MARTAPURA - Haul pertama KH Anang Djazouly Seman atau Abah Anang di kubah almarhum di Kompleks Pangeran Antasari Martapura,
samping Polres Banjar, Selasa (2/10) malam, dimulai pukul 20.15 Wita berlangsung khidmat. Lebih dari 1.500 jamaah yang hadir
larut dalam tahlilan, yang pahalanya dihadiahkan kepada Abah Anang.
Tuan rumah, yakni Amang, anak tertua Abah Anang, juga Dadang dan lainnya berbaur bersama para pejabat di dalam kubah,
sementara ribuan jamaah lainnya di sekeliling kubah yang sudah diberi puluhan tenda beralas karpet. Hadir Bupati Banjar
Pangeran Khairul Saleh, Wabup HA Fauzan Saleh bersama jejeran ulama berpengaruh, seperti Guru Masdar, Guru Munawar, Guru
Syaifuddin, Habib Syekh asal Surabaya, guru-guru Ponpes Darussalam dan beberapa pejabat pemerintahan dan legislatif lainnya.
Ritual dimulai dengan nasyid pujian Syekh Samman Al Madani pendiri tariqat Sammaniyah, yang diiring tetabuhan terbang
grup maluid pimpinan Guru Syaifuddin asal Banjarmasin. Jamaah semakin larut dalam dzikir tahlil ala tariqat Sammaniyah.
Apalagi ketika lampu komplek kubah dipadamkan, suasana semakin khusyuk. Semua jamaah larut dalam tahlil memuji keesaan Allah.
Jamaah tahlilan berniat menghadiahkan semua ibadah kepada almarhum Abah Anang sambil mengharap berkah dan ridha dari Allah
SWT.
Tahlilan ditutup dengan pembacaan doa yang dipimpin Guru Masdar. Sahibul bait selesai doa mengucapkan banyak-banyak
terima kasih kepada semua hadirin yang sudah berkenan menghadiri acara haulan Abah Anang, apalagi ada sebagian jamaah yang
datang jauh-jauh dari Jawa maupun Banjarmasin.
Haul kembali dilaksanakan pada Sabtu (6/10) pagi yang diagendakan atas permintaan kalangan pemerintahan dan handai
taulan yang jauh dari Martapura.
Abah Anang wafat pada 14 Oktober 2011 lalu karena sakit. Banyak kisah menarik yang bisa disimak dari Abah Anang
Djazouly. Berdasar penuturan orang dekat dan sumber terpercaya, Abah Anang adalah figur yang humoris dan tak pernah memutus
harapan bagi siapa saja yang ingin bertamu, di samping memiliki kasyaf yang luar biasa. "Sebagai contoh, saya yang masih
pegawai biasa di Pemkab Banjar, suatu ketika dalam obrolan ringan dengan beliau, beliau mengatakan bahwa saya suatu saat jadi
lurah. Karena saya merasa tak ada keahlian ke jabatan itu, saya biasa saja menanggapinya. Namun, tiga tahun kemudian, saya
benar-benar ditunjuk Bupati Banjar jadi lurah di salah satu kelurahan," kata pejabat yang minta identitasnya tidak
disebutkan.
Kemudian, lanjutnya, ketika Abah Anang sedang dirawat di sebuah rumah sakit, Abah Anang memanggil dokter-dokter yang
merawatnya dan mengajak kenalan dengan khaddamnya itu. "Abah Anang bilang ke dokter-dokter kalau saya seorang camat. Wah,
tentu saja saya yang bukan camat karena cuma seorang lurah jadi malu sendiri, tapi saya tak berani juga membantah kalau saya
bukan lah camat. Itu dokter-dokter langsung menyapa apa kabar Pak Camat. Yah, saya pun jadi mesem-mesem sendiri dan menerima
ucapan selamat. Eh, dua tahun kemudian saya benar-benar menjadi camat di suatu kecamatan," ungkapnya dengan tertawa.
Pernah, katanya, terjadi kebakaran hebat di Martapura pada 2004 yang meluluhlantakkan seribu lebih rumah maupun kios
di Kelurahan Murung dan Desa Tunggul Irang. "Saya menyaksikan kebakaran dimulai di Tunggul Irang. Saya lalu menelepon Ayah
dan bilang kalau kebakaran sudah terjadi di Tunggul Irang dan minta doanya agar tidak merembet ke Kelurahan Murung yang
memang lebih padat pemukimannya. Kata beliau, tidak Nak, kebakaran ini sampai ke Murung. Dengan agak heran saya tanyakan
beliau lagi di mana. Eh, ternyata beliau bilang kalau beliau lagi di Mekkah berumrah dan telpon lalu mati. Setelah saya cek,
pulsa yang masih banyak sudah habis seketika. Berikutnya, saya lalu berteriak kepada warga di Murung agar segera mengeluarkan
harta bendanya, padahal kebakaran masih terjadi di kawasan Tunggul Irang saat itu. Benar ternyata, kebakaran itu merembet
sampai hampir meluluhlantakkan satu menyelamatkan harta bendanya. Benar, hampir satu kelurahan Murung musnah," kenangnya
lagi.
Ceritanya lagi, pernah Abah Anang Djazouly bersama keluarganya pergi ke Tenggarong, Kaltim. Abah Anang bersama
rombongan lalu ziarah ke salah satu makam habib di sana. Ketika di makam, kejadian aneh terjadi. Ada cairan pekat keluar dari
bagian nisan makam habib itu, lalu diseka Abah Anang dengan secarik kain, dan cairan itu menebarkan bau wangi yang sangat
harum. Kejadian itu belakangan tersebar dari mulut ke mulut, sehingga makam yang sebelumnya sepi peziarah menjadi ramai
dikunjungi bahkan oleh pejabat-pejabat di Kaltim. Warga Tenggarong mafhum, kalau makam tersebut mengandung seorang habib yang
juga wali Allah. "Hanya saja, saya lupa nama habib yang bermakam tersebut," ujarnya.
Masih banyak sebenarnya keanehan yang menandakan bahwa almarhum Abah Anang Djazouly benar-benar seorang wali Allah,
seperti memeluk tiang listrik agar orang yang memperbaiki kerusakan listrik tidak terkena korsleting. Ada juga kemampuan Abah
Anang bisa berkelebat bak pahlawan super hero, yakni dari tanah tiba-tiba terbang ke atas pohon kelapa. Yang menarik lagi,
selain banyak mengoleksi benda-benda pusaka semacam keris yang diperoleh sebagian dari alam ghaib, Abah Anang memiliki wasiat
sebanyak 34 poin. adi
Komentar