Gugus Tugas Ingin Warga Memahami Pentingnya Rapid Test


MARTAPURA - Beberapa kali petugas lapangan mengalami kendala ketika hendak melakukan rapid test guna kepentingan tracking. Sejumlah warga yang sempat kontak erat dengan warga terpapar Covid-19 karena termakan isu hoax. Diharap kesadaran warga demi kemaslahatan bersama.


Juru bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Banjar, dr Diauddin menerangkan, sejumlah warga karena termakan isu menyesatkan bahwa rapid test bisa menularkan Covid-19 sehingga mereka menolak diperiksa rapid test. "Isu itu tidak benar, karena petugas lapangan sudah berupaya hati-hati menjaga sterilisasi. Rapid test ini untuk kepentingan tracking, agar penyebaran wabah bisa diputus mata rantainya," ujar Diauddin.

Ia pun berharap warga yang memiliki riwayat kontak erat dengan pasien terpapar, bisa dengan sadar memeriksakan diri dan di-rapid test. "Kami memang tidak bisa memaksa, namun ini penting. Hanya pihak kepolisian-lah yang berhak melakukan upaya paksa sebagai pengawal UU Kekarantinaan. 

Sejauh ini angka terkonfirmasi positif 276, 43 dirawat dan 14 meninggal, sisanya menjalani perawatan 129 baik di beberapa rumah sakit, maupun isolasi mandiri. "Alhamdulillah, banyak juga yang sudah sembuh, meski hasil sampel swab cukuplama ditunggu. Dua anak yatim, di panti asuhan Gambut sudah sembuh, sementara yang lain belum. Banyak rapid test juga kita lakukan, di beberapa tempat bahkan beberapa instansi di Pemkab Banjar karena ada yang positif. Bahkan semua pegawai Bawaslu dari kabupaten hingga desa, di sana kalau reaktif, langsung diganti agar kinerja Bawaslu tidak terganggu," jelasnya.

Diauddin juga menerangkan pendaftar tenaga kesehatan sudah klop dan sudah siap bertugas untuk karantina di Guest House Sultan Sulaiman dan PSBB Kemenag Banjar. "Memang karantina bagi yang positif, diutamakan ke provinsi. Tapi kalau provinsi terkendala batur dibaru ditampung di kabupaten. Hanya saja jika mampu isolasi mandiri dengan pengawasan gugus tugas kecamatan," imbuhnya.

RS Ratu Zalecha juga mempersiapkan ruang operasi khusus Covid-19 agar tidak mengganggu ruang operasi untuk pasien umum. Bila pasien sudah dicurigai karena rapid test reaktif, maka langsung masuk ruang isolasi. Bilamana meninggal meski hasil swab belum ada, maka otomatis pemakaman wajib menggunakan protokol Covid-19. "Ini bentuk kehati-hatian kita bersama, semoga masyarakat memakluminya," harapnya.

Komentar