BANJARBARU – Berkat kesepakatan antara Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya dengan sejawatnya dari Negara Finlandia, Kalsel diplot
menjadi salah satu provinsi yang diarahkan untuk meniru gaya pengelolaan dan
pengusahaan hutan di Finlandia. Bahkan, tim dari Kalsel didampingi dari KLHK
beberapawaktu lalu sudah berkunjung dan belajar sedikit ke negara yang terletak
di Benua Eropa bagian Utara itu.
Tim terdiri dari Kadishut Kalsel Hanif Faisol, Kepala
Bappeda Kalsel Fajar Desira, peneliti dari KLHK Retno Maryani, dan lain-lain selama sepekan melakukan studi
terhadap pengusahaan hutan di negara beribukota Helsinki ini, mulai sektor hulu
hingga hilir termasuk pemasarannya. “Menariknya, kesejahteraan rakyat
Finlandia, sebagian besar justru ditopang hutan. Tak kurang dari 700.000 warganya
bergerak pada bisnis kayu hutan. Terkecil seorang warga mengelola hutan seluas
30 hektar, dan banyak warga yang menguasai 300-400 hektar,” ujar Hanif kepada
pers didampingi Sekretaris Rahmaddin, Selasa (21/11) di Kantor Dishut Kalsel di Banjarbaru.
Di sana, pemerintah memfasilitasi hasil hutan untuk
dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi infrastruktur yang memungkinkan pemanfaatan
hasil kayu, baik untuk lantai, pelapis dinding, meubel dan sebagainya. “Hasil
kayu hutan Finlandia, sedikitnya memenuhi 10 persen kebutuhan pasar Eropa.
Finlandia bersama Swedia menjadi negara terkemuka dalam pengelolaan dan
pengusahaan hasil hutan. Inilah yang mendasari Indonesia dan Kalsel untuk
belajar ke negara ini,” aku Hanif.
Model pengusahaan di negara ini, lanjutnya, dikelola secara
turun-temurun mulai datu neneknya. Istilahnya, apa yang ditanam hari ini akan
dipanen 70-90 tahun yang akan datang oleh anak cucunya. “Model hutan
kemasyarakatan ini menguasai 80 persen hasil hutan dan cuma 20 persen yangh
dikelola oleh perusahaan besar,” cetusnya. Ini tentu berbanding terbalik dengan
Indonesia bahkan Kalsel sekalipun, di mana pengelolaan hutan lebih dari 80
persen dilakukan pengusaha besar (HPH) dan kurang dari 2 persen saja yang
diusahai oleh masyarakat.
Sementara Kepala Bappeda Fajar Desira mengatakan, semua
sektor memang didorong untuk melakukan inovasi dan terobosan guna mensejahterakan
masyarakat, termasuk sektor kehutanan didorong untuk menciptakan hutan yang
lestari, sehingga masyarakat sejahtera. “Kunjungan kita kemarin tentu saja baru
sebatas mengetahui kulit-kulitnya saja. Kita harus mau belajar menguasai
manajemen, teknologi, produknya bahkan teknik pemasarannya. Maka dari itu, kita
sudah galang kerjasama dengan salah satu universitas di Finlandia agar bersedia
menampung mahasiswa dari daerah kita untuk menyerap ilmu dan teknologi
kehutanan di sana,” imbuh pejabat low profil ini.
Ditambahkan, jika disbanding Finlandia yang dipengaruhi
empat musim, maka Kalsel yang cuma mengenal dua musim, tentu sangat potensial
mengembangkan pengelolaan dan pengusahaan hutan model Finlandia. Bilamana di
Finlandia hasil hutan baru bisa dinikmati setelah 70-90 tahun tanam, maka di
Kalsel bisa 10 sampai 20 tahun, sehingga masa panen pun lebih singkat. “Seperti
yang dikatakan Pak Hanif bahwa kita bisa menghasilkan 9 kali lebih cepat
ketimbang Finlandia, itu masih realistis,” terangnya.
Meski demikian, para pejabat masih berupaya mencari skema
terbaik tentang bagaimana membagi hutan sehingga bisa diusahakan oleh
masyarakat sekitar hutan, sebab saat ini sebagaimana sudah dimaklumi, hak
pengusahaan hutan itu terlanjur berada di tangan pemodal raksasa. Banyak juga
yang sebagiannya beralih fungsi menjadi lahan pertambangan dan perkebunan
sawit. “Namun, kita pasti akan terus menmgusahakan agar semua, termasuk sektor
kehutanan bisa menjadi lebih baik dan bermanfaat banyak bagi peningkatan
kesejahteraan masyarakat Kalsel,” ujar Fajar.
Dalam keterangan pers kemarin, hadir juga perwakilan
Finlandia, yang adalah pelaku usaha kehutanan, Eija Leitinen. Ia melihat bahwa
kesungguhan tim dari Kalsel patut mereka dukung. Pihaknya pun bersedia menjalin
kerjasama alih ilmu pengetahuan dan teknologi yang mereka punya untuk diserap
oleh pengambil kebijakan, tenaga teknis maupun mahasiswa asal Kalsel, sehingga
ke depan mampu juga mengelola dan mengusahakan hutan dengan baik dan
berdayaguna bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat luas. adi
Komentar