Siwo PWI dan Porwanas

 Seksi Wartawan Olahraga (Siwo) PWI --lembaga otonom dalam PWI--yang lahir Oktober 1966 turut berjasa melahirkan induk organisasi olahraga nasional KONI Desember 1966. Di bawah kepemimpinan Sondang Meliala, Siwo PWI ikut mendorong diaktifkannya lagi PON VII. Siwo PWI juga menggelar Anugerah Olahraga (sejak 1971) ditambah Sarung Tinju Emas (STE)--yang kini dikemas secara profesional--.
Bahkan, di era Atal S Depari pada 1983-an ikut menyumbang pemikiran dan tenaga terbentuknya Galatama, cikal bakal sepakbola profesional. Perhelatan Porwanas sejak Porwanas I hingga sekarang yang ke-12 di Bandung, Jabar, benar-benar penjabaran dari hubungan yang kental antara Siwo PWI dengan pemerintah, juga pelaku olahraga nasional.

Pekan Olahraga Wartawan Nasional
Seperti biasanya, wartawan olahraga termasuk Pengurus Siwo PWI Cabang seluruh Indonesia selalu berkumpul meliput kegiatan olahraga, termasuk pada PON 1981 di Jakarta. Mereka ditampung di Wisma Ciliwung Jalan Bukit Duri Tanjakan, Tebet.
Pada pertemuan Pengurus Siwo seluruh Indonesia, Ketua Pelaksana PWI Pusat, waktu itu Harmoko, menyampaikan ide atau gagasan menyelenggarakan Pekan Olahraga Wartawan Nasional (Porwanas). Gagasan itu langsung diterima oleh seluruh wartawan olahraga, karena memang sudah sejak lama mereka mengidam-idamkannya.
Maksud utama menyelenggarakan Porwanas, selain untuk mengisi panji-panji olahraga nasional yang dikumandangkan oleh Presiden waktu itu, juga untuk lebih mempererat dan menciptakan keakraban profesi antarwartawan seluruh cabang PWI serta memantapkan pemahaman para wartawan mengenai arti dan makna yang sesungguhnya dari olahraga itu. Porwanas sekaligus memperebutkan Piala Bergilir Presiden RI.
Saat itu juga, atas dasar musyawarah dan mufakat, dibentuklah panitia persiapan yang diketuai oleh Ketua Departemen Wartawan Olahraga PWI Pusat. Panitia ditugaskan untuk menjajaki kemungkinan terselenggaranya Porwanas.
Waktu itu ditetapkan waktu dan tempatnya di Sala, bulan September 1982, dan, cabang olahraga yang akan dipertandingkan adalah sepak bola, tenis lapangan, tenis meja, bilyar, catur dan bridge.
Mengapa kota Sala yang dipilih, tidak lain karena Sala adalah kota tempat lahirnya PWI dan di sana pula pertama kali diselenggarakannya Pekan Olahraga Nasional (PON). Singkat kata, wartawan olahraga ingin menghormati sejarah berdirinya organisasi wartawan dan kegiatan olahraga nasional.
Berhubung pemugaran Stadion Sriwedari belum selesai, maka atas kesediaan PWI Cabang Jawa Tengah, Porwanas pertama akhirnya dialihkan ke kota Semarang pada tahun 1983.
Kongres PWI XVIII tidak secara tersurat mengamanatkan kepada Pengurus Pusat periode 1988 1993 agar tetap menyelenggarakan Porwanas. Namun Pengurus Pusat menangkap di dalam Keputusan Kongres PWI XVIII No. 10/K XVIII/1988 adanya amanat tersirat agar Porwanas diupayakan tetap terselenggara. Karena itu Pengurus Pusat periode 1988 -1993, 1993-1998, 1998-2003, tetap berupaya menyelenggarakan Porwanas.
Sejak Porwanas IV tahun 1990 di Surabaya, dalam Porwanas diadakan juga kegiatan untuk istri anggota Ikatan Keluarga Wartawan Indonesia (lKWI) berupa kejuaraan bola voli. Tapi pada Porwanas VII di Banjarmasin, kegiatan voli IKWI kembali ditiadakan, sesuai hasil Rakernas Siwo Pusat di Palembang 2001. Pertimbangannya efisiensi biaya penyelenggaraan Porwanas.
Porwanas I pada 1983 diselenggarakan di Semarang, Porwanas II-1985 di Ujung Pandang, Porwanas III-1988 di Padang, Porwanas IV-1990 di Surabaya, Porwanas V-1993 di Lampung, Porwanas VI-1996 di Bandung, dan Porwanas VII-2002 di Banjarmasin. Dalam Rakernas Siwo PWI di Palembang 2004 diputuskan Jakarta sebagai tuan rumah Porwanas VIII-2004. Namun, dalam perkembangannya diputuskan bahwa Porwanas VIII, 2004 diselenggarakan di Riau. Sedangkan Porwanas IX- 2007, diselenggarakan di Samarinda, Kalimantan Timur, sekaligus sebagai ajang gladi resik pelaksanaan PON XVII-2008. Porwanas X-2010 di Palembang, Sumsel, Porwanas XI-2013 di Banjarmasin, Kalsel serta Porwanas XII-2016 di Bandung, Jabar. (sumber lain: pwi.or.id/)

Komentar