MARTAPURA - Keterlibatan santri Pondok Pesantren Darussalam Martapura dalam aksi unjuk rasa ke Kantor Bupati Banjar terkait protes penurunan baliho bergambar Ketua Ponpes Darussalam KH Khalilurrahman dan Ketua PKB Kalsel, dr Zaiurullah Azhar sangat disesalkan Badrul Ain Sanusi Al Afif, cucu pertama pendiri Ponpes Darussalam KH Jamaluddin Al Afif (1914).
Sebagai salah seorang cucu pendiri Pondok Darussalam, Badurul Ain Sanusi sangat mengutuk aksi demo melibatkan santri karena disusupi oleh adanya kepentingan politis. "Saya mengharapkan dewan guru untuk melakukan rapat intensif untuk bisa melakukan investigasi dan mencari tahu siapa oknum di balik semua itu. Apabila yang bersalah adalah oknum di dalam maupun di luar apakah misalnya termasuk pimpinannya, maka dewan guru juga bisa melakukan upaya penyadaran dan bahkan upaya mengeluarkan bersangkutan dari Ponpes Darussalam," ungkapnya.
Menurut Bardul Ain Sanusi, karena bagaimanapun nama Ponpes Darussalam sejak dulu hingga sekarang sangat harum di mata masyarakat Indonesia khususnya wilayah Kalimantan menghendaki para santrinya belajar hanya belajar bukan masuk atau di bawa untuk berpolitik praktis.
Dalam hal ini demo yang kemarin itu tidak subtansi dalam rangka melakukan aksi demo. Badrul mempertanyakan kenapa sebuah kasus kecil dalam konteks penurunan balho oleh satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Banjar. Itupun juga dalam tanda kutif baliho Sapol PPK memandang baliho tidak berijin. Dan Itu sangat bagus. “Nah karenanya kasus baliho kecil ini, esensi untuk demo tidak ada sama sekali. Jadi untuk melakukan upaya polititisir itu sudah sangat terlihat jelas pembodohan yang dilakukan oleh oknum tadi harus segera diusut," tandasnya.
“Diusut bukan dipidana dan bagaimana para pimpinan pondok dalam hal ini para dewan guru itu bisa melakukan upaya mengklarifikasi bahwa santrinya tidak ingin dipoitisir siapapun. Nah aksi kemarin itu harus ada pihak yang bertanggungjawab. Oleh sebab itu sekali lagi saya tekankan kami sebagai warga Martapura dan cucu pendiri Ponpes Darussalam yang awalnya kita mendirikan pondok pesantren bukan untuk berpolitik praktis tapi untuk memberikan pencerahan kecerdasan warga Kalimantan pada khususya Indonesia umumnya supaya mereka menuntut ilmu dengan baik dan benar," tambah Badrul yang juga aktivis lingkungan ini dan mantan pendiri LSM Kompak.
Badrul juga menyatakan, demo santri ini adalah bagian dari upaya politisasi ini harus kedepan jangan sampai terulang lagi dilakukan oleh siapapun. "Dan ini kita stop jangan sampai ada lagi siapapun pada apapun, golongan manapun yang mencoba merekayasa mempolitisir santri itu mereka berpolitik praktis. Sadarlah bahwa warga santri Ponpes Darussalam tidak ingin dipolitisasi oleh siapapun dan orangtua pun mereka mensekolahkan anak didiknya bukan dalam rangka untuk berpolitik praktis,” tegas Badrul. adi
Komentar