Sultan Merasa Wajib Lestarikan Lagu Banjar

MARTAPURA - Sultan Banjar yang juga Bupati Banjar, Yang Mulia Sultan Haji Khairul Saleh memang dikenal sangat peduli pada upaya pelestarian budaya luhur masyarakat

Banjar, termasuk lagu Banjar. Berbagai lomba lagu Banjar didukung Kesultanan Banjar demi menjaga warisan budaya ini sehingga tak hilang ditelan derasnya arus globalisasi.

Sultan H Khairul Saleh dalam suatu kesempatan mengatakan, lagu Banjar bagian dari budaya banjar, yang di dalam lagu Banjar ini terdapat keharmonisan beberapa unsur antara lain, keharmonisan permainan alat-alat musik dan lirik lagu. Dari alat musik misalnya lagu-lagu Banjar dapat dinyanyikan dengan alat musik modern yang sekarang banyak dikuasai berbagai kalangan. Lagu Banjar juga bisa disajikan dengan alat-alat musik tradisional Banjar seperti gamelan, musik panting, kintung (alat musik dari bambu dengan cara memukul sesama bambu/kayu/ke tanah), dan ini masih sering dimainkan oleh orang-orang tua di Martapura Timur/Kota). Dengan demikian maka lagu Banjar dapat disajikan dan dinyanyikan berbagai kalangan.

Dikatakan, sebagaimana lazimnya sebuah lagu, maka lagu Banjar pun terdapat kosa-kosa kata bahasa Banjar, ini tentu saja akan menjadi pengayaan perbendaharaan kosa kata

bahasa Banjar bagi si penyanyi maupun si pendengar. Di dalam lagu-lagu Banjar juga terdapat pembelajaran tentang tata bahasa Banjar, tentu akan sinergi akan dalam mata

pelajaran muatan lokal.

Khairul Saleh mengatakan, lagu Banjar juga mencerminkan kebiasaan, misalnya lagu Pasar Terapung Lok Baintan, berisi penjelasan tentang kebiasaaan orang Banjar

memanfaatkan sungai sebagai transportasi dan pasar. Lagu Kambang Goyang, bercerita tentang adat istiadat seputar perkawinan yang lazim dilakukan orang Banjar baik

kalangan istana maupun masyarakat biasa, seperti batimung, mandi - mandi pangantin, berhias dan memakai perhiasan. Juga mengandung pesan moral seperti lagu Uma Abah

menceritakan seorang anak untuk berbakti kepada orang tua dan taat menjalankan ajaran Agama Islam.

"Lagu Pembatangan menceritakan tentang pekerjaan yang dapat dikatakan "kadada lagi digawi" menggambarkan dahulu Banua kita lebat hutannya dan banyak kayunya juga

mempunyai sungai yang besar dan kayu - kayu ini diangkut dengan cara dilarutakan di banyu dan menjadi salah satu pencaharian Urang Banjar tempo dulu. Lagu Maiwak

menceritakan kebiasaan urang Banjar makan ikan dan mencari ikan merupakan salah satu mata pencahariaan urang Banjar. Ada kisah sejarah dalam lagu Pangeran Suriansyah

bercerita tentang tokoh- tokoh, waktu berdirinya Kerajaan Banjar fase Islam di daerah Kuin," ulas Sultan.

Kesultanan Banjar menurutnya berupaya menjadikan lagu Banjar sebagai lagu tuan rumah di Kalsel seperti mendoronga agar ada spase/ruang terhadap lagu-lagu Banjar di

sekolah, tidak hanya bagian dari Mulok (karena Mulok hanya 1-2 jam mata pelajaran per Minggu), bisa jadi dimasukkan ke dalam kegiatan ekstrakurikuler. "Dahulu waktu

kita SD, SMP di sekolah pembelajaran lagu-lagu Banjar disejajarkan dengan lagu-lagu nasional setelah pelajaran lagu-lagu wajib," kisah Sultan.

Ia mengimbau instansi pemerintah, swasta, perbankan, terminal, pelabuhan, bandara, mall dan restoran dan tempat-tempat umum sekiranya acap kali memperdengarkan

lagu-lagu Banjar, sebagaimana yang sudah dilakukan hotel berbintang di Banjarmasin, sehingga ini menjadi pembiasaan hearing urang Banjar (tua muda) mendengar lagu Banjar.

"Ke depan kita berharap semakin banyak yang menyukai mencintai lagu-lagu Banjar. Tak kenal maka tak sayang. Sebagai contoh di kawasan North Western di Amerika, yakni

negara bagian Wyoming, Colorado, Utah, Montana, radio-radio mereka umumnya lebih banyak memutar lagu-lagu tradisional mereka, yakni musik country. Ada baiknya kalau

radio-radio kita juga memutar lagu-lagu Banjar secara patut, dengan persentase sesuai dengan konsep radio mereka. Demikian juga hotel, taksi kota," tambahnya.
Ia menyatakan, lomba lagu-lagu dan musik Banjar merupakan media yang luar biasa dalam pemasyarakatan dan pengembangan lagu dan musik Banjar. Di antara rangkaian

kegiatan Milad Kesultanan Banjar 508 lomba menyanyikan lagu Banjar dan Milad Kesultanan Banjar 509 mengadakan lomba musik panting se Kalsel, kemudian pemberian

apresiasi anugerah gelar Datu Astaprana kepada Datu Anang Ardiansyah, Datu AW Sarbai dan pemberian anugerah non gelar kepada banyak seniman, budayawan, dan lain-lain

oleh Kesultanan Banjar. adi

Komentar