Milad ke-510 Kesultanan Banjar Sultan Janji Kawal Budaya Luhur Banjar


MARTAPURA - Sultan Banjar Yang Mulia Sultan H Khairul Saleh Al Mu'thasimbillah dalam salah satu stetmennya berjanji kepada masyarakat Banjar akan menjadi pengawal adat luhur Banjar yang bersendikan agama, meski arus globalisasi dewasa ini begitu kencang menyisihkan kebudayaan bangsa. Hal ini pun disambut semangat yang sama dari para sultan yang hadir pada kegiatan Milad ke-510 Kesultanan Banjar yang dipusatkan di Mahligai Sultan Adam, Martapura, Kamis  (30/10).

Menurutnya, selama hampir enam abad, sejak Sultan I Kesultanan Banjar, yakni Sultan Suriansyah (Pangeran Samudra) mengislamkan rakyat Banjar, maka sejak itu pula rakyat Banjar dikawal Kesultanan Banjar memelihara marwah adat Banjar yang bersendikan agama Islam.

Pelaksanaan Milad ke-510 Kesultanan Banjar atau tepatnya 6 Muharram 1436 H,  di Kota Martapura Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan  berlangsung penuh khidmat dan sarat kearifan budaya lokal. 
Serangkaian kegiatan budaya  warisan masyarakat Banjar tempo dulu digelar  selama sepekan. Menariknya , pada peringatan milad tahun ini juga dilangsungkan prosesi  adat Banjar berupa badudus,  bapacar, batimung balulur dan bapadah orangtua yang langsung dipraktekkan putra pertama Sultan H Khairul Saleh,  Gusti H Dhia Hidayat bersama istri, Halida Racmawati  yang akan melangsungkan perkawinan,  Minggu (2/11) mendatang di Hotel Aston, Gambut.

Berbagai tamu istemewa dari raja dan sultan se nusantara secara khusus datang memenuhi undangan Sultan H Khairul Saleh  dan Permaisuri Hj Raudatul Jannah MSi.  Mereka antara lain  dari Kesultanan Palembang Sultan HR Iskandar Mahmud Badaruddin, Pangeran Nato Wijaya Masagus Achmad Nawawi Baihaqi dan Pangeran Adiguna Ismed M Nur.
Kerabat Kesultanan Palembang Darussalam Malaysia YM Dato Seri Amar Di Raja Che ku Mohm Sahdi dan YM Dato Paduka Mohd Syahrulnizam. Dari Kesultanan Kalimantan Barat Pangeran Ratu Kertanegara H Gusti Kamboja, Penembahan Anom Pakunegara dan Dato Pangeran Muhmamad Natsir. Tamu lain kerabat Kesultanan Banjar Bupati Tembilahan HM Wardan.

Paling membahagiakan Sultan Banjar turut hadir tokoh nasional dan akademisi Prof Laode M Kamaludin bersama istri yang juga orangtua dari Halida Rachmawati istri H Gusti  Dhia Hidayat.  Dari tokoh Banua hadir Prof  H Kustan Basri, Ketua MUI Kalsel H Ahmad  Makkie,  H Firdaus Mansyuri  sejarawan nasional Prof Helius Syamsuddiin, budayawan Banua H Suriansyah Idham dan H Ajdim Ariadi.
 
Dalam pidato tahunan milad ke 510. Sultan H Khairul Saleh menegaskan keberadaan kesultanan bukan sekadar perwujudan seremonial. Tetapi sebuah tekad untuk menegakkan nilai-nilai adat yang bersendikan Islam bersama peradaban dan perkembangan zamannya.
          
“Ini bagi ulun adalah amanah berat namun bukan berarti sebeuah kerja yang mustahil selama Kesultanan Banjar dan seluruh masyarakat Banjar Istiqamah dan komitmen kuat,” ucap H Khairul Saleh.
Menurut Sultan Banjar, milad ke-510 Kesultanan Banjar mengangkat tema Mengabadikan Kearifan Adat Menjunjung Kesempurnaan Syariat. Tema ini mengandung filosofi masyarakat Banjar di manapun berada tetap menjadikan adat sebagai pengikat dan agama sebagai sendi utama.

Kehadiran Keraton Kesultanan  Nusantara bukanlah sebagai pintu perpecahan antar anak bangsa, tetapi justru kehadiran keratin kesultanan bersama lembaga adat lainnya didedikasikan untuk memperkuat Bhinneka Tunggal Ika. Kesultanan dan Keraton akan menjaga dan mengawal adat tradisi yang belum dan tidak dilakukan negara.
“Sinergi antara keratin kesultanan dengan Negara menjadi bagian penting sebagaimana diamanatkan peraturan menteri dan perundang- undangan dan bukan dicurigai sebagai instrumen politik yang justru memperlemah misi bangsa Indonesia yang luhur dalam memperkuat jati diri bangsa.

Kesultanan dan pemerintah saling sinergi mengabadikan kearifan adat sebagai langkah memperkuat indentital bangsa sebagai negara besar penuh peradaban.                                                
          
Pada Peringatan Milad ke-510 ini,  Sultan H Khairul Saleh juga memberikan anugerah gelar keagungan dan pemberian anugerah  `Astaprana dan Astaprana  Utama pada tokoh budaya atau seniman yang  berjasa membesarkan Budaya Banjar. Gusti Dhia Hidayat dianugerahi gelar Pangeran Dhia Hidayat sedangkan istrinya, Halida Rachmawati diberi gelar Putri Halida Rachmawati.

Sultan H Khairul Saleh juga menganugerahkan astaprana utama kepada para putra Banjar yang berjasa besar memajukan berbagai bidang yang mengangkat marwah budaya Banjar, di antaranya kepada Drs Sirajul Huda HM (seni tradisi Banjar), H Karli Hanafi Kalianda SH MH (seni budaya Banjar), Zulkifli Mussaba (seni sastra Banjar), M Thaha MPd (seni tradisi Banjar), Hasbullah Mahlan, H Sutarno dan H Dahri MM (pendidikan). adi

Komentar