Penembak Nyasar Ditangguhkan Penahanannya

MARTAPURA - Penembak nyasar, Rikki Fanda (34), warga Kompleks Banua Permai jalan Gunung Permai Raya No 56 RT 34 RW 7 Kelurahan

Sungai Besar, Banjarbaru baru-baru tadi ditangguhkan penahanannya oleh Sat Reskrim Polres Banjar. Meski demikian, statusnya sebagai

tersangka pelaku kelalaian yang mengakibatkan orang lain terluka (pasal 360 KUHP) tetap berlaku.
Jumat (16/3), Kapolres Banjar AKBP Dwi Ariwibowo didampingi Kasat Reskrim AKP Wildan Alberd mengakui bahwa pihaknya telah

menangguhkan penahanan tersangka Rikki Fanda. Penangguhan diberikan setelah ada permohonan maupun jaminan dari dua orang yang masih

keluarga dekat tersangka.
"Selain itu, tersangka bersama keluarganya sudah memiliki niat baik untuk menanggung seluruh biaya pengobatan terhadap

korban salah tembak, Ahmad Naji," cetus Kapolres.
Sementara itu, bocah malang, Ahmad Naji beberapa hari lalu telah balik ke rumahnya di kawasan Desa Sungai Arpat RT 3,

Kecamatan Karang Intan. Kepulangan Naji setelah pihak medis RS Sari Mulia memperbolehkannya pulang dengan alasan masih belum perlu

dilakukan operasi terhadap dada kanan yang terkena peluru senapan angin milik Fanda.
Ibu bocah itu, Karmila (48) kepada wartawan menerangkan, anaknya itu belum bisa dioperasi karena tim medis khawatir, jika

operasi dipaksakan untuk mengeluarkan peluru di dadanya, justru akan membahayakan jiwa Naji.
"Operasi kata dokter baru bisa dilakukan jika Naji sudah agak besar. Meski demikian, Naji disuruh untuk rutin kontrol

kesehatannya ke dokter. Tanggal 19 Maret ini Naji akan kami bawa lagi ke rumah sakit di Banjarmasin untuk check up," ungkapnya.
Karmila mengakui kalau Rikki Fanda bersama keluarganya sudah berjanji akan menanggung seluruh biaya pengobatan maupun

operasi terhadap Naji. "Bahkan, keluarga Rikki mau malam-malam membelikan obat yang dibutuhkan Naji, meski hari sudah tengah

malam," akunya.
Karmila pun menyatakan, pihaknya memang memaklumi kalau sampai terjadi peristiwa salah tembak tersebut. Menurutnya,

mustahil kalau Rikki Fanda sengaja menembak anaknya. |"Siapa saja tentu tak ingin terjadi, ini semata-mata ketidaksengajaan saja

dan musibah," katanya.
Sedangkan Naji yang ditanya apakah dadanya masih terasa sakit, menggelengkan kepala seraya mengatakan, "Tidak sakit lagi."

Naji mengatakan, ia sudah ingin sekolah, namun gurunya masih tidak memperbolehkan dengan alasan menunggu sampai dirinya sembuh

betul. Bocah ini tentunya kangen bersua kembali dengan teman-teman sekolahnya di SD Sungai Arpat.

Rikki sendiri kepada wartawan, Selasa (6/3) mengaku bukan anggota Perbakin. Menurutnya, ia bersama rekannya, Buyung memang

sedang berburu tupai dan monyet.

"Kebetulan, warga di sana memang senang kalau kami berburu tupai dan monyet, karena hewan-hewan itu sering mengganggu tanaman kebun

milik warga setempat," ungkapnya.
Menurutnya, tak ada niat sama sekali melukai bocah tersebut. "Kala itu, tupai dan sejumlah monyet sedang berlarian di atas

pohon. Saya sudah menyiapkan

tembakan dan berlari mendekat. Saya tidak mengetahui di depan ada anak-anak. Kemudian, tanpa sengaja, dataran berair yang saya

pijak ada lobangnya, sehingga saya

terjatuh. Seiring itu, senapan angin yang ada di tangan saya lantas meletus. Ketika itu ada suara mengaduh dan seperti ada yang

jatuh, ternyata aanak kecil itu,"

ucapnya getir.
Menurut Rikki, ia langsung menghampiri anak tersebut dan berupaya meminta tolong kepada warga sekitar dengan berteriak. "Saya

bawa anak itu ke RS Ratu Zalekha,

namun dokternya tak ada. Lalu dibawa lagi ke Banjarmasin," kisahnya.
Dikatakan, ia dan keluarganya siap bertanggung jawab mengobati putra Supian alias Iyan (40). "Biaya operasi dan perawatan bocah

itu, kami tanggung. Saya mohon maaf kepada bocah dan orangtuanya. Ini sungguh tak disengaja," paparnya datar.
Seorang bocah tujuh tahun, Ahmad Naji, warga Desa Sungai Arpat, Kecamatan Karang Intan, Kabupaten Banjar,

mengaduh dan terjatuh dari pohon karet, beberapa saat usai tertembak peluru seorang pemburu monyet, Minggu (4/3) sekitar

pukul 15.00 Wita.
Raungan anak yang baru sekolah kelas dua di SD Sungai Arpat ini kontan membuat teman-temannya yang lain, yakni Aidi

Hasan (11), Anang Maulana (11), Iqbal (10), Anang Syairan (12), Rusli (11) dan Ijul (9) lari terbirit-birit dari hutan

karet di TKP. adi

Komentar