BATULICIN - Rifki alias Kiki (17) cucu mantan Kapolsek Simpang Empat (Kotabaru sekarang masuk Tanbu), alm Serma Ibrahim mengalami nasib tidak mengenakkan. Anak yang mengalami keterbelakangan mental ini wajahnya lebam-lebam, diduga sempat dipukuli oleh oknum polisi yang bertugas di Polsek Simpang Empat Polres Tanbu, Senin (21/9) lalu.
Kiki sendiri baru dilepas setelah sang nenek, Ratna (60) membeberkan kepada petugas bahwa cucunya itu mengalami cacat mental dan terhitung sebagai keluarga besar Polri juga. Yang memperihatinkan, Kiki meski tidak ada bukti sebagaimana tuduhan oknum warga sebagai pencuri motor, dilepas dengan embel-embel keluarganya tidak akan menuntut ke jalur hukum atas kejadian tersebut.
Merasa dipermainkan, saudara Ratna, yakni Fauzan Nahdi (40) merasa perlu agar cucu saudaranya itu memperoleh keadilan. "Bagi oknum polisi dan warga yang sudah main hakim sendiri agar diperiksa, karena ini menyangkut keadilan. Cucu saudara saya itu mengalami keterbelakangan mental, namun sudah dituduh mencuri sepeda motor sampai dihajar secara brutal," tukasnya kepada wartawan di Martapura.
Dikatakan warga Desa Indrasari, Martapura, Kalsel ini, permasalahan ini perlu diangkat ke permukaan, agar ke depan, tidak terjadi lagi praktik main hakim sendiri.
Menurutnya, akan sangat menyedihkan jika yang dipukuli tidak terbukti bersalah, namun terlanjur sakit atau bahkan meninggal akibat aksi kekerasan oknum warga dan polisi. "Semestinya polisi ketika memeriksa cucu kami itu, sudah paham kalau yang diperiksa itu mengalami keterbelakangan mental. Atau kalau memang jawaban si terperiksa seperti anak-anak kecil, semestinya polisi bisa meminta bantuan guru SLB atau dokter yang lebih ahli untuk mengetahui apakah orang itu berpura-pura menjadi lugu atau memang lugu sungguhan," paparnya dengan sengit.
Diceritakan, Kiki yang memang jarang keluar kompleks Ar Raudhah, Batulicin hari itu jalan-jalan sambil membawa Hp baru hadiah orangtuanya. Putra pasangan Syaiful dan Herma ini sedang mempraktikkan memoto sejumlah objek di seputaran kompleks. Kala itu memang ortuanya sedang keluar mengantar anaknya yang lain ke sekolah.
Saat Kiki yang sejak kecil kerap terserang ayan (gila babi) sehingga menyerang saraf otaknya itu mejeng mau selfi dekat motor di depan kompleks, tiba-tiba seorang oknum warga meneriakinya sebagai maling. Kontan saja tanpa babibu, sejumlah warga mengeroyok anak malang ini. Meski Kiki sudah berteriak bahwa dirinya bukan maling, tetap saja sejumlah oknum warga tega memukulinya hingga memasung kedua tangannya dengan tali jemuran.
Beberapa waktu kemudian, oknum polisi Polsek Simpang Empat membawa Kiki ke markasnya dan lalu menginterogasi Kiki. Mungkin merasa Kiki hanya berpura-pura seperti anak kecil, ada oknum polisi yang tega juga memukulinya. Keluarganya yang sadar Kiki menghilang kemudian mencari. Rupanya, oknum warga di depan kompleks baru tersadar kalau yang dicari itu adalah remaja yang tadi sempat dipukul.
"Keluarga kami kemudian bergegas ke kantor polisi, dna benar saja kalau cucu kami ada di kantor Polsek Simpang Empat. Namun, kondisi Kiki sudah menyedihkan, mukanya lebam-lebam dan akibat bengkak ia tidak bisa melihat. Kakak saya sampai menangis histeris melihatnya. Nah, keponakan saya yang adalah ibu Kiki baru bisa membawa Kiki pulang setelah menandatangani surat yang disodorkan polisi yang isinya tidak akan menuntut secara hukum atas kejadian salah tangkap itu,"cetus Fauzan.
Seorang perwira di Polsek tersebut berinisial W coba dikonfirmasi via Hp, namun Hp yang bersangkutan tidak aktif. adi
Komentar