MARTAPURA - Haul pertama salah satu ulama kharismatik asal Martapura, yakni KH Muhammad Djazouly Seman atau yang kerap disapa Abah Anang bakal digelar pada Selasa (2/10) malam
atau malam Rabu di kubah almarhum di Kompleks Pangeran Antasari Martapura, tepatnya di samping Polres Banjar Jalan A Yani Martapura. Selain itu, masih ada lagi rangkaian kegiatan
serupa pada Sabtu (6/10) pagi selepas Dhuha.
Kepada Mata Banua, salah satu putra Abah Anang Djazouly, yakni Dadang mengatakan, haul pertama ayahnya itu memang dilaksanakan dua kali, yakni secara sederhana pada
Selasa malam, dan secara protokoler pemerintahan pada Sabtu. "Kalau Selasa malam, kami laksanakan haul sesuai dengan tanggap wafatnya beliau. Dan kami persilakan kepada siapa saja
untuk berhadir mendoakan beliau. Kami, dari keluarga almarhum menerima dengan tangan terbuka. Insya Allah, pelaksanaan haul dipusatkan di kubah beliau di Kompleks Pangeran
Antasari," ujar Dadang dengan ramahnya.
Ditambahkan Dadang, selain Selasa malam atau malam Rabu, haul pertama ini juga digelar pada Sabtu pagi. "Mengenai haul yang dilaksanakan Sabtu pagi, memang ada permintaan
dari pihak Pemkab Banjar kepada keluarga kami untuk menggelar acara haul sesuai dengan standar protokoler. Jika Pemkab Banjar berkenan menggelar haul ayah kami, kami
mempersilakannya dengan senang hati," paparnya.
Pelaksanaan ritual haul pertama diperkirakan akan dihadiri ratusan undangan dan kaum muslimin seputar Martapura yang mencintai Abah Anang. Apalagi Abah Anang tidak
sekadar dikenal sebagai sosok ulama yang santun dan rendah hati, sebab Mufti Besar Kesultanan Banjar era Raja Muda Pangeran Khairul Saleh ini juga dikenal oleh orang tertentu sebagai wali
Allah yang memiliki karamah tersembunyi.
Abah Anang adalah putra KH Seman Kadir, atau masih keturunan kelima dari ulama besar Kalimantan yang termasyur ke seantero Nusantara, Syeikh Muhammad Arsyad Al Banjari
atau Datu Kalampayan. Abah Anang Djazouly juga lah yang berhasil melukis wajah Datu Kalampayan dan lukisan beliau menjadi salah satu rujukan bagi umat Islam di Kalimantan tentang
rupa Datu Kalampayan.
Sekitar tahun 2006, Abah Anang semasa hidup pernah menerangkan kepada penulis bahwa lukisan Datu Kalampayan yang ia buat adalah hasil mimpinya bertemu ulama besar itu
kala masih di Surabaya, Jatim. "Dari perjumpaan dengan beliau di alam mimpi, kemudian saya tuangkan ke dalam kanvas," ujar Abah Anang kala itu kepada penulis.
Kelebihan lainnya, selain memiliki ilmu agama yang mendalam, Abah Anang juga adalah pemikir rasional. Ia pernah mengemukakan pemikirannya kepada penulis bahwa
perusahaan asing boleh saja berikhtiar di Indonesia, namun sahamnya harus saja tetap lebih besar dikuasai oleh pemerintah. "Setidaknya, pemerintah kita harus memiliki saham perusahaan
asing itu sebesar 51 persen. Ini seperti di negara-negara Timur Tengah, kalau perusahaan asing tak mau dengan komposisi demikian, ya tak usah membuka usaha di Indonesia," ujarnya
serius kala itu.
Abah Anang yang dilahirkan di Martapura, 8 Desember 1936, ternyata juga memikirkan bagaimana sumber daya alam Indonesia bisa dimanfaatkan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat, bukan lantas habis dinikmati asing dengan hanya secuil saja manfaatnya bisa dirasakan rakyat di tanah sendiri. Dari pengamatan penulis, Abah Anang adalah figur
ayah, suami, kakek yang sangat lemah lembut dan penyayang kepada keluarganya.
Karamah
Sumber penulis, Ridwan Al Arsyadi menulis di facebook, ia menyayangkan kalau banyak orang yang tidak mengenal lebih mendalam kepada Abah Anang Djazouly yang
menurutnya salah satu ulama yang mumpuni dalam ilmu ma'rifat, yakni ilmu tertinggi dalam keyakinan ahlus sunnah wal jamaah. "Abah Anang Djazouly Seman, seorang ulama ahli ma'rifat
tapi sayang tidak banyak orang yg mengambil ilmu atau mengaji masalah ma'rifatullah sama beliau. Pernah suatu hari ulun sembahyang berjama'ah sama beliau mulai mengangkat takbir
'Allahu Akbar', lalu batang tubuh Abah Anang tidak keliatan lagi sehingga ulun mengikuti sidin berjama'ah hanya melalui suara, sampai terdengar salam pertama Abah Anang, maka tubuh
beliau kelihatan lagi," bebernya terus terang.
Abah Anang yang masih famili dengan ulama kharismatik Al 'Allamah Al 'Arifbillah Al Qutubul Ghauts As Syeikh Haji Muhammad Zaini bin Abdul Ghani atau Tuan Guru Sekumpul
atau Abah Guru Sekumpul. Menurut sebagian riwayat, Tuan Guru Sekumpul menghormati juga kepada Abah Anang Djazouly.
Abah Anang semasa masih bayi seumur dua tahunan, dalam pangkuan bundanya tiba-tiba berucap membenarkan bacaan Qur'an dari kakaknya yang sedang asyik membaca Al
Qur'an di samping ibunda mereka.
Dari sebagian riwayat yang terhimpun, Abah Anang selain belajar ilmu agama di Jakarta, juga banyak belajar dari para habaib, seperti H Abdul Kadir, H Ismail Khatib, juga Habib
Muhammad bin Ali Al Habsyi yang juga menjadi orangtua dan belajar kepada sahabatnya sendiri, Habib Abdul Rahman Al Habsyi.
Setelah mengalami sakit-sakitan, Abah Anang Djazouly pada hari terbaik, Jumat tanggal 14 Oktober 2011 sekitar pukul 10.00 Wita, ulama yang low profile dan terbuka dengan siapa
saja itu diwafatkan Allah SWT. Konon, beberapa saat saja usai ruh beliau lepas dari jasadnya, ruangan di mana beliau dirawat, tercium bau yang sangat wangi. adi permana
Komentar