PT BIM Mulai Menggeliat




MARTAPURA - Dituding tidak bergerak dan hanya sebagai perusahaan yang hidup segan mati tak mau, ternyata PT Banjar Intan Mandiri (BIM) mulai menggeliat dan mulai menjalin kerjsama dengan tiga investor yang bergerak di bidang tambang batubara.

Komisaris PT BIM, I Gusti Nyoman Yudiana kepada pers, Rabu (3/7/2019), mengatakan bahwa PT BIM sebenarnya sudah beberapa lama ini giat melakukan negosiasi dengan beberapa investor untuk bekerjasama melakukan penambangan di atas lahan seluas 6.600 hektar.Sebagaimana diketahui, PT BIM merupakan pemilik izin PKP2B di dalam wilayah Kabupaten Banjar, Kabupaten Tanah Laut dan Kota Banjarbaru.

"Sebenarnya ini jarang terekspos, kita bernegosiasi dengan tiga perusahaan yang serius untuk bekerjasama untuk menggarap potensi tambang batubara. Diantaranya  PT PSDI, PT BPP dan PT Singa Taka," jelas Nyoman yang juga Penjabat Sekda Banjar ini.

Aktivitas ada yang berupa pengupasan pit, juga pembukaan jalan. Sebagian lagi sudah melakukan pengeboran sedalam 40 meter, yang nanti akan dilanjutkan dengan pengeboran sedalam 100 meter. "Ini bisa dimaklumi karena investor tentu menginginkan jaminan keberlangsungan usahanya minimal 10 tahun," beber salah satu calon Sekda Banjar yang mengikuti seleksi.

Bagian dari negosiasi itu ialah berapa hitung-hitungan investasi yang mesti dikeluarkan baik itu pembangunan jalan, flyover, termasuk ongkos sewa stockpile. Nyoman masih belum bisa membeberkan berapa kontribusi buat daerah jika investasi itu sudah berjalan optimal. "Ini bergantung produksinya. Sesuai standar, harga perton kan sekitar 200 ribu. 100 ribu ton per tahun, kalau tak keliru 20 miliar. Namun, itu hitungan kasar, apalagi nanti harus dipotong utang dengan karyawan juga biaya reklamasi yang mencapai 12 miliar," akunya.

Sejak 2011-2012 PT BIM disubsidi Rp5 miliar dari APBD Banjar, namun karena tidak mampu berproduksi karena belum adanya investor yang berminat, perusahaan houlding ini seperti jalan di tempat. "Saya masuk 2015, kondisi perusahaan sudah hampir limbung, paling terisa 200 sampai 300 juta saja lagi. Yang namanya juga bisnis tidak bisa instan, apalagi ditambah kondisinya lesunya pasaran batubara menyusul jatuhnya harga dunia," jelasnya. Perlu kesabaran dan kejelian menjalin relasi bisnis, untuk membangkitkan lagi PT BIM.

Komentar