ALKISAH sebagaimana dikisahkan oleh Pak Sumu, warga Madurejo, kepada penulis. Puluhan tahun lalu, ia pernah dikisahkan oleh ayahnya, Sattam bahwa di sebuah kampung di Martapura, hidup lah seorang nenek tua yang mengasuh seorang cucu lelaki.
Pemuda itu oleh warga digelari Anang Angkung, karena sudah melekatnya keseharian pemuda ini dengan judi yang memakai sarana kartu domino atau remi.
Si Anang Angkung yang sejak kecil tiada lagi ayah bundanya, memang diasuh oleh neneknya, namun sayangnya ia tergila-gila dengan judi. Sementara si nenek hanya bisa bersabar atas kelakuan cucu tersayangnya.
Tiap hari nenek dalam shalatnya senantiasa mendoakan si cucu agar kembali kepada jalan yang benar tidak terperosok lebih dalam lobang maksiat. Anang Angkung ini tak segan menjual harta benda di dalam rumah neneknya hanya untuk dijual sebagai modal taruhan judi.
Nenek semakin miskin, sehingga hanya dengan mencari kulat (semacam jamur) saja lagi cara untuk menyambung hidup. Gelas dan piring pun tak luput dari sasaran cucu untuk menyambung hobinya berjudi.
Suatu hari ketika mencari kulat ke tengah hutan dekat kawasan Sei Raya, dekat Anangi Simpang Empat Pengaron, si nenek mendapati kulat di bekas kayu hutan. Namun, entah bagaimana, nenek tanpa sengaja membalik kayu lapuk sekadar mencari kulat tersisa, ternyata ada benda yang memancar.
Terkejut, namun penasaran, si nenek pun memungut benda indah memancarkan cahaya itu. Tak dinyana, si nenek langsung yakin kalau benda tersebut adalah intan yang hampir sebesar ibu jari.
Tak lupa bersyukur kepada Allah, si nenek gembira karena Allah sudah menganugerahkan intan itu yang barangkali akan merubah nasib si nenek bersama cucunya.
Benar saja, intan itu setelah dijual kepada saudagar intan bernilai sangat fantastis, sehingga nenek berkelimpahan uang dan harta. Yang lebih disyukuri lagi oleh si nenek, cucu nenek, Anang Angkung paham bahwa Allah sudah berkehendak untuk membalikkan keadaan mereka, sehingga Anang pun sadar dan bertobat dari maksiatnya. Akhirnya, nenek dan cucu pun penuh syukur dan hidup berbahagia. (ap)
Komentar