Gerindra dan PKB Beri Lampu Merah ke Guru Khalil


MARTAPURA - Harapan adanya perahu yang mengantar petahana H Khalilurrahman mencalonkan diri di Pilkada Banjar 2020, adanya di Partai Gerindra dan PKB. Namun, kedua partai ini diduga sudah tak berminat alias memberi sinyal lampu merah kepada Guru Khalil.


Menurut sumber, Rabu (24/6/20200, alasan keluarga yang tak mengizinkan lagi majunya Guru Khalil bisa jadi hanya salah satu faktor. Namun, faktor terbesar justru tertutupnya peluang Guru Khalil sendiri di Gerindra maupun PKB.

Berbagai spekulasi tak mulusnya Guru Khalil untuk memperoleh rekomendasi, mulai tak harmonisnya sejumlah petinggi PKB dengan Guru Khalil yang notabene adalah pembawa parpol ini masuk ke Kalsel.

Pers sebenarnya pernah mempertanyakan sikap sejumlah elit PKB, yang sepertinya kompak menyebutkan belum tentu kembali mengusung Guru Khalil. Padahal, kita tahu pada Pilkada Banjar 2015, ada PKB, Nasdem dan PKPI. PKPI seiring waktu tenggelam dan malah tak dapat kursi di Pemilu 2019. Sementara Nasdem terlanjur sakit hati, karena di awal-awal tahun pemerintahan Guru Khalil, justru tersingkir dari ring 1.

Malah para pentolan Nasdem yang berjasa besar mengusung Guru Khalil-Saidi sehingga terpilih, malah terlibat 'pertengkaran politik' yang lebih disebabkan pada pembagian 'kue kekuasaan' yang tak adil menurut kalangan Nasdem. Alhasil, Nasdem pun sudah jera dan bahkan mengusung Saidi Mansyur sebagai cabup. Saidi dengan cepat bergabung aktif di Nasdem dan malah berpeluang bertarung di Pilkada Banjar 2020 mendatang.

Praktis, harapan Guru Khalil hanya ada pada PKB yang berbasis warga NU itu. Namun, dalam perjalanan pemerintahan selama ini, Guru Khalil menurut sejumlah kalangan PKB sendiri kurang layak diusung kembali karena terkesan 'pelit' membesarkan PKB. Bahkan, menurut sumber, ada semacam ketersinggungan dari sejumlah elit, karena markas PKB di kabupaten ini masih terlihat kumuh, meski yang berkuasa adalah usungan partai ini.

Gerindra sendiri sempat oleh sejumlah pengamat menjadi partai yang menjadi perahu Guru Khalil. Dibawa oleh ketuanya, Muhammad Rofiqi, dalam beberapa kali kesempatan diwawancarai pers, Gerindra Banjar bakal 'memungut' Guru Khalil sebagai calon kuat yang diusung partai terbesar di DPRD Banjar itu. Namun, langkah semangat muda Rofiqi menurut sumber juga terlalu berani dan bahkan menabrak-nabrak etika politik di Gerindra sendiri.

Rofiqi kabarnya berani memotong kompas demi membawa Guru Khalil menjadi calon bupati ke Jakarta, namun ia melupakan Gerindra Kalsel sebagai atasan politiknya. Padahal, di jajaran Gerindra Kalsel, banyak pentolan politik yang berpengaruh dan jasa-jasanya tak bisa dilupakan begitu saja oleh Gerindra pusat. Alhasil, petinggi Gerindra Kalsel mempergunakan kartu asnya untuk menjegal Rofiqi beserta sang kandidat Guru Khalil. Bahkan, sumber menyebutkan jika Rofiqi tak berhenti bermain politik secara 'kekanak-kanakan' bisa saja suatu waktu Rofiqi tercongkel dari kedudukannya di partai bahkan singgasana pimpinan DPRD Banjar.

Ketimbang PKB dan Gerindra menyebutkan jagoannya masing-masing yang sudah hampir dipastikan bukan dirinya, maka Guru Khalil pun buru-buru mengumumkan bahwa dirinya tidak lagi berminat mencalonkan diri tentu dengan alasan keluarga. "Ketimbang beliau malu bukan namanya yang dicalonkan partai-partai tersebut, maka lebih baik beliau duluan yang mengumumkan mundur dari pencalonan," ujar sumber kepada pers.

Komentar