Polda Turut Prihatin Kekerasan Terhadap Mahasiswa
BANJARMASIN - Di hadapan 30-an mahasiswa Aliansi Solidaritas Mahasiswa Anti Kekerasan Aparat yang berdemo di depan Mapolda Kalsel, Kamis (10/4), Wakapolda Kalsel Kombes Damianus Jackie menyampaikan turut prihatin atas kekerasan yang terjadi terhadap mahasiswa di Kendari dan Medan.
Damianus pun mendukung jika kekerasan yang terjadi terhadap mahasiswa di Kendari dan Medan diusut secara proporsional dan profesional. Pasalnya, Polda Kalsel pun tidak setuju cara-cara kekerasan terhadap mahasiswa yang menyampaikan aspirasi masyarakat.
Sebagai tanda turut menyokong aksi keprihatinan tersebut, Wakapolda membubuhkan tandatangannya di lembaran pernyataan sikap pendemo. Bahkan, keinginan mahasiswa agar tandatangan itu dilengkapio stempel Polda Kalsel diluluskan Wakapolda.
Tak cukup hanya itu, lembaran pernyataan sikap plus tandatangan Damianus dikirim melalui fax di Bid Telematika Polda ke Mabes Polri dengan nomor 021-7207277. Perwakilan mahasiswa menyaksikan sendiri proses pengiriman fax yang difasilitasi Kabid Humas Polda Kalsel AKBP Puguh Raharjo SIP itu sekitar pukul 12.28 Wita.
Koordinator pendemo, Hery melalui pengeras suara menyampaikan terima kasihnya atas dukungan moril dari Polda Kalsel terhadap pendemo yang mengecam aksi kekerasan aparat terhadap mahasiswa di Kendari (Sultengra) dan Kampus Nommensen Medan (Sumut).
"Kami sangat berterima kasih atas dukungan Polda Kalsel yang ternyata juga anti terhadap aksi kekerasan. Hidup Kapolda," teriaknya, seraya disambut koor pula oleh peserta demo. Mereka juga menyanyikan mars "Polisi, polisi engkau sungguh baik sekali," secara berulang-ulang.
Para pendemo pun sebelum bubar sempat menyalami Wakapolda dan sejumlah pejabat utama. Salah seorang mahasiswa asal Medan, Frans Hutajulu yang sengaja datang mengikuti demo mahasiswa Kalsel itu juga mengaku salut atas dukungan moril dari Polda Kalsel.
"Ternyata Polda Kalsel termasuk aparat yang tak suka kekerasan. Kami sangat salut dan berterima kasih," ujarnya dengan suara keras namun gagap.
Sebelumnya, sekitar pukul 11.30, pendemo terdiri Aliansi Solidaritas Mahasiswa Daerah (Asmad), Gerakan Mahasiswa Pangeran Antasari (GMPA), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Aliansi Advokasi Pemuda Daerah (AAPD), BEM Sekolah Tinggi Teologi (STT), Komite Mahasiswa Pemuda Anti Kezaliman (Kompak), Komunitas Mahasiswa Peduli Daerah (KMPD) dan Jaringan Penyelamat Reformasi (JPR), mendatangi Mapolda.
Kedatangan pendemo sudah diantisipasi aparat Dalmas baik dari Ditsamapta Polda maupun Satsamapta Poltabes Banjarmasin di pintu gerbang Mapolda. Pendemo memilih berhenti di pintu gerbang, sambil membentangkan spanduk, pamplet dan menyampaikan orasinya.
Dalam aksi menentang dan mengecam kekerasan aparat terhadap mahasiswa di Kendari dan Medan itu, sejumlah pamplet dibentangkan. Diantaranya berbunyi 'Aparat adalah penindas masyarakat' serta 'Kalian bukan pelayan masyarakat tapi monster bagi masyarakat'.
Hery salah seorang orator mengatakan, tak sepantasnya aparat melakukan kekerasan terhadap para mahasiswa di Kendari dan Medan, karena mahasiswa menurutnya memperjuangkan kepentingan masyarakat banyak.
Tak berapa lama, sekitar pukul 11.50 Wita, Wakapolda Kombes Damianus datang untuk berdialog. Namun, mahasiswa enggan berdialog karena ingin ditemui Kapolda Kalsel Brigjen Halba R Nugroho. Pendemo mengancam akan tetap berdemo jika bukan Kapolda yang datang.
Damianus dengan tenang mengatakan bahwa Kapolda kebetulan tak mungkin datang karena bersamaan waktunya sedang ada acara penting di Martapura.
Hery kemudian mengatakan, pihaknya ingin agar kekerasan yang terjadi terhadap mahasiswa, termasuk kekerasan yang terjadi terhadap mahasiswa Kalsel yang berdemo ketika SBY datang ke Banjarmasin, awal November 2007 lalu juga diusut, termasuk ketika demo terhadap pemadaman listrik oleh PLN.
Di hadapan mahasiswa, Wakapolda secara legowo meminta maaf terhadap mahasiswa Kalsel atas terjadinya kekerasan terhadap mahasiswa dalam demo-demo tersebut. adi

Komentar