Identitas Pelaku Teror Bom Gubernuran Dikantongi
BANJARMASIN - Ada-ada saja ulah oknum warga ini. Ia dengan berani meneror Kantor Gubernur Kalsel Jl Jendral Sudirman, Minggu (20/4) sekitar 23.30 Wita. Namun, pihak Densus 88 Polda Kalsel sudah megantongi nomor teleon dan identitas penelepon gelap itu.
Senin (21/4), Kabid Humas Polda Kalsel AKBP Puguh Raharjo SIP didampingi Dandensus 88 AKBP Hari Heriyadi mengatakan bahwa nomor penelepon gelap termasuk identitasnya sudah dikantongi aparat.
"Nomor telepon maupun identitas penelepon sudah kita kantongi. Penyelidikan diarahkan untuk mengungkap sekaligus menangkap pelaku teror bom," ujarnya.
Dikatakan, untuk mengungkap kasus teror bom, sudah diturunkan satu tim gegana dari Brimob Polda Kalsel dan satu tim Densus 88. Bahkan, penyisiran di Kantor Gubernuran masih terus dilakukan hingga saat ini, sejak Minggu (20/4) malam.
Dikatakan, teror bom tersebut awalnya disampaikan ke staf gubernuran yang mengoperasikan telepon sentral di gubernuran. Kemudian, perihal itu disampaikan ke Gubernur Kalsel H Rudy Ariffin yang lalu menginformasikan ke Kapolda Kalsel Brigjen Halba R Nugroho.
Sangat kebetulan, pada malam tersebut, para petinggi daerah ini sedang melakukan rapat koordinasi persiapan penyambutan Presiden RI SBY yang akan datang ke Batulicin Tanbu dalam rangka peringatan Hari Otonomi Daerah.
Kapolda lantas menginstruksikan Densus 88 yang memang khusus bertugas mengantisipasi dan mengatasi teror untuk menyelidiki perihal ancaman bom lewat telepon tersebut.
Malam itu juga, aparat pun turun ke gubernuran guna melakukan penyisiran kemungkinan adanya bom diletakkan seseorang di lokasi tersebut. Namun, sejak malam hingga saat ini, belum ditemukan benda-benda mencurigakan ataupun bom sebagaimana bunyi ancaman penelepon gelap.
Densus 88 bersama Reskrim Poltabes Banjarmasin sebelumnya berhasil mengungkap teror bom di Mapolda Kalsel, Kamis (3/4) lalu. Namun, ironisnya, pelaku teror bom saat itu adalah seorang anak kecil, berinisial MR (11), warga Banjarbaru.
Kala itu, MR ternyata hanya sekedar iseng memencet telepon Mapolda yang terlihat di layar kaca siaran televisi lokal. Ia iseng hanya untuk mencoba ponsel barunya sekaligus meniru tayangan film teroris yang pernah ditontonnya.
Selepas menelepon Mapolda, MR lupa kalau nomor ponselnya telah terlacak dan iapun kemudian dijemput petugas. Namun, atas kebijakan Kapolda, MR lalu dipulangkan karena masih di bawah umur dan memerlukan bimbingan orangtua dan guru-gurunya. adi

Komentar