehman, Indrasari Martapura. "Kalau makanan lebih dari cukup, cuma kami masih kekurangan selimut dan juga popok bayi juga makanan bayi," aku Yanti, salah satu pengungsi. Pengungsi selain di pengungsian, juga banyak yang menumpang di rumah sanak famili masing-masing yang lebih aman dari banjir.
Ulis, seorang anggota Damkar mengatakan selain membantu warga di pengungsian, relawan juga berupaya membantu pengungsi yang ada di rumah sanak familinya. "Kita tentu tidak menghendaki sanak famili terbebani, makanya relawan sebisanya ikut membantu meringankan beban. Biar bagaimana musibah banjir ini jadi tanggung jawab kita semua," cetusnya.
Keadaan air di sejumlah wilayah di Martapura sepertinya masih bertahan, meski dua hari terakhir tak terjadi hujan, hal ini disebabkan Martapura, Mataraman, Astambul, Sungai Tabuk, Martapura Barat, Martapura Timur masih menerima air kiriman dari Riam Kiwa. Kebetulan, Sabtu kemarin, ada air bah lagi di kawasan Pengaron, dan ini berpeluang menambah debit air di kawasan hilir.
Meski duga muka air (DMA) di Riam Kanan masih 60-an meter, belum menyamai 2006 yakni 62,46 meter, namun hal itu sudah cukup memmbuat arus deras di arah hilir Riam Kanan. Ratusan jala apung di Penyambaran, Karang Intan dan lain-lain menjadi terdampak alias rusak. Kerugian ratusan juta rupiah.
Posko Pengungsian Banjir
1. Aula Kecamatan Martapura kota = 500 jiwa
2. Aula STAI Darussalam Tanjung Rema = 198 jiwa
3. Stadion demang lehman indrasari = 600 jiwa
4. AULA SMK darussalam Tanjung Rema = 88 jiwa
5. Darul marifah kel.sekumpul = 252 jiwa
6. Dapur umum nusa indah kel. sekumpul = 92 jiwa
7. Musholla Hidayatul khair Tanjung Rema = 20 jiwa
8. Musholla RT.1 kel.Tanjung Rema Darat = 50 jiwa
9. Rumah H.Halil kel.Sekumpul = 100 jiwa
10. Ponpes Taman Hudaya Bincau = 60 jiwa
11. Aula Dinas Pendidikan Bincau = 125 jiwa dan sebagainya hingga 37 posko
Komentar