Isu 'Pentol Kucing' Tak Bertanggung Jawab


MARTAPURA - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Banjar merasa ikut bertanggung jawab menengahi isu yang terlanjur berkembang di masyarakat Martapura dan sekitarnya tentang beredarnya 'pentol kucing'  di Martapura dan sekitarnya. Yang paling parah dialami Pentol 46. Usaha pentol di Jalan Pendidikan VII Kelurahan Sekumpul ini mengalami kemunduran akibat difitnah oleh orang yang bertanggung jawab. Produksi yang biasanya 100 Kg sehari merosot menjadi 30-40 Kg saja lagi.
    Jumat (14/9), Kadinkes Banjar, drg Yasna mengatakan, usaha rumah tangga seperti Pentol 46 telah memperoleh sertifikasi dari Dinkes Banjar Nomor: 041/6303/2011 tertanggal 9 Juni 2011. "Saya tak memberi tanda tangan kalau sampel makanan ringan tidak diteliti secara empiris di laboratorium. Nah, kalau usaha yang sudah memperoleh sertifikat dari Dinkes itu berarti telah melalui penelitian dari Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinkes Banjar, yang berarti telah layak konsumsi dan aman dari segi kesehatan," tegasnya. Yasna berharap, masyarakat tidak mudah terpancing isu yang tak tak jelas.
    Senada, Babinsa wilayah Kelurahan Sekumpul, Serma Suyono menerangkan, dari penyelidikan yang dilakukannya, isu yang menimpa Pentol 46 diduga dilakoni oleh orang yang tak suka dengan perkembangan usaha Pentol 46. Ia menduga, dalang isu adalah orang yang iri dan ingin merebut pangsa pasar pentol di Martapura dan sekitarnya.
    Dalam waktu dekat, pemilik Pentol 46, Mujiono juga akan melaporkan penyebar isu ke polisi setempat sehingga isu ini bisa diluruskan dan usahanya bisa kembali sedia kala sebelum isu menerpa.
    Mujiono, menerangkan, pada 31 Agustus lalu ia pulang ke Pulau Jawa menghadiri selamatan perkawinan salah seorang anggota keluarganya. Di tengah ketiadaannya di Martapura, ada oknum pengusaha yang menyebarkan isu bahwa Mujiono ditangkap aparat polisi sehubungan menggunakan daging kucing dalam campuran pentol dagangannya. Pelan tapi pasti, isu itu beredar dari mulut ke mulut bahkan sampai ke jejaring sosial facebook.
    Anak buah Mujiono yang berjualan pentol mengalami dampak merosotnya penjualan eceran, karena sejumlah warga sudah termakan isu tak bertanggung jawab tersebut. Sampai hari terakhir kemarin, daya produksi Pentol 46 menurun drastis dari yang semula 100 Kg menjadi 30 Kg atau merosot 70 persen.
    Pesanan dari sejumlah daerah seperti Barabai, Kandangan, Tanjung, Banjarbaru dan wilayah lain tak seperti semula. Mujiono dan anakbuahnya menjadi resah akibat isu tersebut. Bahkan, sepulangnya Mujiono dari Jawa, isu tersebar kalau Mujiono telah bebas setelah menyogok aparat Rp50 juta. "Astaghfirullah, kejam sekali fitnah itu. Demi Allah daging pentol kami berasal dari daging sapi 100 persen. Kalau kucing di mana logikanya, karena produksi kami memerlukan daging yang banyak," ucapnya prihatin. Gerobak usaha yang mulanya beroperasi 40-an, kini hanya tinggal 15 buah.
    H Awi, pengusaha daging sapi di Martapura yang berhasil dikonfirmasi mengatakan, Pentol 46 adalah salah satu pelanggan setianya. Menurutnya, dagikng yang ia pasok ke Pentol 46 adalah murni daging sapi yang dipotong di RPH Martapura. Ia berharap, isu yang tak sedap itu berhenti dan orang yang tak bertanggung jawab diamankan dan diproses secara hukum.
    Di facebook sebagaimana di status akun Adhie Bbiribbom Bbrebbom, disebutkan bahwa ada dugaan Pentol 46 menggunakan daging kucing dan tikus sebagai bahan pentol. Begitu juga akun Nawawi Al Banjari, menyebutkan hal serupa. adi

Komentar