Dalil Menghadapi Wabah Menular Semacam Corona

Kisah Sayyidina Umar bin Khattab pada 18 H. Saat itu, Umar melakukan perjalanan dari Madinah menuju Syam. Di perbatasan masuk wilayah Syam rombongan berhenti.


Abu Ubaidah bin Al Jarrah, Gubernur Syam ketika itu datang ke perbatasan untuk menjemput dan menyambut rombongan Khalifah.

Kala itu, Syam tengah tertimpa wabah tha'un, sebuah penyakit menular. Benjolan muncul di seluruh tubuh yang akhirnya pecah dan mengakibatkan pendarahan.

Umar bermusyawarah dan meminta saran kepada sahabat muhajirin, anshar, dan orang-orang yang ikut dalam peristiwa Fathu Makkah. Apakah akan melanjutkan perjalanan masuk ke Syam atau kembali ke Madinah? Perbedaan pendapat terjadi.

Abu Ubaidah ra menginginkan agar mereka masuk ke Syam.

"Mengapa engkau lari dari takdir Allah Subhanahu Wataala? " Tanya Abu Ubaidah kepada Umar.

Lalu Umar ra menyanggahnya dan mengatakan,"Jika kamu punya kambing dan ada dua lahan yang subur dan yang kering, kemana akan engkau arahkan kambingmu? Jika ke lahan kering itu adalah takdir Allah, dan jika ke lahan subur itu juga takdir Allah. Sesungguhnya dengan kami pulang, kami hanya berpindah dari takdir yang satu ke takdir yang lain."

Akhirnya perbedaan itu berakhir ketika Abdurrahman bin Auf ra mengucapkan hadist Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam..

"Jika kalian mendengar wabah melanda suatu negeri. Maka, jangan kalian memasukinya. Dan jika kalian berada di daerah itu janganlah kalian keluar untuk lari darinya." (HR. Bukhari & Muslim)

Akhirnya, Umar dan rombongan kembali ke Madinah. Sementara itu, Abu Ubaidah ra, tetap ingin hidup bersama rakyatnya dan mati bersama rakyatnya. Sampai akhirnya Abu Ubaidah, Muadz bin Jabal, Suhail bin Amr, dan sahabat-sahabat mulia lainnya radiyallahuanhum wafat karena wabah tersebut.Total sekitar 20 ribu orang meninggal dunia. Hampir separuh penduduk Syam ketika itu.

Umar, sosok yang keimanannya tak perlu diragukan lagi, memilih untuk tidak masuk ke Syam. Padahal, dengan bekal keimanannya, beliau orang yang paling pantas berkata:

"Saya tak takut masuk Syam. Wabah Tha'un itu ciptaan Allah. Kalau sudah takdir ya pasti juga akan mati. Karena itu saya tetap akan masuk Syam."

Tapi nyatanya Umar tak melakukan itu. Beliau justru membuat analogi cerdas saat berdialog dengan Abu Ubaidah. Dan di ujung kalimatnya, terucap kata-kata indah:

"Sesungguhnya dengan kami pulang, kami hanya berpindah dari takdir yang satu ke takdir yang lain."

Ikhtiar, doa dan tawakal. Begitu rumus seorang muslim dalam menjalani hidup. Bukan hanya doa lalu tawakal.

Komentar