Kesejahteraan Negara


Visi Adi Permana tentang Kesejahteraan.

KESEJAHTERAAN negara akan bisa diraih jika sejumlah sistem yang tergabung dalam sebuah megasistem ekonomi yang bisa mempengaruhi kemakmuran bisa dipaduserasikan dengan baik.
Menurut saya, sistem penting itu antara lain, sistem perbankan, sistem pajak, sistem investasi, sistem keuangan, sistem perdagangan dan sistem lain yang masih terkait.

Pertama, sistem perbankan yang sekarang menganut suku bunga sangat menghambat dunia investasi. Sebab, dengan hanya menyimpan uang di bank, nasabah akan bisa mendatangkan duit tanpa berpeluh keringat. Akibatnya, pemilik uang enggan menginvestasikan uangnya ke bisnis riil. Padahal, berputarnya roda ekonomi justru tergantung dengan maraknya bisnis riil di masyarakat.

Nah, untuk memajukan bisnis riil, maka tidak ada jalan lain kecuali menghilangkan suku bunga bagi nasabah. Sistem perbankan harus meniadakan bunga bagi nasabah. Untuk menghidupi bank, maka nasabah dikenai uang jasa penyimpanan.

Demikian juga sistem pinjaman oleh bank harus bebas bunga atau minimal memakai azas bagi hasil yang saling menguntungkan antara bank dengan peminjam yang memakai dana pinjaman untuk modal usahanya. Selain akan menghindari ekonomi biaya tinggi dalam produksi, pinjaman tanpa bunga tetapi menerapkan bagi hasil justru akan menyehatkan pengusaha, kecil, menengah maupun besar.

Sistem pajak juga mesti dibuat nyaman untuk pengusaha dan orang kaya. Tingginya pajak berkisar 10-12,5 persen justru membuat pengusaha dan orang kaya sulit berbagi keuntungan dengan masyarakat menengah dan kecil. Pajak yang tinggi juga membuat biaya produksi turut terbebani yang membuat harga barang dan jasa akan tinggi pula. Ini tidak bagus bagi masyarakat kecil dan menengah. 

Kasus terbaru banyaknya pengusaha yang terpaksa menyimpan duitnya di luar negeri agar terhindar dari pajak.

Pajak sebaiknya dipatok cukup 2,5 persen saja, sehingga pengusaha bisa membuka investasi baru, membuka pabrik baru serta membuat barang dan jasa yang bisa lebih murah dan terjangkau masyarakat kecil dan menengah. Hal ini selain mampu membuka lapangan kerja baru, dan mengurangi pengangguran, juga akan menghidupkan proses imbal-balik antara produsen dan konsumen.


Dalam sistem investasi, investasi di bidang sumber daya alam yang tidak bisa diperbaharui seperti tambang minyak, gas, batubara, emas, intan dan lain-lain harus dikuasai sepenuhnya oleh badan usaha milik negara, tanpa boleh ada campur tangan modal dari swasta apalagi asing.


Investasi oleh negara harus digunakan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Kalaupun berbagi untung, setidaknya saham pemerintah minimal 51 persen, asing/swasta maksimal 49 persen.

Sistem investasi sekarang, justru swasta dan asing diberi keleluasaan dalam bidang sumber daya alam yang tak bisa diperharui itu. Akibatnya, swasta dan asing menuai keuntungan berlebih, sementara negara hanya kebagian fee dan royalti saja. Hal itu tentu tidak bagus, karena negara akan kecil kemampuannya untuk mensejahterakan rakyatnya.

Kemudian, dalam sistem keuangan, negara harus selalu menerapkan neraca berimbang, dan menghindari defisit. Hal ini dimaksudkan agar negara menghindari utang yang justru akan membebani masyarakat. Tentunya, penggunaan keuangan harus dilakukan secermat, sehemat mungkin. Uang tidak boleh digunakan untuk belanja yang tidak perlu dan tidak urgen. Uang negara mesti digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat kecil menengah, membangun fasilitas yang langsung berkaitan dengan upaya percepatan roda ekonomi.


Dalam sistem perdagangan, negara mesti mengekspor barang yang sudah jadi, bukan dalam bentuk mentah dan setengah jadi. Di samping ekspor akan lebih bernilai, juga akan membuka potensi usaha baru bagi masyarakat untuk pengolahan bahan mentah tadi. Untuk memproteksi barang dalam negeri, negara mesti menerapkan bea masuk barang impor dengan wajar. Akan mematikan usaha masyarakat jika barang impor tetap masuk dengan bebas.

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam kepada sahabatnya mengindikasikan bahwa sejahtera secara lahiriah itu jika seorang muslim memiliki istri dan rumah. Jika menilik ini, negara mesti memfokuskan membantu tiap penduduk agar meraih dua elemen ini, yakni pasangan sah dan rumah. Negara mengusahakan pasangan yang sah bagi penduduk pria yang sudah berumur 25 tahun namun kesulitan uang dan meraih pasangan. 

Bagi pasangan yang tak memiliki rumah pun, negara mesti mengupayakan bagaimana agar pasangan suami istri mempunyai rumah, setidaknya memberikan fasilitas kredit murah. Demikianlah pandangan tentang kesejahteraan negara dari saya. 

Satu lagi hal penting, (tambahan pemikiran 2020), demokrasi memilih pemimpin negara dan daerah kita mesti kembali ke lembaga-lembaga perwakilan rakyat, sebab tingkat intelektual penduduk kita belum siap. Kalau dipaksakan, justru sulit menghasilkan pemimpin yang visioner dan malah cenderung korup mengingat biaya politik sebelumnya yang sangat mahal.

Juga perlu ada revolusi nuklir untuk ketenagalistikan, mengingat syarat berkembangnya industri adalah biaya listrik yang lebih murah, sehingga tidak menguras biaya produksi. Adi Permana.

Komentar