ICMI Kalsel Ajak Umat Hijrah Moral


ICMI - Sultan H Khairul Saleh bersama 64 pengurus ICMI Orwil Kalsel dilantik oleh Dr Sugiharto, Ketua Presidium ICMI di Hotel Novotel, Banjarbaru.


MARTAPURA - Ketua Majelis Pengurus Ikataan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (MP ICMI) Orwil Kalsel 2013-2018, Sultan H Khairul Saleh beberapa saat usai dilantik oleh Ketua Presidium ICMI Dr Sugiharto di Hotel Novotel, Banjarbaru, Sabtu (17/1) langsung mengajak segenap pengurus sebagai pionir program yang ia sebut "Hijrah Moral".
Sultan H Khairul Saleh menyatakan bahwa banyak persoalan bangsa dan negara yang harus dibenahi.  Yang paling fundamental yakni soal penataan sistem ummat. Penataan sistem merupakan hulu dari pintu masuk menjadikan Indonesia dan umat lebih baik. Realitas politik, ekonomi dan sosial kemasyarakatan menjadi keprihatinan tersendiri sehingga perlu diambil langkah strategis yang seirama baik dari pusat hingga daerah untuk memaknai fakta dan solusi masalah yang dihadapi bangsa Indonesia tersebut. Untuk itu perlu "Hijrah Moral" agar mampu menuntaskan persoalan-persoalan politik, ekonomi, sosial, budaya.

Dalam acara yang dikemas apik dengan dihadiri oleh Gubernur Kalsel H Rudy Ariffin, Prof Dawam Raharjo,  Dr  Marwah Daud Ibrahim dari pengurus ICMI Pusat, Rektor Unlam Soetarto Hadi, dan Rektor IAIN Antasari pria yang juga Bupati Banjar ini meminta para cendekia dari ragam profesi untuk menyingsingkan lengan menjadikan ICMI sebagai gerakan moral yang masif dan militan.

"Ke depan adalah bagaimana pasca pemetaan dan konstruksi kebijakan dan implementasi kegiatan amaliyah  ICMI untuk umat dilakukan dengan pendekatan yang komprehensif dalam satu hal, dan spesifik dalam hal lain sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan implementasinya. Pemetaan persoalan umat (khususnya di Kalsel) hendaknya menjadi pondasi pembangunan umat, yang mana milestone pemetaan itu akan berkaitan erat dengan masalah pangan, masalah energi, masalah partisipasi umat, masalah kemandirian ekonomi umat, masalah tata guna lahan, masalah tata guna air, masalah infrastruktur, masalah perkebunan dan pertambangan dan lain-lain," cetusnya.

Ditambahkan Sultan, tentu saja komunikasi dan sosialisasi peran ICMI ke depan sangat penting dilakukan, agar agenda-agenda amaliyah ICMI yang selama ini hanya dalam tataran pemikiran bisa direalisasikan sedemikian rupa.   "Terlebih pada saat ini umat berada dalam dunia yang global dan memasuki era Masyarakat Ekonomi ASEAN. Impor akan semakin bebas masuk. Jika kita lambat dan tidak siap dipastikan ummat akan menjadi objek yang dieksploitatif," ujarnya.

"Untuk itu sekali lagi,  kita dan masyarakat luas sebenarnya tidak perlu cemas dengan segala ikhtiar ICMI dalam mengembangkan gerakan moral dalam ragam profesi baik ranah pemikiran maupun kegiatan riil di masyarakat.  Karena menyatunya seluruh komponen umat/para cendekia yang tersebar di kampus, birokrasi, seniman/budayawan, agamawan, guru,  jurnalis, dan aktivis dalam ragam profesi memungkinkan mudah untuk mencapai harapan-harapan besar demi kepentingan keumatan, kecendekiawanan, ke-Islaman dan ke-Indonesiaan. Dalam konteks ini kita bisa memahami peran ICMI ke depan lebih menjunjung pada kekuatan moral, agama dan budaya terhadap problem yang dihadapi ummat. Sebab justru inilah yang akan memberikan positioning ICMI akan lebih bermakna, bermartabat dan bermaruah,"  pungkasnya. adi


Komentar