MARTAPURA - Banyaknya lahan pertanian di Kabupaten Banjar terutama di Kecamatan Martapura Timur maupun Barat yang terendam meski musim kemarau membuat ratusan petani
mengeluh, karena tidak semua lahannya bisa ditanami padi. Ironisnya, permasalahan tersebut berlangsung sudah puluhan tahun semenjak turut campurnya pengusaha perikanan
memanfaatkan air irigasi primer. Parahnya lagi, irigasi tersier banyak yang sudah tak berfungsi dengan baik, sehingga memperparah kondisi tersebut.
Fauzi misalnya, warga Pekauman Martapura Timur yang diwawancarai Mata Banua menyampaikan, sudah puluhan tahun, lahannya yang seluas 10 hektaran tak bisa
optimal dimanfaatkan untuk tanaman padi. Air buangan dari sejumlah tambak milik pengusaha ikan di pinggiran irigasi primer, slalu saja membanjiri lahan pertanian
Fauzi.
"Kondisi ini bukan saya saja yang mengalaminya. Ratusan petani lainnya juga merasakan hal yang sama. Padahal, irigasi itu kan buat kepentingan petani sawah
seperti kami. Namun, sejak pengusaha tambak ikut memanfaatkan air irigasi itu, justru air buangan mereka tak terkendali masuk ke lahan pertanian kami. Kami mohon ada
solusi cepat dan tepat dari pemerintah, karena kami tidak bisa maksimal menanam padi," harapnya.
Dikonfirmasi, Kepala Dinas Pertanian, Peternakan dan Perkebunan, Rusman Riyadi mengakui masalah tersebut. "Ini memang masalah lama, di mana lahan lebakan milik
ratusan petani di kawasan tertentu banyak yang terendam air buangan dari tambak ikan. Akibatnya, petani tak mampu menanam lahannya yang terendam itu," aku Rusman.
Ditambahkannya, ada sekitar 12.900 hektar lahan pertanian di kawasan sub B seperti Sungai Batang, Sungai Rangas, Martapura Timur dan Barat maupun Penggalaman,
Sungai Tabuk, Kecamatan Karang Intan dan lain-lain yang lahannya tak bisa ditanami karena sebagian terendam air dan sebagian kesulitan menerima air. "Pokok masalahnya
bisa ditemukan, yakni masalah pintu-pintu air maupun saluran irigasi tersier yang terhubung ke irigasi primer yang kondisinya tidak optimal atau sudah aus," bebernya.
Pihaknya baru saja mengadakan pertemuan dengan pihak Kementerian Pertanian di Jakarta, minggu lalu, di mana Kabupaten Banjar yang sudah terkenal menjadi salah
satu penyangga beras provinsi ditantang untuk memfungsikan kembali lahan tidur itu, baik yang terendam maupun yang kesulitan air sebanyak 5.000 hektar.
"Nah, caranya yakni dengan merehabilitasi saluran irigasi tersier serta memperbaiki pintu-pintu air sehingga petani bisa mengatur kebutuhan air bagi lahan
pertanian yang digarapnya. Kira-kira, dana yang dibutuhkan sebanyak Rp1 juta tiap hektar atau total Rp5 miliar. Program ini kita luncurkan insya Allah 2013, dengan
program Jaringan Irigasi Desa (JID) sampai program Jaringan Irigasi Tingkat Usaha Tani (JITUT)," ungkap Rusman optimis.
Dengan langkah tersebut, menurutnya, para petani tidak khawatir lagi lahannya terendam lama atau kekurangan air dan lahan tidur di Kabupaten Banjar bakal
dikurangi secara signifikan. adi
Komentar