Saking Banyaknya Sampel Swab, Harus Dikemanakan



MARTAPURA - Laboratorium Pemprov Kalsel BTKL diakui kewalahan melayani pemeriksaan ribuan sampel swab sehingga sebagian tugasnya dikirimkan ke laboraturium di Jakarta. Hal ini dibenarkan oleh juru bicara Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Banjar dr Diauddin dalam wawancara jarak jauh, Senin (13/7/2020).


"Ada ribuan sampel yang harus diperiksa BTKL, karena masih banyak, maka sebagian sampel dikirim ke Jakarta. Sampel yang baru masuk mesti dikirim ke Jakarta, sedangkan petugas lab BTKL Kalsel menyelesaikan sampel sebelumnya yang masih ada. Hasil yang ada sampai ke kita pun hasil pemeiksaan 1 Juli lalu. Jadi ada kendala data masih menunggu lama hasil lab," aku Diauddin.

Sampai sejauh ini, lanjutnya, temuan kasus Corona menjadi 251 positif, dengan 135 sembuh, 22 kasus meninggal. Selain itu, pasien Corona opaname 32 kasus, sisanya menjalani isolasi mandiri dan cenderung tanpa gejala atau sehat-sehat saja.

"Untuk Kabupaten Banjar, jumlah swab yang sudah dkirimkan ke BTKL sejumlah 2.143 sampel, dan tertinggal 485 yang masih dalam proses. "Kalau dihitung dari angka kematian yang mencapai 5 persen, kita masih di bawah angka nasional. Kemudian 33,09 persen sembuh, lumayan bagus. Kemudian kemungkinan terpapar dari hasil swab masih tinggi mencapai 23,31 persen, mestinya di bawah 5 persen. Sebab, antara yang dites dengan posisif tinggi, ini berarti intensitas tes kita masih rendah. Sementara Jakarta mencapai 4 persen, karena tes swab di sana sangat masif mencapai puluhan ribu. Meski pun sekarang Jakarta juga naik lagi menjadi 10 persen," bebernya.

Dtambahkan Diauddin, saat ini masyarakat mulai jenuh dan mulai tidak sabar mengingat tahun ajaran anak-anak sekolah semakin dekat. Sekolah swasta juga mulai buka, maka daerah perlu mengubah strategi, yakni memperkuat rumah sakit untuk melayani pasien Covid-19. "Sekarang daya tampung rumah sakit memang terbatas, ini masalah merata di Kalsel. Ruang isolasi tidak bisa menampung. Sampai kita saksikan di Surabaya bagaimana Ibu Risma memohon-mohon agar warga tetap sabar mengikuti imbauan pemerintah serta rumah sakit tetap membuka layanan," katanya.

Selain itu, orang sakit takut masuk rumah sakit, sehingga banyak kasus kematian Covid-19 justru karena sudah terlambat ditangani, dalam artian pasien sudah terlalu lama di rumah tak tertangani di rumah sakit. "Kendala ini memang dapat dimaklumi mengingat orang takut masuk rumah sakit. Mereka lebih suka memendam sakit di rumah ketimbang harus pergi ke rumah sakit. Ini sebenarnya agak ironis, karena Covid-19 jika tidak terlalu parah masih memungkinkan untuk sembuh asal cepat ditangani," cetusnya.

Pemkab Banjar masih membuka pendaftaran bagi tenaga perawat terutama yang masih bujangan guna mengisi formasi melayani di pusat karantina. Sebenarnya Pemprov Kalsel pun masih membuka juga peluang bagi pelamar mengingat tenaga kesehatan memang dirasa masih kurang.

Komentar