Bidan Resah di Tengah Pandemi Covid-19, Dinkes Adakan Pendekatan



MARTAPURA - Sejumlah bidan di Kabupaten Banjar agak resah karena semakin padat menangani pasien ibu-ibu hamil dan hendak melahirkan, di tengah pandemi Covid-19. Munculnya hal itu mendapat perhatian dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 Banjar.


Juru bicara GTPP Covid-19 Banjar, dr Diauddin, Rabu (3/6/2020), mengakui bahwa ada kekhawatiran sejumlah ibu hamil belum mengantongi surat hasil rapid test sebagai syarat aman Covid-19. Tak ingin mengambil risiko, sejumlah bidan di rumah sakit pemerintahan memang dibekali hazmat atau alat pelindung diri (APD). Namun, tetap saja hal itu belum meredakan kekhawatiran.

"Kami memang ada mendengar kekhawatiran tersebut. Makanya, besok kami akan mengadakan pertemuan dengan perwakilan bidan untuk menyamakan persepsi. Kalau cek kehamilan biasa, mungkin belum perlu hasil rapid test, terkecuali yang sudah 37 minggu ke atas baru layak di-rapid test atau sekalian swab," tukas pria yang juga Kadinkes Banjar ini.

Rapid test adalah untuk mengecek adanya enzim yang bereaksi bila ada virus asing memasuki tubuh, dan biasanya diambil dari sampel darah. Biaya untuk pengecekan awal ini sekitar Rp300 ribu. Adapun swab ialah pengambilan lendir di bagian hidung dan tenggorokan, yang kemudian dicek ke laboraturium untuk mengcek secara pasti ada tidaknya kandungan virus Corona, dan biaya ini diperkirakan Rp2 juta. Diauddin mengatakan bahwa pihaknya sedang menunggu datangnya 3.000 lagi alat rapid test yang rencananya akan dibagikan ke rumah sakit dan bidan.

Diauddin menyampaikan bahwa sejauh ini ada 115 kasus, 99 positif, 9 sembuh, 7 meninggal. Memang belum ada penambahan hasl karena sampel swab belum keluar dari BTKL Pemprov Kalsel. "Kemarin 41 sampel, hari ini ada 30 swab. Prediksi kami kasus Covid-19 masih terus naik. Indeks penularan di bawah 1, atau nyamannya kondisi bila kasus baru tidak ada atau menurun. Tapi banyak daerah kasus 0 padahal tidak ada dilakukan tes. Menurut WHO, kegiatan tes harus secara masif, minimal 10 persen dari jumlah penduduk. Bila penduduk kita 500.000, minimal 50.000 sudah dites," ujarnya.

Mencermati itu, Diauddin mengakui bahwa untuk Kabupaten Banjar untuk mencapai 10 persen masih sulit. Kemudian untuk ketersediaan tempat tidur untuk pasien Covid-19 mesti tersedia 60 persen, sementara kemampuan RSUD Ratu Zalecha cuma tersedia delapan tempat tidur.


Komentar